Analisis SCOR Level Satu

4.3.1. Analisis SCOR Level Satu

Analisis SCOR level satu mengukur kinerja rantai pasok secara keseluruhan. Kinerja rantai pasok diukur dari reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas, biaya dan asset rantai pasok. Reliabilitas, responsivitas serta fleksibilitas merupakan atribut performa yang mengacu kepada konsumen dan merupakan atribut yang menunjukan hubungan rantai pasok dengan efek dari luar (eksternal) sedangkan atribut biaya dan asset merupakan atribut yang menunjukan ukuran rantai pasok dari dalam (internal). Penjelasan lebih dalam mengenai tujuan penggunaan atribut yang digunakan dalam analisis SCOR level satu dapat dilihat pada Tabel 6.

Menurut Bolstroff (2003), analisis level 1 dimulai dengan mendefinisikan tujuan bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan agar evaluasi kinerja rantai pasok yang akan dilakukan sejalan dengan strategi perusahaan dan fokus pada tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan. Berdasarkan hasil waawancara dengan bagian administrasi dan produksi PT. Indonesia Agro Industri, disebutkan bahwa tujuan bisnis perusahaan didefinisikan sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan terbaik pada ritel tujuan untuk peningkatan kepercayaan.

2. Meningkatkan keuntungan perusahaan.

Tujuan pertama dapat dicapai dengan menganalisis nilai dari tiga indikator rantai pasok dibawah ini:

a. Kinerja penyediaan produk ke ritel.

b. Kepekaan terhadap keinginan pelanggan.

c. Fleksibilitas terhadap perubahan pasar.

Tujuan kedua dapat dicapai dengan menganalisis nilai dari dua indikator dibawah ini:

a. Biaya rantai pasok.

b. Efisiensi manajemen aset.

Setelah mengetahui tujuan dari kegiatan perusahaan maka selanjutnya dilakukan pengukuran metrik-metrik pada SCOR yang sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut. Metrik-metrik yang digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan SCOR dapat dilihat pada Tabel 9. Untuk tujuan bisnis yang pertama, data yang tersedia adalah untuk Perfect Order Fulfillment (POF) dan Order Fulfillment Cycle-Time (OFCT) tanaman selada keriting organik. Tujuan kedua, data yang tersedia adalah untuk Cost of Good Sold (COGS) dan Cash-to-Cash Cycle Time (CTCCT).

4.3.1.1. Perhitungan Metrik/Key Performance Indicator

Perhitungan metrik/Key Performance Indicator (KPI) dilakukan setelah mengetahui tujuan perusahaan. Perhitungan metrik dalam pengukuran kinerja rantai pasok disesuaikan dengan tujuan perusaaan . Berikut adalah perhitungan metrik pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri:

A. Perhitungan Metrik Perfect Order Fulfillment (POF)

POF adalah persentase dari pesanan yang terkirim lengkap dan pada waktunya sesuai dengan permintaan pelanggan dan barang yang dikirim tidak memiliki masalah mutu. Perhitungan POF dilakukan untuk mengetahui kinerja rantai pasok perusahaan dalam memenuhi permintaan sesuai dengan keinginan ritel. Data yang dibutuhkan dalam perhitungan ini adalah total pesanan yang diterima oleh perusahaan dan jumlah pesanan yang bermasalah. Data yang digunakan dalam perhitungan adalah jumlah pesanan selada keriting organik pada tahun 2016 dan jumlah pesanan bermasalah (return dan reject) pada tahun 2016. Berikut adalah perhitungan POF pada pengukuran kinerja rantai pasok selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri:

Angka hasil perhitungan POF adalah 89,6%. Selama tahun 2016 perusahaan mengirimkan produk sebanyak 17154 pack dan menerima pengembalian produk bermasalah sebanyak 1781 pack. Hasil angka tersebut merupakan hasil dari perhitungan aktual perusahaan. Hasil tersebut akan dimasukan pada SCORcard dan akan dibandingkan dengan angka standarisasi atau angka benchmark. Semakin besar angka POF maka semakin baik kemampuan rantai pasok perusahaan dalam memenuhi standar konsumen.

B. Perhitungan Metrik Order Fulfillment Cycle-Time (OFCT)

OFCT adalah jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari Purchase Order diterima oleh perusahaan hingga produk diterima pelanggan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui responsivitas rantai pasok dalam mengirimkan produk pada pelanggan. Data yang dibutuhkan untuk mengetahui OFCT adalah jangka waktu penerimaan PO hingga pengiriman produk pada ritel.

Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa jangka waktu dari penerimaan PO dari ritel hingga pengiriman produk pada ritel dilakukan adalah satu hari. Perusahaan menerima PO sore hari di setiap hari kegiatan perusahaan dan perusahaan mengirimkan produk ke toko/ritel modern pada keesokan harinya. Artinya perusahaan membutuhkan waktu satu hari dari pemesanan hingga pengiriman dilakukan. Angka satu hari tersebut akan dimasukan pada SCORcard dan akan dibandingkan dengan angka standarisasi atau angka benchmark. Semakin kecil angka OFCT maka semakin baik kemampuan rantai pasok perusahaan dalam efisiensi waktu guna meningkatkan mutu pelayanan konsumen.

C. Perhitungan Metrik Cost of Good Sold (COGS)

COGS atau bisa disebut Harga Pokok Penjualan adalah biaya langsung untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan untuk membuat produk selama periode tertentu. Perhitungan COGS dilakukan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting di PT. Indonesia Agro Industri. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan COGS adalah jumlah stok produk sebelum tahun 2016, jumlah pengeluaran untuk produk selada keriting selama tahun 2016 dan jumlah stok produk pada akhir tahun 2016. Angka COGS/HPP dilampirkan dalam bentuk persen setelah direpersentasikan terhadap pendapatan yang didapat dari produk selada keriting organik. Berikut adalah perhitungan COGS pada rantai pasok tanaman selada keriting di PT. Indonesia Agro Industri.

Dari data perusahaan diketahui bahwa besar COGS untuk produk selada keriting bila dibandingkan dengan dipersentasikan terhadap pendapatan perusahaan Dari data perusahaan diketahui bahwa besar COGS untuk produk selada keriting bila dibandingkan dengan dipersentasikan terhadap pendapatan perusahaan

D. Perhitungan Metrik Cash-to-Cash Cycle Time (CTCCT)

CTCCT adalah waktu yang dibutuhkan rantai pasok untuk merubah persediaan barang menjadi uang. Perhitungan CTCCT dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat rantai pasok yang dilakukan perusahaan dalam merubah produk menjadi uang. Data yang dibutuhkan untuk perhitngan CTCCT adalah hari persediaan pasokan tanaman selada keriting organik, hari rata-rata hutang dan hari rata-rata piutang PT. Indonesia Agro Industri. Berikut adalah perhitungan CTCCT pada rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri.

CTCCT = Hari Persediaan Pasokan + Hari Rata-rata Piutang – Hari rata-rata hutang

CTCCT = 1 Hari + 28 Hari – 14 Hari = 15 Hari

Perusahaan memiliki waktu satu hari untuk menyimpan produk tanaman selada keriting, memerlukan waktu 28 hari untuk menerima pembayaran dari toko.ritel modern dan membutuhkan waktu 14 hari untuk membayar pembelian bibit dan produk ke petani pemasok dan menghasilkan angka hasil perhitungan CTCCT 15 Hari. Hasil angka tersebut merupakan hasil dari perhitungan aktual perusahaan. Hasil tersebut akan dimasukan pada SCORcard dan akan dibandingkan dengan angka standarisasi atau angka benchmark. Semakin kecil angka CTCCT maka semakin baik kemampuan rantai pasok perusahaan untuk mempercepat alur kas. Semakin cepat alur kas perusahaan maka meningkat pula potensi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan.

4.3.1.2. SCORcard Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting di PT. Indonesia Agro Industri

Setelah mendapatkan data aktual dan mengkalkulasi berdasarkan metrik- metrik dalam pengukuran kinerja rantai pasok, selanjutnya dilakukan penentuan posisi aktual dan menetapkan kinerja target untuk masing-masing metrik berdasarkan data benchmark yang dilakukan menggunakan SCORcard.

Data benchmark terdiri dari tiga kategori yaitu, superior, advantage, dan parity . Data pada kategori superior diperoleh dari perusahaan dengan nilai terbaik Data benchmark terdiri dari tiga kategori yaitu, superior, advantage, dan parity . Data pada kategori superior diperoleh dari perusahaan dengan nilai terbaik

Tabel 12. Bentuk SCORcard Rantai Pasok Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri

Perform Metrik Advanta Superio ent Gap

Aktual Parity

ge r*)

Supply Perfect Order Chain Fulfillment

95% + 1,6% Reliabilit (POF) y

Order Supply Fulfillment Chain Cycle-Time

3 Hari + 2 hari Responsi (OFCT) veness

Supply Cost of Good Chain

53% +1% Costs Supply

Sold (COGS)

Cash-to-Cash Chain Cycle Time

Asset

29 Hari + 14 hari (CTCCT)

ent Sumber: 1. PT. Indonesia Agro Industri, 2016

2. *Food Product SCORcard (Bolstorff, 2003)

Data benchmark didapatkan dari Fowler’s Food Product SCORcard pada Bolstrorff, 2003. Data tersebut digunakan karena peneliti tidak dapat menemukan data pembanding dari perusahaan sejenis. Alim Setiawan (2011) menggunakan Fowler ’s Food Product SCORcard untuk tingkat superior sebagai pembanding untuk mengukur kinerja rantai pasok produk lettuce head di PT. Saung Mirwan, Bogor.

Berdasarkan tabel diatas, metrik untuk tujuan perusahaan yang pertama pada POF dan OFCT dapat dilihat. Terlihat bahwa metrik pemenuhan pesanan sempurna pada data aktual PT. Indonesia Agro Industri berada pada tingkat antara advantage dan superior dengan persentase 89,6% yang berarti perusahaan memiliki Berdasarkan tabel diatas, metrik untuk tujuan perusahaan yang pertama pada POF dan OFCT dapat dilihat. Terlihat bahwa metrik pemenuhan pesanan sempurna pada data aktual PT. Indonesia Agro Industri berada pada tingkat antara advantage dan superior dengan persentase 89,6% yang berarti perusahaan memiliki

Metrik untuk tujuan perusahaan kedua yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan yaitu COGS dan CTCCT dapat dilihat bahwa posisi COGS berada pada tingkat lebih tinggi dari superior dengan presentase 52% yang berarti perusahaan memiliki harga pokok penjualan dengan angka 52% bila dipresentasekan dengan pendapatan total terhadap produk selada keriting dan data aktual CTCCT juga berada pada tingkat lebih tinggi diatas superior dengan angka 15 hari yang berarti bahwa perusahaan memiliki waktu 15 untuk jangka waktu alur kas penjualan produk tanaman selada keriting organik dan waktu tersebut adalah waktu yang dibutuhkan

untuk merubah produk menjadi uang. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan COGS dan CTCCT berasal data yang diberikan dari hasil wawancara dengan manajemen PT. Indonesia Agro Industri.

SCORcard rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri menunjukan bahwa kegiatan rantai pasok sudah optimal karena sudah memiliki tiga metrik diatas standar superior yaitu metrik COGS, OFCT dan CTCCT dan satu metrik pada tingkat advantage yaitu metrik POF. Hasil tersebut menunjukan tingkat kinerja yang optimal pada rantai pasok karena hanya dianjurkan satu tujuan bisnis yang mencapai target superior ataupun advantage. Menurut Anas Mutakin (2011), tidak disarankan terdapat lebih dari satu tujuan bisnis dengan kinerja target superior agar usaha perbaikan yang dilakukan hanya pada satu tujuan bisnis, begitu pula dengan target advantage. Gap analysis tidak dilakukan pada rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri karena kinerja rantai pasok sudah optimal.