Gambaran Pembiayan kesehatan Bersumber Pemerintah di Kabupaten Pidie Jaya
5.3. Gambaran Pembiayan kesehatan Bersumber Pemerintah di Kabupaten Pidie Jaya
5.3.1 Gambaran Pembiayaan kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan
Tabel 5.3 Biaya Kesehatan Berdasarkan Sumber Biaya Kab.Pidie Jaya
No.
Sumber Biaya
Jumlah %
1 FS 1.1.1 APBN Kementerian Kesehatan 4,623,473,756 7.60% 2 FS 1.1.2.10 APBN: Diluar Kementerian Kesehatan Lainnya
70,940,000 0.10% 3 FS 1.1.2.2 APBN: Kemendagri: PNPM Mandiri
580,508,000 1.00% 4 FS 1.1.2.3 APBN: Kemensos: Program Keluarga Harapan
2,039,725,000 3.40% 5 FS 1.2.2 APBD Kabupaten/ Kota (DBH, DAU, DAH, PAD)
Grand Total 60,800,385,540 100%
Jumlah Penduduk Kab.Pidie Jaya Tahun 2013 berjumlah 139,663 jiwa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sumber pembiayaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sangat dominan dalam pembiayaan kesehatan di kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 yaitu totalnya mencapai 88% dimana APBD ini sendiri sumber terbesarnya adalah dana transfer dari pusat berupa dana perimbangan.
Dari hasil wawancara pihak Dinas kesehatan menyatakan sebagai berikut: “Kita berusaha terus untuk bisa menjadi kabupaten yang dipilih donor atau sponsor misalnya sponsor dari Australia. Pemilihan kabupaten kotanya biasanya juga terserah mereka, paling kita menunjukkan data-data dukung permasalahan kesehatan daerah kita… (Pihak Bappeda).
Sumber dana lainnya dari APBN, lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4 Biaya Kesehatan Berdasarkan Sumber Biaya APBN
No.
Total % FS 1.1.1 APBN Kementerian Kesehatan
Dana Bersumber APBN
1 BOK (Tugas Perbantuan) 1,017,651,756 13.91% 2 pelayanan Jamkesmas dan Jampersal
1,045,254,000 14.29% 3 pembangunan Puskesmas
1,498,628,000 20.49% 4 pengadaan sarana dan prasarana puskesmas perairan
FS 1.1.2.10 APBN: Diluar Kementerian Kesehatan Lainnya
4 PMT-AS TK Al Abrar 41,100,000 0.56% 5 PMT-AS TK Al Muslim
FS 1.1.2.2 APBN: Kemendagri: PNPM Mandiri
6 Sarana dan Prasaran kesehatan 580,508,000 7.94%
FS 1.1.2.3 APBN: Kemensos: Program Keluarga Harapan
7 Isentif Keluarga Sangat Miskin 2,039,725,000 27.89%
Grand Total 7,314,646,756 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dana bersumber APBN terdiri dari dana bersumber dari Kementerian Kesehatan, Kemendagri, Kemensos, dan diluar kementerian kesehatan (dana Pemberdayaan Masyarakat Desa dari pusat).
Maka, dapat dihitung biaya kesehatan per kapita yang bersumber dari pemerintah di Pidie Jaya dengan membagi angka tersebut dengan jumlah penduduk Pidie Jaya, yang pada tahun 2013 berjumlah 139.663 jiwa.
Tabel 5.5 Biaya Kesehatan Per-kapita Kab.Pidie Jaya
No. Sumber pembiayaan
Jumlah
Per-kapita (Rp)
Per-Kapita (US$)
1 Pemerintah
13.01 Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja kesehatan per kapita kabupaten Pidie Jaya adalah sebesar Rp. 130,101,- atau sebesar US$ 13,01 (dengan menggunakan kurs 10,000/US$). WHO menyebutkan nilai per kapita yang ideal untuk menjamin berjalannya program kesehatan prioritas adalah sebesar US$ 34/kapita (WHO, 2011).
Maka, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan untuk program kesehatan prioritas di kabupaten Pidie Jaya masih belum mencukupi.
5.3.2 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Pengelola
Tabel 5.6 Biaya Kesehatan Berdasaarkan Pengelola anggaran Kabupaten Pidie Jaya
No.
Pengelola Pembiayaan
Total %
1 HF 1.1.1.2.2 Kemendagri: Program PNPM Mandiri 580,508,000 0.95% 2 HF 1.1.1.2.3 Kemensos: Program Keluarga Harapan
2,039,725,000 3.35% 3 HF 1.1.3.1 Pemkab: Dinas kesehatan
43,768,726,738 71.99% 4 HF 1.1.3.10 Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah
2,489,862,100 4.10% 5 HF 1.1.3.12 Pemerintah Kabupaten/Kotalainnya
531,444,000 0.87% 6 HF 1.1.3.2 Puskesmas
750,000,000 1.23% 7 HF 1.1.3.3 RSUD
8,233,322,125 13.54% 8 HF 1.1.3.5 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
70,940,000 0.12% 9 HF 1.1.3.9 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
989,083,000 1.63% 10 HF 1.2.1 PT Askes/BPJS
1,096,774,577 1.80% 11 HF2.2 Perusahaan Asuransi Swasta - selain Asuransi Sosial
Grand Total 60,800,385,540 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Dinas kesehatan adalah pengelola belanja kesehatan terbesar (71,99%). Kedua terbesar adalah RSUD Pidie Jaya (13.54%), Selanjutnya Kimpraswil/PU membelanjakan 4.10% anggarannya untuk kesehatan. Sedangkan persentase belanja kesehatan terendah ada di Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) berjumlah Rp. 70,940,000,- atau hanya 0.12% dari total belanja kesehatan di kabupaten Pidie Jaya 2013.
Terkait pembiayaan kesehatan menurut pengelola, informasi lainnya yang didapat dari hasil wawancara mendalam adalah sebagi berikut:
“Dinas kesehatan selama ini masih kurang koordinasi saja dengan sektor terkait lainnya, tapi Dinkes telah mengupayakan yang terbaik khususnya dalam meningkatkan mutu SDM Dinkes maupun RSUD.” (Pihak Bappeda)
5.3.3 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Penyedia Pelayanan
Tabel 5.7 Biaya Kesehatan Berdasarkan Penyedia Pelayanan Kabupaten Pidie Jaya
No.
Pemberi Pelayanan
Total %
1 PP.1.2.1.3 Rumah Sakit dengan Umum Daerah (RSUD) Kabupaten/Kota 3,838,765,469 6.31% 2 PP.1.3.1.1 Penyedia Administrasi Dinas kesehatan
42,713,672,738 70.25% 3 PP.1.3.1.2 Penyedia Administrasi RSUD Kabupaten/Kota
5,357,631,233 8.81% 4 PP.1.3.1.4 Penyedia Administrasi Pemerintan Lainnya
6,880,622,100 11.32% 5 PP.1.3.3.2 Apotek Milik Pemerintah
2,448,000 0.00% 6 PP.1.3.4.1 Pelayanan Ambulan
131,252,000 0.22% PP.1.3.4.3 Penyedia Pelayanan Penunjang Lain -diluar Administrasi, 7 Labkes dan Farmasi Lainnya
5,000,000 0.01% 8 PP.2.1.1.8 Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat Lainnya
70,940,000 0.12% 9 PP.1.1.1 Puskesmas
1,795,254,000 2.95% 10 PP.1.3.1 Penyedia Administrasi Kesehatan Pemerintah
Grand Total 60,800,385,540 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Penyedia administrasi Dinas kesehatan merupakan Penyedia administrasi kesehatan pemerintah yang dominan dalam memberikan pelayanan kesehatan di kabupaten Pidie Jaya (70.25%).
Menurut hasil wawancara didapat informasi sebagai berikut: “Sangat memungkinkan lah ada koordinasi, tergantung orang Dinas kesehatan berupaya. Kami selama ini juga selalu mengkoordinaskan agar kegaiatan itu bisa lintas sektor, namun yaa mau gimaan lagi.. kadang ego sektoral itu masih sangat tinggi. Anggaran yang punya Dinas sosial ya Dinas sosial sendiri, padahal Bappeda sudah mengarahkan untuk koordinasi.” (Pihak bappeda)
5.3.4 Gambaran Pembiayaan kesehatan Menurut Program Kesehatan
Tabel 5.8 Biaya Kesehatan Berdasarkan Program Kesehatan
No.
Total % Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program
1 PR.1.1.1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 818,916,000 1.35% 2 PR.1.1.2 Gizi
266,935,017 0.44% 3 PR.1.1.3 Imunisasi
20,054,000 0.03% 4 PR.1.1.4 KB dan Konseling
989,083,000 1.63% 5 PR.1.2.1 UKS
18,805,740 0.03% 6 PR.1.2.3 Kesehatan Lingkungan
544,541,700 0.90% 7 PR.1.2.5 Pengawasan Makanan, Minuman and Hygine
31,720,000 0.05% 8 PR.1.3.2 Malaria
24,643,600 0.04% 9 PR.1.3.5 DHF
31,330,000 0.05% 10 PR.1.3.7 Pencegahan Penyakit Menular Lainnya
37,710,000 0.06% 11 PR.1.4.3 Jiwa
32,440,000 0.05% 12 PR.1.2 Pelayanan Promosi Kesehatan dan Pencegahan
Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) 5,591,245,358 9,20%
13 PR.2.1 Pelayanan Rawat Jalan 504,842,960 0.83% 14 PR.2.2 Pelayanan Rawat Inap
1,594,849,227 2.62% 15 PR.2.3 Pelayanan Rujukan
90,435,400 0.15% 16 PR.2.5 Pelayanan Kuratif/ Individu Lainnya
Program Penunjang 52,355,661,125 86,11%
17 PR.3.1 Administrasi dan Manajemen 39,186,661,102 64.45% 18 PR.3.2 Sistem Informasi Kesehatan
39,932,000 0.07% 19 PR.3.3 Program Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan
81,423,000 0.13% 20 PR.3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur
10,735,030,023 17.66% 21 PR.3.5 Penelitian dan Pengembangan
22,890,000 0.04% 22 PR.3.6 Pembiayaan Kesehatan
250,000,000 0.41% 23 PR.3.7 Program Pemberdayaan Masyarakat
Grand Total 60,800,385,540 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja kesehatan lebih banyak digunakan untuk program yang bersifat capacity building/penunjang (86,11%) dibanding untuk program UKM (4,96%) dan UKP (9,20%). Belanja administrasi dan manajemen merupakan belanja dengan persentase tertinggi (64,45%).
Informasi yang didapat dari hasil wawancara mendalam adalah sebagai berikut: “Perbup khusus memang belum ada untuk program-program prioritas kesehatan khusus, tapi kalau untuk pelaksanaan kegiatan untuk honornya ada SK-SK nya.. Yang mengeluarkan itu orang eksekutif dari DPRK juga memonitoring apa dana sudah dimanfaatkan dengan benar untuk kegiatan-kegiatan kesehatan.”(Pihak DPRK)
5.3.5 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Program dan Sumber
Tabel 5.9 Biaya Kesehatan Berdasarkan Program Kesehatan dan Sumber
FS 1.1.2.10
FS 1.2.2 APBD
Program
APBN: Diluar
Kabupaten/
Berdasarkan
FS 1.1.1 APBN
Kementerian
Kota (DBH,
Sumber
Kementerian
% Kesehatan
% DAU, DAH,
No. Pembiayaan
Grand Total Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
1 818,916,000 PR.1.1.1 KIA
2 PR.1.1.2 Gizi
PR.1.1.3 100 3 Imunisasi
20,054,000 PR.1.1.4 KB dan
4 Konseling
989,083,000 100 989,083,000 5 PR.1.2.1 UKS
18,805,740 100 18,805,740 PR.1.2.3 6 Kesehatan Lingkungan
544,541,700 100 544,541,700 PR.1.2.5 Pengawasan 7 Makanan, Minuman and Hygine
31,720,000 100 31,720,000 8 PR.1.3.2 Malaria
24,643,600 100 24,643,600 9 PR.1.3.5 DHF
31,330,000 100 31,330,000 PR.1.3.7 Pencegahan
10 Penyakit Menular
Lainnya 37,710,000 100 37,710,000 11 PR.1.4.3 Jiwa
32,440,000 100 32,440,000 PR.1.2 Pelayanan Promosi
12 Kesehatan dan
Pencegahan 37,300,000 100 37,300,000
Grand Total
Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
PR.2.1 Pelayanan 13 Rawat Jalan (JKA)
504,842,960 PR.2.2 Pelayanan Rawat Inap(JKA 14 dan Jampersal)
1,045,254,000 65,54 549,595,227 34,46 1,594,849,227 PR.2.3 Pelayanan 15 Rujukan
90,435,400 PR.2.5 Pelayanan Kuratif/ Individu Lainnya (jasa pelayanan dan 16 obat)
Grand Total
Dari tabel di atas, pembiayaan untuk program UKM dan UKP berdasarkan sumber terlihat bahwa beberapa program UKM seperti gizi dan KIA tidak sepenuhnya pembiayaannya oleh APBD, bahkan untuk program UKM KIA pembiayaan terbesar adalah bersumber dari pusat. Sedangkan untuk pembiayaan UKP pelayanan rawat jalan sepenuhnya masih dibiayai oleh APBD, sedangkan pelayanan rawat inap sebagian besar sudah dikelola oleh APBN hanya saja APBD masih ikut membiayai yaitu sekitar 34,46%.
5.3.6 Gambaran Pembiayaan kesehatan menurut Jenis Kegiatan
Tabel 5.10 Biaya Kesehatan Berdasarkan Jenis Kegiatan Kabupaten Pidie Jaya
No.
Total % Jenis Kegiatan Langsung
Jenis Kegiatan
Kegiatan Program Kesehatan Masyarakat 2,406,791,747
1 HA.2.1.1 Promosi dan Penyuluhan kesehatan 770,100,000 1.27% 2 HA.2.1.10 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
8,353,500 0.01% 3 HA.2.1.11 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Alat Medis
1,343,009,030 2.21% 4 HA.2.1.12 Kegiatan Kesehatan Masyarakat Langsung Lainnya
252,185,017 0.41% 5 HA.2.1.9 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kegiatan Program Kesehatan Individu 3,494,903,085
6 HA.2.2.1 Diagnosis dan Pengobatan 38,017,008 0.06% 7 HA.2.2.3 Tindakan Medis
2,744,779,965 4.51% 8 HA.2.2.7 Kegiatan Individu Langsung Lainnya
Jenis Kegiatan Tidak Langsung 54,898,690,708 90,29%
9 HA.1.1 Manajerial dan Koordinasi 40,020,725,115 65.82% 10 HA.1.2 Pengadaan dan Peningkatan Kapasitas Personil
88,623,000 0.15% 11 HA.1.3 Perencanaan dan Penganggaran Program
324,829,000 0.53% 12 HA.1.4 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
114,607,000 0.19% HA.1.5 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur&Alat Non 13 Medis
12,262,998,833 20.17% 14 HA.1.6 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
21,097,000 0.03% 15 HA.1.7 Supervisi dan Bimbingan Teknis
14,200,000 0.02% 16 HA.1.8 Peningkatan Kesejahteraan Pegawai
11,660,760 0.02% 17 HA.1.9 Kegiatan Tidak Langsung Lainnya
Grand Total 60,800,385,540
Pada tabel di atas jenis kegiatan langsung dibagi menjadi kegiatan langsung program kesmas (3,96%) dan kegiatan langsung program kesehatan individu (5,75%) yang didalamnya terdapat pelayanan tindakan medis (4,51%), diagnosis dan pengobatan (0,06%) serta kegiatan individu langsung lainnya (1,17%). Kegiatan Langsung tersebut sangat kecil dibandingkan dengan kegiatan tidak langsung seperti kegiatan manajerial dan koordinasi (65,82%), pengadaan infrastruktur/alat non medis (20.17%) dan kegiatan tidak langsung Pada tabel di atas jenis kegiatan langsung dibagi menjadi kegiatan langsung program kesmas (3,96%) dan kegiatan langsung program kesehatan individu (5,75%) yang didalamnya terdapat pelayanan tindakan medis (4,51%), diagnosis dan pengobatan (0,06%) serta kegiatan individu langsung lainnya (1,17%). Kegiatan Langsung tersebut sangat kecil dibandingkan dengan kegiatan tidak langsung seperti kegiatan manajerial dan koordinasi (65,82%), pengadaan infrastruktur/alat non medis (20.17%) dan kegiatan tidak langsung
Dari hasil wawancara mendalam didapat informasi sebagai berikut: “Karena keterbatasan anggaran... sebenarnya anggaran untuk kesehatan sudah cukup banyak, hanya saja sebagian besar dana seperti dana Otsus masih digunakan untuk infrastruktur, tapi tahun depan itu, sudah bisa dialokasikan untuk yang lainnya.” (Pihak Dinkes).
5.3.7 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Mata Anggaran
Tabel 5.11 Biaya Kesehatan Berdasaarkan Mata Anggaran
No.
Total % Investasi
Mata Anggaran
1 HI.1.2 Bangunan/Konstruksi
8.21% 2 HI.1.3 Pengadaan Alat Non-Medis
2,389,035,930 3.93% 3 HI.1.4 Pengadaan Alat medis
Operasional 49,916,953,240 82,10%
4 HI.2.1 Gaji 24,995,517,920 41.11% 5 HI.2.2 Honorarium
4,863,224,513 8.00% 6 HI.2.3 Obat dan Bahan Medis
2,572,031,681 4.23% 7 HI.2.4 Bahan Non-Medis
501,309,103 0.82% 8 HI.2.5 Perjalanan
490,741,800 0.81% 9 HI.2.6 Akomodasi
197,734,919 0.33% 10 HI.2.7 Utilities (Telepon, Listrik, Air)
290,561,204 0.48% 11 HI.2.8 Biaya Operasional Lainnya
Pemeliharaan 659,599,370 1,08%
12 HI.3.2 Gedung/Konstruksi 191,000,000 0.31% 13 HI.3.3 Pemeliharaan Alat Non-Medis
330,508,050 0.54% 14 HI.3.4 Pemeliharaan Alat Medis
28,520,000 0.05% 15 HI.3.5 Pelatihan Personil
60,223,000 0.10% 16 HI.3.6 Pemeliharaan Lainnya
Grand Total 60,800,385,540 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja kesehatan di kabupaten Pidie Jaya lebih banyak dihabiskan untuk belanja bersifat operasional (82,10%) dibandingkan untuk investasi (16,82%) dan pemeliharaan (1,08%). Belanja operasional gaji memiliki porsi terbesar (41,11%). Biaya operasional lainnya (26,33%) yang terbesar di dalamnya yaitu mencakup biaya cetak dan penggandaan, biaya makan minum, belanja ATK dan lainnya. Biaya untuk Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja kesehatan di kabupaten Pidie Jaya lebih banyak dihabiskan untuk belanja bersifat operasional (82,10%) dibandingkan untuk investasi (16,82%) dan pemeliharaan (1,08%). Belanja operasional gaji memiliki porsi terbesar (41,11%). Biaya operasional lainnya (26,33%) yang terbesar di dalamnya yaitu mencakup biaya cetak dan penggandaan, biaya makan minum, belanja ATK dan lainnya. Biaya untuk
Dari hasil wawancara mendalam didapat informasi berikut: “Dalam 5 tahun terkhir pemkab Pidie Jaya sedang fokus membelanjakan keuangan daerahnya untuk pembangunan Rumah Sakit Daerah, pengeluaran pemerintah untuk aset tetap ini diharapkan dapat berdampak positif yang signifikan terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat Pidie Jaya.”(Pihak Bappeda)
5.3.8 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Kegiatan dan Mata Anggaran
Tabel 5.12 Biaya Kesehatan Berdasarkan Jenis Kegiatan dan Mata Anggaran
No Mata Anggaran
Langsung
Tidak Langsung
% Grand Total
Tabel di atas adalah kelanjutan dari tabel sebelumnya yang menggambarkan tingginya realisasi anggaran untuk kegiatan operasional. Setelah ditelaah lagi berdasarkan realisasi anggaran jenis kegiatan dan mata anggarannya, maka dapat dilihat bahwa realisasi anggaran kesehatan untuk kegiatan operasional tidak langsungnya lebih tinggi (72,53%) dibandingkan realisasi anggaran kesehatan untuk kegiatan operasional langsungnya (9.57%).
5.3.9 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Jenjang Kegiatan
Tabel 5.13 Biaya Kesehatan Berdasaarkan Jenjang Kegiatan di Kabupaten Pidie Jaya
No.
Jenjang Kegiatan
Total
1 HL.2 Provinsi
0.11% 2 HL.3 Kabupaten
91.60% 3 HL.4 Kecamatan/Puskesmas
4.78% 4 HL.5 Desa/Kelurahan/masyarakat
3.51% Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang kegiatan lebih banyak diselenggarakan di tingkat kabupaten, yaitu sebesar 91,60%. Sedangkan, kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di tingkat kecamatan/Puskesmas hanya sebesar 4,78% dan jenjang kegiatan di tingkat desa/kelurahan/masyarakat rata-rata hanya sebesar 3,51% dan Provinsi (0,11%).
5.3.10 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan Jenjang dan Program
Tabel 5.14 Biaya Kesehatan Berdasarkan Jenjang dan Program di Kabupaten Pidie Jaya
HL.4
HL.5
Desa/Keluraha No
HL.2
HL.3
Kecamatan/Pusk
Row Labels
n/masyarakat % Grand Total
Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) PR.1.1.1 Kesehatan Ibu dan 1 Anak (KIA)
750,000,000 1.23% 818,916,000 2 PR.1.1.2 Gizi
266,935,017 0.44% 266,935,017 3 PR.1.1.3 Imunisasi
20,054,000 4 PR.1.1.4 KB dan Konseling
989,083,000 5 PR.1.2.1 UKS
18,805,740 PR.1.2.3 Kesehatan 6 Lingkungan
13,097,700 0.02% 544,541,700 PR.1.2.5 Pengawasan Makanan, Minuman and 7 Hygine
31,720,000 8 PR.1.3.2 Malaria
7,247,000 0.01% 24,643,600 9 PR.1.3.5 DHF
4,750,000 0.01% 31,330,000 PR.1.3.7 Pencegahan Penyakit 10 Menular Lainnya
37,710,000 11 PR.1.4.3 Jiwa
32,440,000 PR.1.2 Pelayanan Promosi 12 Kesehatan dan Pencegahan
29,700,000 0.05% 37,300,000 Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) 13 PR.2.1 Pelayanan Rawat Jalan
504,842,960 14 PR.2.2 Pelayanan Rawat Inap
1,594,849,227 15 PR.2.3 Pelayanan Rujukan
90,435,400 PR.2.5 Pelayanan Kuratif/ 16 Individu Lainnya
3,401,117,771 Program Penunjang PR.3.1 Administrasi dan 17 Manajemen
39,186,661,102 PR.3.2 Sistem Informasi 18 Kesehatan
39,932,000 PR.3.3 Program Peningkatan 19 Kapasitas SDM Kesehatan
81,423,000 PR.3.4 Pengadaan dan 20 Pemeliharaan Infrastruktur
1,498,628,000 2.46% 1,061,940,000 1.75% 10,735,030,023 PR.3.5 Penelitian dan 21 Pengembangan
22 PR.3.6 Pembiayaan Kesehatan
250,000,000 PR.3.7 Program Pemberdayaan 23 Masyarakat
2,039,725,000 Grand Total
2,904,819,880 4.78% 2,133,669,717 3.51% 60,800,385,540 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan terbesar program UKM ada di
tingkat kabupaten dengan total sebesar 2,80%, sedangkan pembiayaan UKM yang dijalankan langsung oleh Puskesmas/kecamatan totalnya hanya sebesar 0,10% dan di tingkat desa/kelurahan 1,76% dari total pembiayaan kesehatan di Pidie Jaya. Dari hasil wawancara mendalam Pihak Dinkes mengutarakan sebagai berikut:
“Kita melihat beberapa Puskesmas di Pidie Jaya tampak menghadapi beberapa masalah kesehatan utama di wilayahnya, seperti Puskesmas Trienggadeng tampak menghadapi masalah utama pada DBD dan malaria, namun dikarenakan keterbatasan dana yang dikelola oleh Puskesmas maka alokasi khusus terhadap penyakit tersebut tidak ada.”(Pihak Dinas kesehatan)
5.3.11 Gambaran Pembiayaan Kesehatan Menurut Penerima Manfaat
Tabel 5.15 Biaya Kesehatan Berdasaarkan Penerima Manfaat Kabupaten Pidie Jaya
No
Penerima Manfaat
Total
1 HB.1 0 - <1 tahun (bayi)
2 HB.2 1 - 4 tahun (balita)
3 HB.3 5 - 12 tahun (anak sekolah)
4 HB.5 19 - 64 tahun (usia produktif)
5 HB.7 Semua Kelompok Umur
6 HB.8 Kelompok Umur belum dipilah
Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan kesehatan lebih banyak kepada semua kelompok umur, dikarenakan rendahnya biaya kesehatan yang hanya diperuntukkan untuk program-program yang mengkhususkan untuk kelompok umur tertentu saja.
Tabel 5.16 Biaya Kesehatan Berdasaarkan Penerima Manfaat dan jenjang
HB.7 Semua
HB.8 Umur Jenjang
HB.1 0 - <1
HB.2 1 - 4
HB.3 5 - 12
HB.5 19 - 64
belum dipilah %
HL.2 Provinsi
0,11 HL.3 Kabupaten
86,54 2,039,725,000 3,35 HL.4 Puskesmas
3,03 1,23 HL.5 Desa
1,84 750,000,000 Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan kesehatan untuk tingkat desa penerima manfaat untuk bayi (0 - <1 tahun) hanya berkisar 0,31% dari total pembiayaan sedangkan untuk kelompok umur balita (1-4 tahun) sekitar 0,12%. Di tingkat Puskesmas belanja kesehatan untuk khusus bayi dan balita belum ada.