Mosaik Performa: Sebuah Perbandingan Analisis

membangunkan snow white dari tidur-nya. Sepenggal mitologi ini mengisahkan strategi muslihat yang digunakan perempuan untuk mentransformasikan posisi Liyan-nya menjadi Diri yang terlihat.

4.3. Mosaik Performa: Sebuah Perbandingan Analisis

Kode pembacaan hermeneutika dalam kedua unit analisis penelitian menafsirkan relasi subjek-objek dalam narasi lirik. MV “The Boys” memperlihatkan relasi antara we – you, sementara MV “Pandora” memperlihatkan relasi antara I – you. Kata you di sini sama-sama mendeskripsikan laki-laki, dengan demikian, kedua narasi MV sama-sama mengisahkan relasi antara perempuan dengan laki-laki, namun dari sudut pandang yang berbeda. “The Boys” menganggap laki-laki sebagai imaji, ketidakhadiran laki-laki dalam MV merupakan salah satu bentuk penaklukan perempuan atas the boys of the world laki-laki di seluruh dunia. Sementara itu, “Pandora” menganggap laki-laki sebagai objek yang menantang perempuan untuk memanfaatkan tubuhnya untuk menggoda laki-laki. Kode hermeneutika juga menafsirkan bahwa masing-masing narasi MV memperlihatkan adanya penggunaan gaya bahasa feminin feminist stylistic, meskipun masing-masing lirik ditulis oleh laki-laki. Istilah feminist stylistic mengacu pada gaya bahasa feminin biasanya akan memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan yang tersembunyi yang seringkali telah dinaturalisasikan, karena gaya bahasa tersebut dianggap sebagai sesuatu yang ‘normal’ dan merupakan bagian dari ‘common sense’ masyarakat Mills, 1998:21. Gaya penulisan yang feminin biasanya ditujukan untuk mengartikulasikan pengalaman dan perasaan perempuan O’Donnell, dkk, 2009:84-85. Contoh intepretasi terhadap gaya bahasa feminin dalam kedua MV di atas yaitu, penggunaan istilah- istilah seperti “my boy” dan “my heart” dalam MV The Boys, dan penggunaan istilah “ah ah” dalam MV Pandora merupakan contoh ungkapan yang biasanya hanya keluar dari mulut seorang perempuan. Secara tidak langsung, narasi MV telah menciptakan referensi tersendiri dengan perempuan-perempuan di luar dunia performa dan mensimbolisasikan bahwa bahasa merupakan sebuah diferensiasi yang diperlukan perempuan untuk berinteraksi dengan laki-laki. Selain itu, kode hermeneutika juga melakukan penafsiran yang sama di dalam kedua unit analisis. Mengapa kedua MV ini menggunakan karakter- karakter Mitologi Yunani di dalam panggung performa? Mengapa Athena? Mengapa Pandora? Kenapa Yunani?. Mitos kemurnian ras. Seperti yang dilakukan Hitler untuk menciptakan satu ras unggul yaitu ras para tuan dengan tujuan memperoleh kesempurnaan genetis O’Donnell, dkk, 2009:103. Kedua MV ini sengaja meminjam mitologi Yunani sebagai upaya penyamaan diri antara Timur dengan Barat. Kode proairetik memunculkan implikasi dari tindakan performa yang dilakukan oleh perempuan dalam K-Pop MV. Dalam “The Boys”, aktivasi girl sebagai woman mengakibatkan aktivasi pengetahuan dan perilaku seksual dari perempuan. Ketakhadiran laki-laki membawa makna subjek yang aktif bagi perempuan, namun dengan kecantikan yang terstandarisasi sesuai dengan performa the flawless nine. Perempuan dalam MV “The Boys” digambarkan sebagai sosok heroine yaitu Athena, sebagai perwujudan dari girls’ power. Perempuan tidak lagi menjadi Liyan, namun dia memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk memperlihatkan identitasnya sebagai sosok yang mendominasi laki-laki. Sementara itu, kode proairetik dalam MV Pandora memunculkan implikasi dari visualiasi perempuan dalam tubuh-tubuh yang provokatif. Hal ini dianggap sebagai bentuk penantangan terhadap budaya patriarki yang menganggap perempuan tidak memiliki hak untuk mempertontonkan tubuhnya di depan publik. Perempuan dalam MV ini banyak melakukan tindakan-tindakan sensual yang ekstrim yang dianggap mendobrak nilai-nilai konvensional yang dianut oleh masyarakat ke-Timur-an. Selanjutnya, jika dilihat dari kode pembacaan kultural, kedua MV ini bertumpu pada logika kebudayaan yang sama. Performa perempuan memakai logika teknik performa yang sama dengan Barat setting, kamera, musik, dll, ia juga menggunakan logika fashion dan kecantikan yang serupa. Selain itu, kedua MV sama-sama bertumpu pada akar mitologis yang sama yaitu mitologi Yunani kuno. Mitologi ini sengaja digunakan dalam MV sebagai identitas pembeda yang dimanfaatkan melalui mimikri. Dalam kode pembacaan simbolik, kedua MV ini memperlihatkan oposisi binair yang sama. Laki-laki versus perempuan, namun dalam relasi ini laki-laki sebagai objek dan perempuan sebagai subjek. Laki-laki dalam MV “The Boys” merupakan perwujudan dari ketakhadiran laki-laki, ia hanya dideskripsikan dalam narasi sebagai sosok yang bergantung pada perempuan. Sementara dalam MV “Pandora”, laki-laki merupakan sosok peragu yang pada akhirnya membuat perempuan berbalik untuk mengontrol dirinya. Simbolisasi perempuan dalam masing-masing MV memanfaatkan simbol mitologis Yunani kuno, yaitu Dewi Athena dan kotak Pandora. Athena merupakan penggambaran perempuan sebagai sosok yang maskulin, sejalan dengan karakter Athena sebagai dewi peperangan. Sementara itu, MV “Pandora” menyimbolkan perempuan sebagai roh jahat yang dikeluarkan laki-laki dari dalam kotak Pandora. Kejahatan perempuan dalam hal ini dimaknai sebagai kontrol seksualitas perempuan atas laki-laki. Kode pembacaan simbolik juga memandang fashion sebagai sebuah simbol. Masing-masing MV memperlihatkan model fashion yang kontemporer atau perpaduan kontemporer dengan high fashion yang dimaknai sebagai sebuah wujud kebebasan perempuan untuk memanfaatkan tubuhnya sesuai dengan keinginannya. Simbol lain yang terlihat dalam MV “The Boys” adalah burung merpati sebagai refleksi dari kecantikan tak bernoda yang dimiliki perempuan, sementara, MV “Pandora” memperlihatkan simbol mobil sport sebagai refleksi dari gaya perempuan kontemporer yang maskulin. Pada akhirnya, kode semik dalam masing-masing MV membaca keseluruhan performa sebagai mitos perempuan Timur yang berusaha untuk memperjuangkan negosiasi Diri perempuan dengan memanfaatkan apa pun yang dianggap perempuan bisa digunakan untuk menantang budaya Barat yang selama ini mendominasi Timur. Performa perempuan, dalam bahasa Lacanian, disebutkan sebagai sebuah ideologi yang menantang aturan simbolik symbolic order Barat dan patriarki dengan cara menyatakan diri mereka sebagai Diri yang berbicara Forte, 2002:239. Dengan demikian, ideologi ini merupakan perwujudan resistensi perempuan terhadap Barat, yang dilakukan melalui proses mimikri terhadap diskursus Barat dan patriarki itu sendiri.

4.4. Figur Mimikri Sang Liyan