Korea di masa 632-647 M, dan merupakan satu dari tiga perempuan yang pernah memimpin kekaisaran di Korea Selatan. Sebagai bangsa patriarki, Korea Selatan
pada dasarnya tidak mentoleransi kekuasaan dipegang oleh perempuan. Ratu Sondak sendiri diterima rakyatnya sebagai pemimpin bukan karena nilai
keperempuanannya, melainkan karena sistem garis-keturunan yang mana Sondak merupakan satu-satunya keturunan kaisar sebelumnya Connor, 2009:194-196.
Dari sejarah budaya ini, dapat dilihat bahwa perempuan hanya akan diakui ketika ia memiliki darah seorang noble bangsawan. Jika tidak, ia dianggap
sebagai lowborn lahir dalam kelas yang rendah. Relasi antara perempuan dan laki-laki merupakan relasi subordinasi yang telah melekat menjadi hukum moral
dalam masyarakat. Bahkan dalam penyebutan identitas diri nama, perempuan Korea tidak dipanggil dengan nama mereka sendiri melainkan diidentifikasi
berdasarkan posisi dalam relasi mereka dengan laki-laki Connor, 2009:198. Identitas Athena dalam MV ini dengan demikian merupakan sebuah usaha untuk
meniadakan identitas sang Liyan perempuan. Dengan memakai nama Athena, perempuan mendeklarasikan diri tidak sekedar menjadi bangsawan namun
menjadi dewi yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dunia.
4.1.4. Kode simbolik symbolic code
Perbedaan jenis kelamin adalah salah satu cara untuk mengenali oposisi biner yang dimunculkan dalam kode pembacaan simbolik. Laki-laki dan perempuan.
Kehadiran semu laki-laki dalam MV ini menjadi sebuah simbol yang semu pula, namun simbol itu menjadi nyata ketika ia dikontraskan dengan simbol lainnya,
yaitu perempuan. Laki-laki memerankan peranan yang krusial, ia adalah sosok yang hebat, hal ini terlihat dari penggambaran narasi dalam syair
[29]
yang mengatakan bahwa sejarah akan berubah, dan dalam perubahan sejarah tersebut,
karakter utamanya adalah laki-laki. Laki-laki merupakan simbol dari kelemahan. Kenapa? because the girls
bring the boys out. Logika yang hendak dibangun dalam MV ini adalah perempuan merupakan sumber kekuatan dan keberanian bagi laki-laki. Hal ini
bertolak belakang dengan budaya macho yang menekan anima sekaligus menyembunyikan perasaan, dan menunjukkan kemampuan mereka dengan
ekspresi: “Boys don’t cry” O’Donnell, dkk, 2009:91. Laki-laki seharusnya mampu menaklukkan perasaannya, ini merupakan karakter universal dari laki-
laki. Laki-laki harusnya mampu memakai logika untuk bangkit menghadapi kegelapan dunia yang dalam narasi MV digambarkan dengan kehidupan semacam
perang lihat syair
[11]
dan
[22]
. Simbol perempuan dalam MV ini mengubah ruang performa menjadi ruang
antitesis yang membongkar identitas perempuan itu sendiri. Kode simbolik ini membaca performa perempuan sebagai upaya untuk menampilkan kekuatan
perempuan girls’ power dalam sosok seorang Athena. Dewi Athena, dalam mitologi Yunani dikenal sebagai dewi peperang the goddess of war. Karakter
Athena dalam MV ini sebagai dewi peperangan menyimbolkan perempuan maskulin yang memiliki kemampuan untuk menaklukkan kehidupan yang seperti
perang war-like life. Simbol Athena ini jelas sekali bertolak belakang dengan penggambaran perempuan sebagai Liyan. Athena sebaliknya merupakan sebuah
babak baru dari performa perempuan sebagai diri yang tidak lagi termarginalisasi, namun justru sebagai pahlawan yang dominan yang mampu menaklukkan apa pun
di hadapannya termasuk menaklukkan laki-laki. Identifikasi simbol lain yang terkait dengan perempuan adalah burung
merpati. Keberadaan merpati putih dalam MV membalikkan konvensi mitologis Yunani yang mana sang Dewi Athena biasanya dipadankan dengan burung
peliharaan disayanginya—burung hantu owl. Sebaliknya dalam MV ini, perempuan-perempuan yang mengaku diri adalah Athena tidak memperlihatkan
simbolisasi burung hantu melainkan menggantinya dengan burung merpati. Kenapa? Tidak ada perempuan yang ingin disamakan dengan hantu. Ia jelas
memilih penggambaran visual seekor merpati putih yang cantik, mulus, dan tidak bercacat. Merpati merupakan penggambaran dari tubuh-tubuh tak bernoda. Ia juga
mewakili kemurnian dan kepolosan seorang Athena yang masih perawan. Dengan cara yang seperti ini, perempuan memperlihatkan kekuatannya untuk merayu laki-
laki melalui usahanya untuk mempercantik diri, berganti-ganti kostum dari fashion yang satu ke fashion lainnya. Banyaknya model fashion yang digunakan
dalam MV ini merupakan simbol virtual dari pernyataan perfect dress for perfect body pakaian yang sempurna untuk tubuh yang sempurna.
4.1.5. Kode semik codes of semes