figur yang sangat ambigu: beautiful, dangerous, and evil. Itulah penggambaran Pandora yang diciptakan sebagai senjata balas dendam dewa Zeus terhadap dunia
Hurwit, 1999:244. Namun logika mimikri yang dimunculkan dalam MV ini menghasilkan
ketidaksamaan dengan mitologi aslinya. Kotak Pandora dalam versi mitologis Yunani dibuka oleh Pandora yang adalah perempuan, itulah sebabnya kenapa
kotak tersebut dinamai berdasarkan nama Pandora. Namun anehnya, visualisasi Pandora dalam MV ini bukanlah perempuan, namun laki-laki. Yang membuka
kotak Pandora dalam MV ini adalah laki-laki. Pembalikan mitologis ini merupakan wujud penolakan perempuan atas tuduhan pembawa masalah. Dalam
dunia modern yang diintepretasikan dalam MV ini, masalah tidak hanya berasal dari perempuan, melainkan, masing-masing laki-laki dan perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk berbuat kejahatan maupun kebaikan.
4.2.2. Kode Proairetik proairetik code
Kode proairetik dalam MV ini berusaha untuk membaca implikasi dari dinamika tindakan yang dihadirkan dalam MV ini. Ketika laki-laki membuka kotak Pandora
yang ada di tangannya, performa dimulai. Dengan demikian, performa perempuan dalam MV ini merupakan implikasi dari kotak Pandora yang terbuka. Sesuai
dengan mitosnya, perempuan-perempuan dalam hal ini digambarkan sebagai roh- roh jahat yang dikeluarkan Pandora dari kotak yang diberikan Zeus.
Uniknya, perempuan tidak digambarkan serupa dengan kisah mitologisnya. Perempuan tidak dihadirkan sebagai sumber penyakit, kutukan, kemiskinan, atau
hal-hal negatif lainnya yang membawa kesengsaraan bagi manusia di dunia. Perempuan justru dihadirkan sebagai sosok perempuan yang cantik, sama seperti
ketika Zeus menciptakan Pandora berdasarkan pada kecantikan sang Dewi Athena. Ketika kotak Pandora terbuka, keluarlah lima perempuan cantik yang
memiliki kemampuan untuk mengontrol dunia dengan memanfaatkan keindahan tubuhnya. Hal ini dibenarkan oleh frasa “up and up ah ah” yang tedapat dalam
narasi. Frasa ini diungkapkan perempuan untuk pertama kalinya ketika laki-laki membuka kotak Pandora, yang bisa disepadankan dengan ungkapan terimakasih
perempuan karena telah membebaskan dirinya dari kotak Pandora. Up and up, ah ah. Bukalah, maka kau akan merasakan ah ah. Perempuan
berusaha untuk membujuk rayu laki-laki untuk membuka kotak Pandora. Di sisi lain, laki-laki juga memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap perempuan-
perempuan Pandora. Pada akhirnya, sang laki-laki membuka kotak. Ia laki-laki pun terjebak dalam keterpesonaannya terhadap perempuan yang membuat laki-
laki ingin memiliki dan menyentuh perempuan, namun ia tidak memiliki keberanian. Laki-laki terprovokasi oleh tubuh-tubuh indah yang muncul dari
kotak Pandora yang telah dibukanya. Perempuan dalam MV Pandora ditampilkan dalam tubuh yang provokatif
secara seksual, dikarenakan kamera dan bahasa tubuh berfokus pada karakter seksual yang dimiliki oleh masing-masing tubuh. Rangkaian tindakan dalam MV
ini menghasilkan pola fragmentasi. Fragmentasi mengacu pada proses di mana karakter-karakter yang ada di dalam teks lebih cenderung dideskripsikan dalam
konteks bagian tubuh mereka daripada ditampilkan dalam tubuh yang utuh Mills,
1998:207. Dalam MV ini, fragmentasi tubuh yang sering diperlihatkan adalah mata, dada, punggung, kaki, dan tangan. Kesemuanya ini merupakan aspek-aspek
ketubuhan perempuan yang kaya akan ekspresi seksualitas. Tubuh perempuan masuk ke dalam kontruksi dunia performa dan
memunculkan memori yang dihasilkan dari bahasa tubuh yang terus-menerus diulang-ulang Atkinson, 2006:95. Dalam MV ini, bahasa tubuh yang paling
dominan digunakan adalah sexual aggresiveness gesture. Tatapan perempuan dalam hal ini merupakan ekspresi seksualitas perempuan yang mempermainkan
emosional laki-laki. Perempuan dalam MV ini menampilkan dirinya dalam perilaku seksual yang ekstrim, namun dianggap sebagai hal yang biasa dan
natural. Sekuens MV ini menawarkan aktivitas seksual, salah satunya adalah gerakan tarian sensual yang dipraktekkan Nicole dalam path stage
memperlihatkan adegan erotik berupa striptease lihat preview 03.19. Kenapa Nicole melakukan hal tersebut? Ia tampak seperti penari yang hampir telanjang
seolah-olah siap melakukan adegan one-night-stand. Hal ini merupakan penggambaran perempuan yang secara visual merupakan subjek yang sangat aktif,
yang memperlihatkan identitasnya melalui kemampuannya untuk menggoda laki- laki dengan memanfaatkan tubuhnya.
Aktivitas stripping telah mereduksi dunia menjadi sekedar klub penari telanjang, namun ia juga menjustifikasi bahwa aktivitas seksual semacam ini
menghasilkan energi
positif kepada pergerakan feminisme
Roach, 2007:100,105. Kenapa demikian? Adegan stripping dianggap merupakan
ekspresi non-patriarkhis dari seksualitas perempuan dan fantasi aktivitas seksual.
Ia berbicara tentang kecantikan bukan tentang uang, ia merupakan performa namun tidak diperuntukkan kepuasan hasrat laki-laki, glamour namun bukan seks,
dilihat namun tidak untuk disentuh Roach, 2007:112. Performa perempuan hanya sekedar menawarkan fantasi aktifitas seksual, ia
tidak dimanfaatkan sebagai pemuasan hasrat namun ia mempermainkan hasrat laki-laki. Perempuan seolah-olah merasa puas dengan menggoda laki-laki, namun
selanjutnya ia tidak memberikan dirinya kepada laki-laki. Perempuan mendekati laki-laki hingga pada titik tertentu dan kemudian ia akan berpaling pergi. Hal ini
memperlihatkan perilaku seksual yang tidak biasa, yaitu ketika perempuan perlahan membuka jaketnya, memperlihatkan separuh punggungnya yang hampir
telanjang, namun sekejap kemudian ia kembali memakai jaketnya sambil memainkan mata. Tindakan ini merupakan kenakalan perempuan yang
memainkan hasrat laki-laki, seolah-olah berkata pada laki-laki ‘beranikah kamu membuka pakaianku dan menyentuhku?’. Hal ini merupakan perwujudan girls’
power yang dapat diistilahkan dalam frasa berikut, ‘you can see my body, but you can’t touch it’. Perempuan memberikan kesempatan bagi laki-laki untuk bermain
hasrat namun tidak sepenuhnya melainkan hanya sebatas pandangan mata. Perempuan sengaja melakukan hal ini untuk jual mahal, ia memposisikan dirinya
pada posisi tawar yang tinggi di depan laki-laki dengan mengatakan bahwa ia perempuan hanya akan memberikan segalanya kepada laki-laki jika laki-laki
berhasil mendapatkan hati sang perempuan. Lebih jauh lagi dikatakan bahwa adegan stripping atau tindakan yang
menyerupainya merupakan bagian dari nilai positif yang mengekspansi
kecantikan dan keseksian perempuan. Hal ini dianggap sebagai sebuah lelucon terhadap patriarki, karena merupakan parodi terhadap norma-norma budaya
patriarki mengenai kecantikan dan seksualitas perempuan Roach, 2007:112. Dengan logika yang semacam ini, adegan yang menyerupai stripping yang
dilakukan perempuan dalam MV “Pandora” dianggap sebagai sebuah performa parodi, yang membuat lelucon mengenai budaya patriarki yang kaku terhadap
tubuh perempuan. Hal ini merupakan sebuah pembenaran atas kelicikan perempuan dalam
performa parodi yang dilakukannya, mengingat Korea Selatan, dan manusia Timur secara umumnya merupakan bangsa yang kebanyakan lahir dari sejarah
patriarki. Implikasi yang dihasilkan dari tindakan ini tentu saja memunculkan perubahan dalam masyarakat secara nyata. Kenapa? Karena adegan-adegan vulgar
semacam ini mengijinkan kita untuk melihat lebih jelas bagaimana sebenarnya gender sebagai sebuah sistem regulasi yang ditransmisikan, ditampilkan, dan
dipaksakan oleh kebudayaan Roach, 2007:2.
4.2.3. Kode Kultural cultural code