Sebagian besar responden memiliki pendidikan DIII sebanyak 24 orang 80,0. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki pengetahuan
yang cukup dan pengalaman yang matang 5-10 tahun tentang prinsip dalam terapi bermain bagi anak yang dihospitalisasi, seperti kondisi kesehatan anak,
keamanan dan kenyamanan pada anak terhadap benda-benda yang dikenalnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih mainan bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah, pilihlah alat mainan yang aman Wong 2004.
2. Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan
a. Faktor Predisposisi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan responden tentang terapi bermain dalam kategori baik sebanyak 25 responden 83,3, hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Darni 2000 tentang: Faktor- Faktor yang Berkontribusi terhadap Pelaksanaan Aktivitas Bermain di Ruang A1
dan Cempaka RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, yang menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang terapi bermain masih kurang 42,8. Sedangkan
hasil yang diperoleh peneliti tentang sikap responden terhadap terapi bermain, dalam kategori kurang sebanyak 17 orang 56,7. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darni 2000 bahwa sebanyak 64,20 perawat memiliki sikap yang kurang baik terhadap pelaksanaan terapi bermain. Kondisi
yang terjadi di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan menunjukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa meskipun pengetahuan yang cukup, tetapi mereka belum memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan terapi bermain.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya motivasi mereka dalam melaksanakan terapi bermain. Sedangkan untuk dapat terlaksananya terapi
bermain, faktor yang paling berperan adalah perawat itu sendiri Darni, 2000. Selain itu pelaksanaan terapi bermain lebih banyak dijalankan oleh mahasiswa
yang sedang menjalankan praktek belajar lapangan di ruangan mereka, sehingga sikap responden terhadap terapi bermain masih kurang.
b. Faktor Pendukung
Hasil penelitian menujukan bahwa fasilitas terapi bermain dalam kategori tidak lengkap sebanyak 24 responden 80, hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Darni 2000 tentang: Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Pelaksanaan Aktivitas Bermain di Ruang A1 dan Cempaka RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, yang menunjukan bahwa sarana dan fasillitas bermain di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tidak lengkap 35,7. Manajemen rumah
sakit prosedur tetap dalam kategori tidak mendukung berjalannya terapi bermain 100. Hal ini menyebabkan pelaksanaan terapi bermain di Ruang Rawat Inap
Anak RSUD dr. Pirngadi Medan belum optimal. Untuk terwujudnya sikap perawat agar menjadi tindakan di perlukan faktor
pendukung di rumah sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas antara lain, ruangan bermain yang diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk
dilaksanakan aktifitas bermain pada anak, alat-alat bermain yang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Adanya protap yaitu prosedur kegiatan yang telah di tetapkan sebagai acuan perawat dalam melaksanakan
kegiatan bermain. Dan perlunya kebijakan yaitu ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan aktifitas bermain Wong, 2008. Dengan
demikian, hal ini menunjukan dengan berkurangnya faktor pendukung dalam pelaksanaan terapi bermain akan sejalan dengan sikap perawat yang kurang dalam
melaksanakan terapi bermain tersebut sebanyak 17 responden 56,7.
c. Faktor Pendorong