Upaya Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan

C. Upaya Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan

1. Untuk memperlancar peran BAPAS Medan maka kendala-kendala yang ada dalam pelaksanaannya harus diatasi. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala ini antara lain :

Peningkatan dana (anggaran) operasional pelaksanaan tugas BAPAS Medan. Tersedianya dana yang cukup merupakan salah satu faktor yang menunjang pelaksanaan peran BAPAS Medan. Menyangkut masalah dana ini, Soedarto dalam lokakarya tentang peradilan anak mengemukakan, bahwa tiap lembaga negara yang dibentuk membutuhkan keuangan (negara). Terlaksananya peradilan anak yang meliputi juga pelaksanaan pidana atau tindakan yang

dijatuhkan hakim membutuhkan biaya yang memadai. 74

Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, menginginkan peradilan anak dijalankan dengan mengutamakan kepentingan anak seharusnya diikuti dengan ditingkatkannya dana bagi BAPAS. Setelah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 berlaku efektif, permintaan melakukan penelitian kemasyarakatan anak pada BAPAS Medan sangat meningkat. Namun kenyataannya, anggaran yang diberikan kepada BAPAS lebih besar ketika Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 belum lahir. Anggaran yang diberikan kepada BAPAS Klas I Medan (untuk anak dan

74 Soedarto, Pengertian dan Ruang Lingkup Peradilan Anak, Lokakarya Peradilan Anak, (Bandung : BPHN, 1979), hlm. 91 74 Soedarto, Pengertian dan Ruang Lingkup Peradilan Anak, Lokakarya Peradilan Anak, (Bandung : BPHN, 1979), hlm. 91

Keinginan untuk melaksanakan peradilan pidana khusus bagi anak seharusnya didukung dengan dana yang memadai. BAPAS merupakan lembaga yang mempunyai peranan yang sangat penting baik dalam proses pengadilan pidana anak maupun bimbingan terhadap klien pemasyarakatan anak, seperti halnya lembaga pemasyarakaratan anak. Namun saat ini, perhatian terhadap pembinaan anak di lembaga pemasyarakatan yang juga membutuhkan dana sangat besar. Agar BAPAS dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat melakukan bimbingan kepada anak seharusnya dana cukup sehingga dapat dilakukan evaluasi keberhasilan bimbingan yang dilakukan BAPAS. Upaya yang dilakukan BAPAS Medan sendiri yakni mengajukan permohonan penambahan dana kepada Kanwil Hukum dan HAM Sumut.

2. Peningkatan sarana dan prasarana. Sarana merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Berbeda dengan lembaga pemasyarakatan yang melakukan pembinaan di dalam lembaga, maka BAPAS sebagai pelaksana teknis di luar lembaga lebih banyak melakukan aktivitasnya di lapangan. Salah satu sarana penunjang adalah transportasi agar petugas BAPAS dapat melakukan tugasnya semaksimal mungkin.

3. Realisasi kerjasama dengan instansi lain. BAPAS dalam melakukan tugasnya tentu saja sangat memerlukan kerjasama dengan instansi lain. Khusus untuk melakukan bimbingan klien pemasyarakatan anak, BAPAS memerlukan sarana penunjang, misalnya sekolah dan panti-panti sosial. Keputusan bersama Menteri Kehakiman RI, Menteri Tenaga Kerja RI dan Menteri Sosial selama ini sudah ada namun realisasinya pada BAPAS Medan tidak berjalan sama sekali. Untuk memperlancar peran pembimbing kemasyarakatan, peran pekerja- pekerja sosial sukarela dapat diberdayakan.

Jika ditinjau dari pelaksanaan pembinaan di luar lembaga, para petugas BAPAS dapat menggunakan fasilitas yang ada di masyarakat. Seperti yang dikemukakan Muladi, pembinaan di luar lembaga mempunyai keuntungan karena pembinaan dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang ada di masyarakat untuk mengadakan rehabilitasi. Fasilitas ini dapat berupa bantuan pembinaan dari masyarakat setempat, jasa-jasa pengadaan lapangan pekerjaan pemerintah ataupun swasta dan sebagainya di samping itu pembinaan di luar lembaga biayanya lebih murah bila dibandingkan pembinaan di dalam

lembaga. 75

4. Peningkatan koordinasi antara penegak hukum dalam sub sistem peradilan pidana dengan BAPAS.

Dalam proses peradilan pidana anak, koordinasi antar aparat penegak hukum harus dilaksanakan, mengingat permasalahan kejahatan anak merupakan tanggung jawab bersama dalam penyelesaiannya. Koordinasi antara aparat penegak hukum khususnya dengan BAPAS hanya terjadi pada saat permohonan penelitian kemasyarakatan dan persidangan anak. Seharusnya BAPAS dalam peradilan pidana anak diposisikan sebagai mitra/partner bagi aparat sistem peradilan pidana lainnya.

75 Muladi, Op-Cit, hlm. 154

Koordinasi antara penegak hukum, Ichususnya dalam masalah kejahatan anak seharusnya dilakukan sesering mungkin karena peradilan anak ini sebaiknya dilihat sebagai suatu lembaga peroecahan masalah anak daripada penghukuman anak. Dengan adanya koordinasi antara penegak hukum dalam proses peradilan anak tidak hanya benindak terlalu yuridis normatif, tetapi harus mempertimbangkan faktor- faktor non hukum yang erat kaitannya dengan permasalahan anak.