Analisis SCOR Level Tiga

4.3.3. Analisis SCOR Level Tiga

4.3.3.1. Pemetaan SCOR Level Tiga

Analisis pemetaan level tiga dilakukan untuk melihat lebih detil proses yang dianggap kurang baik kinerjanya setelah dilakukan analisis level dua. Proses make di PT. Indonesia dengan kode tipe kegiatan M2 yang merupakan kode kegiatan Make- to-order adalah proses yang dianggap bermasalah dalam kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri.karena memiliki nilai kinerja paling buruk. Pemetaan proses make pada level tiga beserta rekapitulasi ditampilkan pada Gambar 11 dan Tabel 16. Gambar tersebut memperlihatkan pengelolaan kegiatan produksi pada PT. Indonesia Agro Industri yang terdiri dari masukan (input), proses unsur (process elements) dan keluaran (output)

Gambar 12. Pemetaan SCOR Level Tiga Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri

Tabel 15. Matrik Rekapitulasi dari Pemetaan SCOR Level Tiga

Uraian

Input

Process elements

Output

M2.1.

Membeli benih dan Kegiatan

Menghasilkan bibit

menerima perintah pembibitan

selada keriting

pembibitan

tanaman selada

M2.2.

Pengolahan lahan

Kegiatan

Bibit selada

tanam dan

penanaman

tertanam di lahan

pembelian bibit

tanaman selada

M2.3.

Menerima jadwal

penyiangan dan

tanaman lebih

Menerima perintah Kegiatan panen

Memindahkan

panen

tanaman selada

tanaman selada dari

Pembelian produk Kegiatan sortir

Menghasilkan

tambahan

pertama dan

tanaman bersih dari

pemotongan akar

Kegiatan pencucian Menghasilkan

alat cuci tanaman

tanaman

tanaman selada yang bersih

M2.7

Mengeringkan

Kegiatan sortir

Menghasilkan

tanaman selada dan kedua

tanaman selada

menerima produk

sesuai spesifikasi

tanaman selada

pengemasan

produk siap kirim

rak penyimpanan

penyimpanan

persediaan produk

produk

di gudang

M2.10.

Menghitung jumlah

Membuat laporan

Menghasilkan

return sebelumnya

pergudangan

informasi untuk

dan persediaan

pengambilan keputuasan

Hasil dari pemetaan SCOR level tiga serta rekapitulasi kegiatan pada Tabel 16 menunjukan rangakain kegiatan pada kegiatan Make-to-Order pada rantai pasok tanaman selada keriting di PT. Indonesia Agro Industri. Dari hasil pemetaan diketahui bahwa perusahaan memulai kegiatan produksi/pembuatan produk tanaman selada keriting dengan melakukan kegiatan pembibitan tanaman dengan kode kegiatan M2.1. dengan benih yang dibeli dari CV. Buana Tani. Bibit yang digunakan untuk kegiatan penanaman dengan kode kegiatan M2.2 berasal dari pembibtan mandiri dan bibit dari petani pemasok bibit. Dilakukan pengolahan lahan sebelum dilakukan kegiatan penanaman. Setelah bibit sudah tertanam dilahan, kegiatan perawatan berupa pemberian pupuk, penyiraman dan penyiangan tanaman selada keriting dengan kode kegiatan M2.3. Setelah pekerja mendapatkan perintah panen dari manajer lalu para karyawan pada bidang processing bertugas untuk melakukan pemanenan tanaman selada dengan kode kegiatan M2.4. Karyawan pada bidang processing melakukan penyortiran dua kali seusai dengan SOP perusahaan. Penyortiran pertama dilakukan dengan kode kegiatan M2.5. dilakukan sebelum proses pencucian tanaman yaitu proses dengan kode kegiatan M2.6. Kegiaran sortir kedua dengan kode kegiatan M2.7. dilakukan sebelum dilakukan penimbangan dan pengemasan produk yang memiliki kode kegiatan M2.8. Setelah produk ditimbang dan dikemas produk disimpan pada rak penyimpanan sebelum dilakukan pengiriman pada keesokan harinya. Penyimpanan produk memiliki kode kegiatan M2.9. Setelah produk disimpan dilakukan pencatatan persediaan oleh karyawan processing untuk dilaporkan kepada manajer administrasi.

Dari hasil observasi dan wawancara pemetaan level tiga ditemukan bahwa terdapat masalah pada kegiatan penanaman (M2.2). Banyaknya gulma membuat kegiatan pengolahan lahan menjadi lebih berat karena karyawan harus bekerja lebih keras untuk membuang gulma yang dapat menjadi bibit gulma untuk kegiatan selama penanaman. Masalah juga ditemukan pada kegiatan perawatan tanaman (M2.3) karena kegiatan penyiraman dan penyiangan harus lebih banyak dilakukan karena perubahan cuaca yang tidak menentu. Pada kegiatan penyortiran (M2.5 dan M.2.7) juga ditemukan masalah. Ditemukan banyak produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan akibat kegiatan processing yang kurang telaten.

Hasil pemetaan level tiga menunjukan masalah-masalah yang ada pada kinerja proses yang paling buruk. Masalah-masalah tersebut akan digunakan sebagai pertimbangan untuk pemberian strategi alternatif untuk perbaikan/peningkatan kinerja rantai pasok tanaman selada keriting di PT. Indonesia Agro Industri. Hasil pemetaan tersebut juga dapat digunakan untuk memudahkan bagian manajemen perusahaan mengendalikan kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok serta memudahkan untuk membuat strategi rantai pasok baru guna meningkatkan kinerja rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri agar sesuai dengan tujuan awal perusahaan.

4.3.3.2. Analisis Fish-bone

Pada proses analisis level 3, analisis menggunakan metode SCOR menggunakan alat tambahan , yaitu fishbone analysis. Dalam Bolstorff (2003, 120-

123) djelaskan bahwa fishbone analysis digunakan untuk menelusuri penyebab utama (root cause) pada salah satu proses (plan, source, make, deliver, return) dengan kinerja paling rendah berdasarkan hasil evaluasi level dua. Fishbone analysis atau diagram sebab akibat (cause and effect diagram) digambarkan dalam bentuk diagram tulang ikan. Berikut adalah bentuk fishbone analysis pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT.Indonesia Agro Industri ditunjukan pada Gambar 13 serta uraian masalah dan penyebab yang dapat dilihat pada Tabel 16.

3. Jumlah ramalan tidak sesuai dengan PO

Jumlah penjualan selalu lebih rendah dari

PO

Gambar 13. Bentuk Analisis Fish-bone pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting

Organik di PT. Indonesia Agro Industri

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, masalah yang dihadapi oleh PT. Indonesia Agro Industri adalah rendahnya jumlah penjualan dibandingkan dengan Purchase Order yang diterima. Masalah ini timbul disebebakan beberapa penyebab yaitu hasil produksi tanaman yang sedikit, jumlah return dan reject tinggi, dan jumlah PO yang tidak sesuai dengan hasil ramalan/forecasting. Grafik persentase penjualan dibandingkan dengan jumlah PO dapat dilihat pada Gambar 14.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa banyak tanaman yang rusak (layu dan busuk) serta tanaman terserang hama dan penyakit tanaman. Hama yang sering menyerang tanaman selada keriting organik di lahan penanaman adalah ulat perusak daun (Spodoptera litura) dan penyakit yang sering menyerang adalah busuk

Rhizoctonia yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Tanaman menjadi rusak

dan adanya serangan OPT tersebut terjadi karena tidak dilakukan rekayasa lingkungan dan tanaman terlalu dominan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Tidak

Tabel 16. Uraian dari Analisis Fish-bone

Uraian P

Kode

Tipe

Masalah (Problem) Jumlah penjualan produk selalu lebih rendah dari Purchase Order

1. Penyebab (Cause) Hasil produksi tanaman sedikit

1. A.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Banyak tanaman layu dan rusak

1. A.I.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Tanaman terguyur hujan dan terjemur

1. B.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Serangan OPT tidak terkendali

1. B.I.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Perubahan cuaca tidak menentu

1. C.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Kapasitas lahan kecil

2. Penyebab (Cause) Jumlah return dan reject tinggi

2.A.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Produk tidak sesuai spesifikasi

2.A.I.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Processing tidak telaten

2.B.

Sub-Penyebab (Sub-cause)

Produk tidak terjual

2.B.I.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Pembeli produk sedikit

2.B.II.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Konsumen memilih produk lain yang sejenis

3. Penyebab (Cause) Jumlah ramalan tidak sesuai dengan PO

3.A.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Metode forecasting tidak sesuai

3.B.

Sub-Penyebab (Sub-cause) Ada variabel yang tidak terhitung

April Mei

50% Juni

40% Juli 30%

Agustus September

Persen Penjualan

Gambar 14. Persentase Penjualan Produk Tanaman Selada Keriting Organik Terhadap PO Tahun 2016 Gambar 14. Persentase Penjualan Produk Tanaman Selada Keriting Organik Terhadap PO Tahun 2016

Penyebab produk bermasalah dalam bentuk reject dan return produk adalah tidak terjualnya produk. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah pembeli produk sedikit dan konsumen memilih produk lain yang sejenis. Jumlah pembeli produk sedikit disebabkan oleh konsumsi masyarakat terhadap sayuran yang sedikit dan masih kurangnya kesadaran untuk mengkonsumsi produk organik. Lalu, hal yang menjadi penyebab konsumen membeli produk lain ada beberapa faktor yaitu harga, kemasan produk dan kondisi produk.

Penyebab lain yang menyebabkan terjadi perbedaan besar pada PO dan hasil penjualan adalah perbedaan besar pada jumlah permintaan dengan hasil ramalan atau forecasting . Metode ramalan yang dilakukan oleh perusahaan tidak menggunakan metode khusus dan hanya meramal sesuai dengan intuisi dari kepala perusahaan dan manajer di perusahaan. Metode ramalan yang tidak sesuai akan menyebabkan tidak terhitungnya variabel dalam ramalan dan menyebabkan selisih besar pada perencanaan produksi.

Sebagian besar penyebab yang menimbulkan masalah pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri berada pada kegiatan pembuatan/produksi (make). Penyebab lain ada pada kegiatan perencanaan (plan) yaitu berupa kegiatan peramalan (forecasting) produksi. Hasil dari pemetaan masalah pada analisis fish-bone dan analisis SCOR level tiga akan digunakan sebagai pertimbangan untuk pembuatan strategi peningkatan/perbaikan kinerja rantai pasok yang baru.