Sistematika Penulisan Permukiman Tradisional

Analisis deskriptif kualitatif adalah mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya dari berbagai sumber yang berupa kata-kata, gambar untuk mendeskripsikan perilaku, persepsi dan pengetahuan masyarakat tentang permukiman tradisional, serta mendeskripsikan alasan dan cara masyarakat dapat mempertahankan keaslian permukiman tradisional.

1.8. Sistematika Penulisan

Bab I PENDAHULUAN

Mencakup latar belakang masalah, rumusan permasalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II PERKEMBANGAN PERMUKIMAN

Mencakup tinjauan kepustakaan yaitu referensi serta teori-teori yang akan mendukung pembahasan pada penelitian ini.

Bab III GAMBARAN PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL WOLIO DI KELURAHAN MELAI, KOTA

BAU-BAU Menguraikan mengenai gambaran kondisi fisik dan profil wilayah, sejarah perkembangan permukiman , norma dan aturan permukiman Wolio di Kelurahan Melai. Juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi terkini di lokasi penelitian sampai kepada bagian-bagian detail yang memiliki hubungan dengan obyek penelitian Bab IV ANALISIS BERTAHANNYA PERMUKIMAN TRADISIONAL DI KELURAHAN MELAI Pada bab ini dilakukan analisis terhadap proses dan penyebab yang mempengaruhi bertahannya permukiman tradisional dan ancaman keberlanjutan permukiman tradisional dengan berdasarkan data-data yang diperoleh baik itu dalam bentuk wawancara, observasi, dokumentasi maupun dengan telaah dokumen.

Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini akan berisi kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya dan berdasarkan kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan rekomendasi agar dapat ditindak lanjuti.

BAB II PERKEMBANGAN PERMUKIMAN

2.1. Permukiman Tradisional

Permukiman adalah kawasan tempat berkumpul beberapa bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Ada kalanya di dalam permukiman juga tersedia beberapa fasilitas penunjang yang melengkapi kegiatan para penghuninya, sehingga membuatnya menjadi lebih nyaman. Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia bersifat sosial dan manusia yang berbudaya, berbagai kondisi obyektif dan perjalanan historis mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem budayanya secara khas, seperti misalnya sistem sosial Kesultanan Buton sebagai salah satu sistem sosial budaya Indonesia, diantara kebhinekaan sistem sosial yang ada di Indonesia. Permukiman tradisional ialah suatu permukiman yang merupakan perkembangan masyarakat yang hidup secara nomaden, dimana permukiman ini sudah hidup menetap pada suatu wilayah tertentu. Menurut Jayadinata 1999, ciri-ciri dari permukiman tradisional antara lain: 1. Masyarakat memilih tempat-tempat yang memungkinkan untuk hidup menetap seperti daerah yang subur, terdapat mata air, aman dari kemungkinan bencana alam, serangan binatang maupun musuh. 2. Susunan permukiman sudah menunjukkan adanya pola diamana sering kali susunan unit-unit hunian membentuk suatu ruang bersama. 3. Permukiman sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan walaupun masih sangat sederhana. 4. Mempunyai ukuran yang cukup besar dengan penduduk sekitar 1.000 sampai dengan 2.000 jiwa. Pada perkampungan tradisional di Indonesia lebih berorientasi pada religi, kebutuhan sosial ekonomi dalam hal memenuhi kebutuhan hidup dalam melakukan mata pencaharian sehari-hari seperti sungai, pantai laut, danau, ladang dan lain-lain serta kebutuhan sosial yaitu berinteraksi antar anggota masyarakat dan dapat hidup bergotong royong. Menurut Sastra 2006, pengertian tradisional tidak dapat diberi batasan dengan tegas karena bersifat relatif tergantung keadaan, tingkat kemajuan dan teknologi membangun yang dilakukan di suatu wilayahnegeri. Pola hidup dan budaya di suatu daerah berpengaruh terhadap metode membangun suatu rumah, didalam metode membangun rumah tersebut ada beberapa aspek-aspek yang terkait seperti: a. Upacara pembangunan rumah. b. Pelaksanaan pembangunan rumah. c. Cara membangun rumah. d. Hal-hal yang dianjurkan dan dihindari dalam pelaksanaan pembangunan rumah. e. Aturan-aturan terkait dengan bentuk, orientasi dan bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah.

3.2. Tata Ruang pada Permukiman Tradisional Indonesia