Gambaran Realisasi Belanja Kesehatan di Dinas kesehatan
5.4 Gambaran Realisasi Belanja Kesehatan di Dinas kesehatan
5.4.1 Realisasi Alokasi Biaya Kesehatan pada Dinas kesehatan Berdasarkan Sumber
Tabel 5.17 Pembiayaan Kesehatan Pada Dinas kesehatan Berdasarkan Sumber Biaya
No
Dinas/Instansi
Total
HF 1.1.3.1 Pemkab: Dinas kesehatan 43,768,726,738 1 FS 1.1.1 APBN Kementerian Kesehatan
3,873,473,756 8.85% 2 FS 1.2.2 APBD Kabupaten/ Kota (DBH, DAU, PAD)
39,895,252,982 91.15% Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Dinas kesehatan Pidie Jaya sebagian besar realisasi belanja kesehatannya bersumber dari APBD kabupaten/kota (91,15%), dimana sumber tersebut berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Sedangkan dana bersumber APBN (Kementerian Kesehatan) yang terealisasi di Dinas kesehatan hanya Rp. 3,873,473,756,- atau 8,85% dari total Rp.43,768,726,738 anggaran kesehatannya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembagian dana DAU dan DBH yang selanjutnya dimasukkan dalam kas daerah (APBD) dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam memenuhi kebutuhan setiap daerah di Indonesia.
Anggaran kesehatan yang ada di Dinas kesehatan berdasarkan sumber di atas, dapat dijelaskan lebih rinci berdasarkan jenis dana yang didapat dari APBN sebagaimana dijelaskan dalam pivot tabel berikut ini.
Tabel 5.18 jenis Dana dan belanja Kesehatan di Dinas kesehatan Kabupaten Pidie Jaya
No.
Total % FS 1.1.1 APBN Kementerian Kesehatan
Program/Kegiatan
1 Dana Bantuan operasional kesehatan (BOK) 267,651,756 0.61% 2 pelayanan kesehatan penduduk miskin
1,045,254,000 2.39% pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana prasarana pkm 3 dan pustu
Dari tabel di atas terlihat bahwa dana bersumber APBN di Dinas kesehatan Pidie Jaya terdiri dari Dana Bantuan Operasional Kesehatan (0,61%), dana pelayanan kesehatan penduduk miskin (2,39%), dan dana pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana prasarana Puskesmas dan Pustu (5,85%).
5.4.2 Realisasi Alokasi Biaya Kesehatan di Dinas kesehatan Menurut Program
Tabel 5.19 Pembiayaan Kesehatan Pada Dinas kesehatan Berdasarkan Program Kesehatan
No.
Dinas/Instansi Total %
Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) 512,012,057 1,17
1 PR.1.1.1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 68,916,000 0.16% 2 PR.1.1.2 Gizi
195,995,017 0.45% 3 PR.1.1.3 Imunisasi
20,054,000 0.05% 4 PR.1.2.1 UKS
18,805,740 0.04% 5 PR.1.2.3 Kesehatan Lingkungan
13,097,700 0.03% PR.1.2.5 Pengawasan Makanan, Minuman and 6 Hygine
31,720,000 0.07% 7 PR.1.3.2 Malaria
24,643,600 0.06% 8 PR.1.3.5 DHF
31,330,000 0.07% 9 PR.1.3.7 Pencegahan Penyakit Menular Lainnya
37,710,000 0.09% 10 PR.1.4.3 Jiwa
32,440,000 0.07% PR.1.2 Pelayanan Promosi Kesehatan dan 11 Pencegahan
Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) 1,045,254,000 2,39%
12 PR.2.2 Pelayanan Rawat Inap 1,045,254,000 2.39%
Program Penunjang 42,211,460,681 96,44%
13 PR.3.1 Administrasi dan Manajemen 37,775,174,398 86.31% 14 PR.3.2 Sistem Informasi Kesehatan
39,932,000 0.09% PR.3.3 Program Peningkatan Kapasitas SDM 15 Kesehatan
81,423,000 0.19% 16 PR.3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur
4,292,041,283 9.81% 17 PR.3.5 Penelitian dan Pengembangan
Grand Total 43,768,726,738 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengalokasian anggaran untuk program penunjang mendapatkan persentase terbesar dalam realisasi anggaran di Dinas kesehatan Pidie Jaya tahun 2013 (96,44%). Sedangkan untuk alokasi anggaran program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) total pembiayaannya hanya Rp. 512,012,057 (1,17%). Program UKS mendapatkan alokasi anggaran dengan persentase terendah dari total pembiayaan. Oleh karena itu, kedepannya dibutuhkan koordinasi yang lebih strategis dengan segenap dinas terkait guna mencukupi pembiayaan untuk program-program UKM di Kabupaten Pidie Jaya.
Dari hasil wawancara mendalam dengan pihak RSUD didapat informasi sebagai berikut: Karena Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta kesehatan sekolah itu sebenaranya butuh juknis dari Pusat, karena kan yang masih diprioritaskan adalah Dari hasil wawancara mendalam dengan pihak RSUD didapat informasi sebagai berikut: Karena Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta kesehatan sekolah itu sebenaranya butuh juknis dari Pusat, karena kan yang masih diprioritaskan adalah
“Yang mengacu kepada SPM dan MDGs, kalau dari program terpenuhi, dari pelaksanaan kegiatannya sudah, tapi dari anggarannya belum cukup, jadi misalnya untuk gizi kurang Sudah ada kegiatan, dilaksanakan, kalau untuk memunuhi kebutuhan spm sudah terlaksana kegiatannya. karena pun dari spm itu banyak kegiatannya., missal K4 yang bisa terpenuhi hanya 2. Karena kita pun belum ada SPM daerah.”(Pihak Dinkes)
5.4.3 Realisasi Belanja Kesehatan di Dinas kesehatan Berdasarkan Kegiatan
Tabel 5.20 Alokasi Anggaran Kesehatan Pada Dinas kesehatan Berdasarkan Jenis Kegiatan
No.
Total % Kegiatan Langsung
Jenis Kegiatan
1,274,359,217 2,91% Kegiatan Program Kesehatan Masyarakat
1 HA.2.1.1 Promosi dan Penyuluhan kesehatan 20,100,000 0.05% 2 HA.2.1.10 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
8,353,500 0.02% HA.2.1.11 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Alat 3 Medis
12,820,500 0.03% 4 HA.2.1.12 Kegiatan Kesehatan Masyarakat Langsung Lainnya
221,245,017 0.51% 5 HA.2.1.9 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kegiatan Program Kesehatan Individu 978,696,000 2,24%
6 HA.2.2.1 Diagnosis dan Pengobatan 7,000,000 0.02% 7 HA.2.2.3 Tindakan Medis
Kegiatan Tidak Langsung 42,494,367,521 97,09%
8 HA.1.1 Manajerial dan Koordinasi 37,827,638,498 86.43% 9 HA.1.2 Pengadaan dan Peningkatan Kapasitas Personil
88,623,000 0.20% 10 HA.1.4 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
99,807,000 0.23% HA.1.5 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur serta Alat 11 Non Medis
4,452,374,023 10.17% 12 HA.1.6 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
11,500,000 0.03% 13 HA.1.7 Supervisi dan Bimbingan Teknis
14,200,000 0.03% 14 HA.1.9 Kegiatan Tidak Langsung Lainnya
225,000 0.00% Grand Total
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengalokasian anggaran untuk jenis kegiatan langsung untuk Program Kesehatan Masyarakat masih mendapatkan persentase yang sangat rendah di Dinas kesehatan yaitu hanya 0,68% (Rp. 295,663,217). Pengalokasian
Anggaran kesehatan dikatakan efesien kalau kebutuhan anggaran untuk kegiatan operasional langsungnya tercukupi. Oleh karena itu dibutuhkan pengalokasian anggaran yang lebih proporsional kedepannya untuk kegiatan-kegiatan langsung terutama untuk kegiatan-kegiatan Program Kesehatan Masyarakat (PKM) (Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan 2011).
5.4.4 Realisasi Alokasi Biaya Kesehatan di Dinas kesehatan Berdasarkan Mata Anggaran
Tabel 5.21 Alokasi Anggaran Kesehatan Pada Dinas kesehatan Berdasarkan Mata Anggaran
No.
Dinas kesehatan
1 HI.1.2 Bangunan/Konstruksi 1,263,945,000 2.89% 2 HI.1.3 Pengadaan Alat Non-Medis
429,770,600 0.98% 3 HI.1.4 Pengadaan Alat medis
Operasional 40,552,636,888 92,65%
4 HI.2.1 Gaji 24,995,517,920 57.11% 5 HI.2.2 Honorarium
1,881,971,000 4.30% 6 HI.2.3 Obat dan Bahan Medis
1,307,716,750 2.99% 7 HI.2.4 Bahan Non-Medis
99,360,768 0.23% 8 HI.2.5 Perjalanan
363,280,400 0.83% 9 HI.2.6 Akomodasi
14,700,000 0.03% 10 HI.2.7 Utilities (Telepon, Listrik, Air)
156,370,052 0.36% 11 HI.2.8 Biaya Operasional Lainnya
Pemeliharaan 429,161,250 0,98%
12 HI.3.2 Gedung/Konstruksi 149,000,000 0.34% 13 HI.3.3 Pemeliharaan Alat Non-Medis
211,588,250 0.48% 14 HI.3.5 Pelatihan Personil
60,223,000 0.14% 15 HI.3.6 Pemeliharaan Lainnya
8,350,000 0.02% Grand Total
Belanja kesehatan untuk keperluan operasional sudah tinggi di Dinas kesehatan (92,65%) atau Rp. 40,552,636,888,-. Namun biaya operasionalnya masih didominasi oleh biaya untuk keperluan gaji pegawai (57,11%) sedangkan untuk keperluan honorarium petugas lapangan hanya berjumlah 4,03%.
5.4.5 Realisasi Alokasi Biaya Kesehatan di Dinas kesehatan berdasarkan Mata Anggaran dan Jenis Kegiatan
Tabel 5.22 Alokasi Anggaran Kesehatan Dinkes Berdasarkan Mata Anggaran dan Kegiatan
No Mata Anggaran
Langsung
Tidak Langsung
%2 Grand Total
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja operasional untuk jenis kegiatan tidak langsung di Dinas kesehatan Pidie Jaya lebih tinggi dari operasional kegiatan langsungnya. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi dari pengalokasian anggaran kesehatan di Dinas kesehatan kabupaten Pidie Jaya masih kurang efektif sehingga dibutuhkan anggaran yang cukup ke depan guna mencukupi kebutuhan anggaran untuk kegiatan operasional langsung di Dinas kesehatan Pidie Jaya.