3.2. Sejarah Singkat Terbentuknya Permukiman di Kelurahan Melai.
3.2.1. Masa Pemerintahan Kerajaan Buton.
Apabila mengkaji proses permukiman di Kelurahan Melai tidak lepas dari historis berdiri dan berkembangnya Kerajaan Buton. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa kerajaan Buton yang membentuk identitas sekaligus sebagai peletak dasar dari permukiman awal menjadi permukiman permanen hingga
berwujud sebagai sebuah kota. Perkembangan budaya dan semua aktivitas masyarakatnya dipengaruhi oleh kekuasaan kerajaan. Dalam beberapa hal, faktor
eksternal berpengaruh dalam pembentukan kultur suatu masyarakat, terutama masyarakat pantai yang sifatnya terbuka untuk menerima perubahan.
Menurut Zahari 2002, cikal bakal Buton sebagai negeri telah dirintis oleh empat orang yang disebut dengan Mia Patamiana. Mereka adalah:
Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati datang ke Buton pada akhir abad ke-13 M. Empat orang Mia Patamiana tersebut terbagi dalam dua kelompok,
kelompok pertama Sipanjonga dan Sitamananjo beserta para pengikutnya menguasai daerah Gundu-Gundu; sementara kelompok kedua Simalui dan
Sijawangkati dengan para pengikutnya menguasai daerah Barangkatopa. Pola hidup mereka berpindah-pindah hingga akhirnya mereka berjumpa antar
kelompok. Pertemuan dua kelompok ini pun saling mengenal dan saling mengunjungi, kemudian dibuatlah kesepakatan untuk mengadakan musyawarah
bersama yang bertempat di Batu Yi Gandangi. Selaku ketua perkampungan Sipanjonga berdiri di tengah kerumunan orang sambil berteriak dalam bahasa
Buton Welia yang artinya buatlah kampung We=buatlah ; Lia = Perkampungan. Ucapan Sipanjonga ini kemudian diabadikan menjadi nama wilayah Wolio.
Seiring perjalanan daerah Barangkatopa terbagi menjadi tiga daerah yaitu Barangkatopa, Peropa dan Baluwu cikal bakal Kelurahan Melai. Dengan
terbentuknya desa Peropa dan Baluwu, berarti telah ada empat kampung yang memiliki ikatan kekerabatan, yaitu: Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa dan
Baluwu. Keempat kampung ini kemudian disebut Pata Limbo, dan para pimpinannya disebut Bonto. Kesatuan keempat pemimpin kampung Bonto ini
disebut Patalimbona. Mereka inilah yang berwenang memilih dan mengangkat seorang Raja.
Selain empat kampung tersebut, di pulau Buton juga telah berdiri beberapa kerajaan kecil yaitu: Tobe-Tobe, Kamaru, Wabula, Todanga dan
Batauga. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan-kerajaan kecil dan empat kampung tersebut kemudian bergabung dan membentuk sebuah kerajaan baru dengan nama
Kerajaan Buton, dengan daerah Baluwu sebagai pusat pemerintahan. Dengan naiknya Wa Kaa Kaa sebagai raja pertama, Kerajaan Buton
semakin berkembang hingga Islam masuk ke Buton pada pertengahan abad ke-16 M. Selama masa pra Islam, di Buton telah berkuasa enam orang raja, dua di
antaranya perempuan. Era pra Islam Kerajaan Buton berlangsung dari tahun 1332 hingga 1542 M.
3.2.2. Masa Pemerintahan Kesultanan Buton