ANALISIS RANTAI PASOK TANAMAN SELADA KER

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS RANTAI PASOK TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa L.) ORGANIK DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung)

NAMA

: MOHAMAD NOVALDI

NPM

PROG.STUDI

: AGRIBISNIS

Jatinangor, Maret 2017 Menetujui dan Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis Ketua Komisi Pembimbing

Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si. Dhany Esperanza, SP., MBA. NIP. 197302171998021001

NIP. 197510042006041002

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada Tanggal 21 November 1994, putra ketiga dari Dr.Ir.Samid Syarif (Alm) dan Deetje Rauf. Pendidikan sekolah dasar di SDN Polisi 4 Bogor dan tamat pada tahun 2007, sekolah pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bogor pada tahun 2010 dan sekolah pendidikan menengah keatas di SMAN 9 Bogor hingga tahun 2011 lalu melanjutkan ke SMAN 1 Bogor dan tamat pada tahun 2013 Pada tahun 2013 penulis lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima di Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota Divisi Social Club Himpunan Keprofesian Agribisnis Universitas Padjadjaran periode 2015-2016, anggota Perhimpunan Basket Pertanian 2015-2017, anggota panitia transportasi dan logistik Arthuration 2016 serta menjadi ketua pelaksana AgriDay 2016.

Prestasi yang pernah diraih penulis selama mengikuti perkuliahan yaitu menjadi juara 1 lomba bola basket Agritech Cup 2016 di Fakultas Teknik Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK

MOHAMAD NOVALDI, 2017. Analisis Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa L.) Organik Dengan Metode Supply Chain Operation Reference (Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung) Dibawah Bimbingan DHANY ESPERANZA.

Selada keriting merupakan salah satu jenis sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi pada pasar sayuran di Indonesia. Produk tanaman selada keriting organik merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Indonesia Agro Industri dan merupakan produk dengan jumlah permintaan paling besar dibandingkan dengan sebelas produk lain yang dihasilkan perusahaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dan masalah yang ditemukan pada kegiatan rantai pasok produk tanaman selada keriting organik yang dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri serta untuk menghasilkan strategi alternatif guna pengembangan kinerja rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah metode supply chain operation reference dengan analisis deskriptif, gap analysis dan fish-bone analysis.

Kegiatan rantai pasok PT. Indonesia Agro Industri memiliki satu alur pasokan dari CV. Buana Tani, petani pemasok bibit dan petani pemasok produk lalu perusahaan menjual produknya ke toko/ritel modern sekitar Kota Bandung. Perusahaan memiliki nilai POF 89,6%, nilai COGS 52%, nilai CTCCT 15 hari, dan nilai OFCT 1 hari pada hasil analisis SCOR level satu. Perusahaan sudah memiliki tiga metrik pada tingkat superior dan satu metrik pada tingkat advantage sehingga tidak dilakukan gap analysis. Perusahan melakukan proses planning (P1-P5), executing (S1, S2, M2, D2 dan DR1), dan enabling pada hasil pemetaan rantai pasok SCOR level dua. Dilakukan analisis SCOR level tiga untuk proses inti produksi (make) karena proses inti tersebut adalah proses inti dengan kinerja terburuk dengan nilai POF 84% dan nilai OFCT satu hari dari hasil analisis SCOR level dua.. Diperlukan alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri agar perusahaan dapat memenuhi besar PO dari toko/ritel modern.

Kata kunci: Rantai Pasok, Selada Keriting, Organik, SCOR

ABSTRACT

Chain Analysis using Supply Chain Operation Reference Method (Case Study at PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung) Guided by DHANY ESPERANZA.

Curly leaf lettuce is one of a kind crops that has been produced in Indonesia which has high economic value. Organic curly leaf lettuce also has been produced by PT. Indonesia Agro Industri and this product has the highest demand on the market than the other eleven product that produced by the company.

The objectives of this research were to know organic curly leaf lettuce supply chain ’s performance and problems that has to be faced on the supply chain activity and also to make an alternative strategy for company’s supply chain development in the future. Technique that used for this research are case study technique. Researcher did interview, observation and literature study to gained data and information. Method that used for supply chain performance measurement was supply chain operation reference with descriptive analysis, gap analysis and fish-bone analysis.

Company’s supply chain has one line supply chain flow from CV. Buana Tani, seedling supplier farmers, crops supplier farmers and company sold the product to modern retailer in Bandung city. Company has 89,6% in POF score, 52% in COGS score, 15 days in CTCCT score and one day in OFCT score as results from level one SCOR analysis. Gap Analysis has not been used because the company has three Key Performance Metric above superior benchmark and one above advantage benchmark . Company has been doing planning process (P1-P5), executing process (S1, S2, M2, D2 and DR1), and enabling process as results from level two SCOR

mapping. Level three SCOR analysis have to be given to “make” core process because it has the worst performance as results from level two analysis with 84% in POF score and one day in OFCT score. Alternative strategy are needed to develop organic curly leaf lettuce supply chain activity in PT. Indonesia Agro Industri and to

gain company’s ability to fulfill Purchase Order that given from modern retailer to the company.

Keywords: Supply Chain, Lettuce, Organic, SCOR

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,

serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Analisis Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa L.)

Organik Dengan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) (Studi Kasus PT. Indonesia Agro Industri Lembang, Bandung) ”. Dan juga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar junjungan kita, Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan usulan penelitian ini Penulis banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dhany Esperanza, SP., MBA. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis selama persiapan, penyusunan, maupun penulisan usulan penelitian ini.

2. Mahra Arari H, SP., MT. selaku dosen penelaah yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan usulan penelitian ini.

3. Dr. Ir. Dini Rochdiani, MS. selaku dosen penelaah yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penulisan usulan penelitian ini.

4. Dr. Iwan Setiawan, SP., M.Si. selaku ketua tim pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Orang tua, Mamah dan Om Yamin serta kakak – kakak, Kak Oki dan Kak Dede dan adiku Dian serta saudara – saudari keluarga besar Rauf yang senantiasa memberikan doa, bantuan, semangat, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.

6. Manajemen PT. Indonesia Agro Industri, Bapak Hery Ardianto, Kang Koswara, Teh Siti, Kang Yadi, Mas Boy, Teh Yanah, Tata, Abah dan karyawan InaGreenFarm yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu yang telah dengan tangan terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian di PT. Indonesia Agro Industri.

7. Teman-teman Agribisnis D 2013 dan Agribisnis 2013 yang telah memberikan motivasi dan semangat, yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu.

8. Teman seperjuangan BEDP Abeng, Deva, Nida, Hana yang telah memberikan motivasi, semangat serta bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman – teman dari Tumband Apip, Syifa, Alip dan Fia yang senantiasa memberi motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman – teman Kosan Abah Uni Khodi, Edu, Satria, Dima, Rian, Adam dan teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.

11. Teman – teman dari Bogor Tomo, Azmi, Naudy, Delano, Japer, Andi, Koli, Papung, Samuel dan teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.

12. Teman – teman dari Bangbuters, Fiqri, Aziz, Kedang, Mipa, Indra, Rian, Zulhamid, Rasyad, Tyo, Kemal, Azka, Atan, Abah, Bapak, Kucik, Fadhil dan semua teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang membangun akan Penulis terima sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jatinangor, Desember 2016

Mohamad Novaldi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Subsektor pertanian bidang hortikultura sedang disorot banyak kalangan masyarakat saat ini. Tanaman hortikultura adalah tanaman yang memiliki peran penting dalam meningkatkan gizi manusia karena memiliki zat – zat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia serta berperan dalam penyediaan vitamin, mineral, serat dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi masyarakat. Menurut Zulkarnain (2010) Selain bermanfaat sebagai penyedia nutrisi manusia, tanaman hortikultura juga memiliki fungsi ekonomi karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, memilik fungsi kesehatan karena dapat mencegah dan mengobati penyakit, serta memiliki fungsi budaya dimana tanaman hortikultura memiliki unsur keindahan untuk upacara serta kepariwisataan.

Tanaman hortikultura adalah tanaman yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Pembangunan hortikultura di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar karena didukung oleh payung hukum/regulasi dalam Permentan no.13 tahun 2010 tentang pengembangan hortikultura, keanekaragaman hayati, ketersediaan lahan pertanian, agroklimat (iklim yang sesuai), dukungan teknologi, ketersedian tenaga kerja, ketersedian pasar, dukungan penetapan komoditas prioritas hortikultura, dukungan pengembangan sistem perbenihan hortikultura dan dukungan pengembangan sistem perlindungan hortikultura. (Dirjen Hortikultura, 2015)

Produk hortikultura juga berkontribusi besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dimana PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro di suatu negara yang ditunjukan pada Tabel 1. Besarnya kontribusi menunjukan bahwa produk hortikultura memiliki nilai ekonomi tinggi serta memiliki bagian besar dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

Kontribusi produk hortikultura untuk terhadap PDB Indonesia terus mengalami kenaikan. Walaupun, kontribusi tanaman hortikultura sempat mengalami penurunan pada tahun 2012. Pada tahun 2010 tanaman hortikultura memberikan kontribusi sebesar 110,4 triliun rupiah dan naik menjadi 159,5 triliun rupiah pada tahun 2014 dengan rata – rata kontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar 1,52 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berpotensi untuk terus berkembang.

Sayuran merupakan salah satu tanaman hortikultura. Dalam ilmu budidaya holtikultura untuk sayuran disebut dengan Olericulture (Zulkarnain, 2010). Mulai meningkatnya kesadaran terhadap pola hidup sehat membuat permintaan terhadap sayuran meningkat dan menambah usaha para produsen hortikultura untuk terus

Tabel 1. PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB Indonesia Tahun 2010 – 2014

PDB Atas Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Rata – Uraian

a. Tanaman Pangan

344,0 3.49 b. Tanaman

c. Tanaman

167,1 1.55 e. Jasa Pertanian

d. Peternakan

20,5 0.20 Sektor Pertanian

PDB Indonesia

Sumber: pusdatin.setjen.pertanian.go.id, 2015 menambah jumlah produksi serta menambah nilai ekonomi dari produk sayuran.

Konsumsi produk hortikultura di Indonesia masih dikatakan rendah namun terdapat potensi besar untuk pengembangan pasar untuk produk sayuran.

Tabel 2. Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia (Kg/tahun/kapita)

Buah – Buahan

Total Buah dan Sayuran

Sumber: www.hortikultura.pertanian.go.id, 2014

Konsumsi hortikultura untuk tahun 2010 sampai 2013 memiliki tingkat konsumsi yang fluktuatif walaupun terlihat cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 untuk konsumsi buah dan sayuran sebesar 62,97 kg/tahun/kapita turun menjadi 55,11 kg/tahun/kapita pada tahun 2013. Untuk konsumsi sayuran tingkat konsumsi bersifat flukuaif namun cenderung bertambah. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 konsumsi sayuran sebesar 25.15 kg/tahun/kapita naik menjadi 31.14 kg/tahun/kapita yang ditunjukan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel

2 konsumsi horikultura di Indonesia masih jauh lebih rendah dari rekomendasi FAO/UNDP yaitu sebesar 75 kg/kapita/tahun. Lebih rendah dibandingkan negara tetangga Indonesia seperti Singapura dan Malaysia. Menurut Yul Bahar (2011), dalam Ajeng Ritzki (2011) Singapura sudah memiliki tingkat konsumsi hortikultura sebesar 125 Kg perkapita per tahun dan Malaysia sudah 90 kg pertahun.

Terdapat peningkatan pada jumlah konsumsi sayuran. Jumlah konsumsi sayuran lebih unggul dibandingkan jumlah konsumsi buah pada jumlah total konsumsi hortikultura sehingga terdapat potensi besar untuk pengembangan pasar sayuran di Indonesia.

Meningkatnya jumlah konsumsi terhadap produk sayuran ternyata disadari oleh petani. Upaya meningkatkan jumlah produksi sayuran dilakukan oleh petani untuk memenuhi permintaan terhadap sayuran yang tinggi. Dukungan pemerintah dalam pengembangan sektor produksi sayuran juga membantu petani sayuran untuk meningkatkan jumlah produksi.

Tabel 3. Produksi Sayuran dan Buah di Indonesia Tahun 2010 – 2014

Kelompok Komoditas Produksi (Ton)

Laju Pertumbuhan (%)

Sumber: www.hortikultura.pertanian.go.id, 2015

Bedasarkan Tabel 3, peningkatan dengan laju yang fluktuatif terjadi pada jumlah produksi tanaman hortikultura yaitu kelompok sayuran mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2010 sebesar 10.706.386 ton meningkat pada tahun 2014 sebesar 11.918.571 ton. Pada kelompok buah-buahan peningkatan juga dialami tetapi fluktuatif dikarenakan mengalami penurunan dalam beberapa tahun selebihnya meningkat. Dari tabel dapat dilihat bahwa produksi pada tanaman sayur terus terjadi peningkatan dari hasil upaya para produsen sayuran untuk memenuhi permintaan. Dengan bertambahnya jumlah permintaan serta penawaran pada produk sayuran berpotensi besar untuk pengembangan pasar produk sayuran.

Mulai meningkatnya kesadaran teradap pola hidup sehat serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan mendorong produsen tanaman hortikultura untuk melakukan pertanian organik. Pertanian organik adalah kegiatan pertanian yang menggunakan faktor – faktor produksi seperti pupuk, pestisida, herbisida, fungisida, dan insektisida yang bersifat organik dan ramah lingkungan. Prinsip dasar pertanian organik adalah penggunaan bahan – bahan organik pada setiap tahapan budidaya, dan menjaga keselarasan di antara komponen ekosistem secara berkesinambungan dan lestari (Zulkarnain, 2010).

Meningkatnya upaya untuk menambah jumlah produksi sayuran dengan pertanian organik menstimulasi munculnya produsen – produsen baru dalam usahatani sayuran organik. Dengan adanya dukungan pemerintah untuk pertanian dengan sistem organik menambah potensi untuk pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanaian (Permentan) Nomor 64 Tahun 2013 dengan adanya integritas atas pertanian organik maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan sekaligus mendapatkan jaminan atas produk tersebut tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. Bertambahnya jumlah produsen sayuran organik membuat semakin kuatnya persaingan pada pasar sayuran organik. Menurut INOFICE (Indonesian Organic Farming Sertification) (www.inofice.com, 2016) terdapat 227 perusahaan pertanian organik di Indonesia dengan seratus sembilan perusahaan bersertifikat aktif. Untuk mempertahankan pasar maka produsen harus meningkatkan daya saing perusahaan. Tanaman selada keriting organik adalah salah satu produk di pasar organik yang permintaannya meningkat diakibatkan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat dan kelestarian lingkungan.

3000 Juli Agustus

2500 September Oktober

2000 November Desember

1500 Januari

1000 Februari Maret

500 April Mei

0 Juni

Permintaan Selada Keriting

Gambar 1. Grafik Permintaan Terhadap Produk Selada Keriting Organik di PT. Indonesia Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal 2016 (Pack)

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

Dapat dilihat pada grafik bahwa permintaan terhadap produk tanaman selada keriting cenderung terus meningkat mulai dari bulan Juli 2015 hingga Juni 2016. Walaupun sempat mengalami penurunan pada bulan Januari, Februari, Mei dan Juni namun permintaan memiliki kecenderungan meningkat dengan awal grafik di angka 1146 pack di Bulan Juli 2015 menjadi 2329 pack di Bulan Juni 2016.

PT. Indonesia Agro Industri adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada produksi tanaman hortikultura organik. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah produk sayuran. PT. Indonesia Agro Industri memproduksi 12 jenis sayuran organik. Salah satu produk andalan dari perusahaan adalah tanaman selada keriting (Lactuca sativa var. crispa L) organik. Tanaman selada keriting adalah tanaman yang memiliki permintaan tinggi di pasar sayuran organik dan tanaman tersebut memiliki kontribusi besar pada pendapatan PT. Indonesia Agro Industri karena selada keriting adalah produk yang memiliki jumlah penjualan yang tinggi.

Tabel 4. Pengiriman Produk PT. Indonesia Agro Industri Semester Awal Tahun

ITEM

Bulan Selada Romain

Bayam Horenzo Mix

Keriting

Merah

Hijau Salad

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

1 PT. Indonesia Agro Industri sadar bahwa perusahaan perlu memperkuat daya saing terhadap produsen sayuran organik lainnya khususnya terhadap persaingan pada

produk selada keriting organik. Permintaan terhadap selada keriting organik yang tinggi serta sulitnya pemenuhan pasokan terhadap produk selada keriting mendorong perusahaan untuk memperkuat kegiatan rantai pasok perusahaan terhadap produk

selada keriting. 2 Pesaing dari perusahaan pada produk tanaman selada keriting organik di regional Kota Bandung adalah AP Farm, Goodroots, Amazing Farm,

Semai Organik dan OG Farm. Pada kegiatan rantai pasok selada keriting organik dan produk lainnya di PT. Indonesia Agro Industri masih ditemukan kendala pada pemenuhan kebutuhan bibit, kegiatan produksi serta distribusi selada keriting organik. Kurangnya pasokan bibit untuk produksi, rusaknya produk pada kegiatan produksi dan distribusi adalah masalah – masalah yang harus dihadapi perusahaan. Perusahaan memiliki standar

1 Hasil wawancara dengan PT. Indonesia Agro Industri 2 Hasil observasi di Setiabudi Supermarket, Griya Yogya dan Transmart Carefour 1 Hasil wawancara dengan PT. Indonesia Agro Industri 2 Hasil observasi di Setiabudi Supermarket, Griya Yogya dan Transmart Carefour

Tabel 5. Kinerja Penjualan PT. Indonesia Agro Industri Semester Akhir 2015 dan Semester Awal Tahun 2016 (pack)

Bulan Juli Agustus

Maret April Mei Juni

16742 18364 16329 18588 Pengiriman

Purchase Order 9277 9218

42% 37% 52% 51% Order/ Penjualan

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

Berkurangnya kinerja penjualan oleh perusahaan disebabkan oleh tingginya curah hujan yang menyebabkan kesulitan dalam kegiatan budidaya tanaman dan meningkatnya permintaan di pasar karena pasokan yang berkurang. Selain itu penurunan kinerja juga disebabkan oleh proses panen dan sortasi yang kurang baik yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Melihat masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan manajemen rantai yang pasok pada kegiatan rantai pasok di PT. Indonesia Agro Industri.

Kegiatan manajemen rantai pasok dilakukan untuk menambah nilai dari suatu produk yang ditawarkan dan secara langsung dapat menambah daya saing bagi perusahaan tersebut. Rantai pasok yang baik dapat menambah hasil penjualan produk perusahaan serta menambah kepuasan konsumen melalui pencapaian produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah dengan pelayanan yang cepat dan responsif. Kegiatan manajemen rantai pasok yang baik dapat meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk dan rantai pasok yang dibangun oleh perusahaan. Untuk mengetahui bagaimana kinerja rantai pasok suatu perusahaan dapat dilakukan pengukuran menggunakan model Supply Chain Operations Reference (SCOR).

SCOR adalah salah satu alat pengukur kinerja suatu rantai pasok. Menurut APICS Supply Chain Counsil (www.supply-chain.org, 2009) analisis SCOR adalah metode terkemuka untuk melihat kerangka rantai pasokan, hubungan proses bisnis, metrik kinerja, praktek dan keterampilan manusia ke dalam struktur yang terpadu. SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses inti, yaitu plan, SCOR adalah salah satu alat pengukur kinerja suatu rantai pasok. Menurut APICS Supply Chain Counsil (www.supply-chain.org, 2009) analisis SCOR adalah metode terkemuka untuk melihat kerangka rantai pasokan, hubungan proses bisnis, metrik kinerja, praktek dan keterampilan manusia ke dalam struktur yang terpadu. SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses inti, yaitu plan,

1. Level satu, adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver dan return. Metrik level satu ini juga dikenal sebagai metrik strategis atau Key Performance Indicator (KPI). Pada tingkat ini dilakukan penentuan standar atau benchmarking rantai pasok

pada lima indikator yaitu supply chain reliability, responsiveness, agility, cost, dan assets development. Penentuan standar tersebut dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok saat ini dibandingkan dengan target rantai pasok yang sesuai dengan target perusahaan serta seberapa besar selisih antara keadaan nyata rantai pasok dengan target.

2. Level kedua dikatakan sebagai configuration level, dimana rantai pasok perusahaan dikonfigurasi berdasarkan proses – proses yang ada didalam lima proses inti. Dalam proses level dua dilakukan diagnosis untuk menentukan akar masalah yang menyebabkan terjadinya selisih kinerja rantai pasok yang terjadi pada diagnosis level satu.

3. Level ketiga dilakukan diagnosa lebih spesifik pada proses inti rantai pasok yang menjadi akar masalah penyebab terjadinya selisih kinerja pada diagnosis di level satu dan dua.

Dengan mengukur kinerja rantai pasok selada keriting organaik di PT. Indonesia Agro Industri maka dapat diketahui apakah kegiatan rantai pasok yang dilakukan sudah optimal atau tidak, serta dapat mengetahui kegiatan rantai pasok yang harus diperbaiki.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung?

2. Bagaimana hasil pengukuran kinerja terhadap manajemen rantai pasok dalam kegiatan produksi selada keriting organik dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung?

3. Alternatif strategi perbaikan/peningkatan rantai pasok apa yang dapat diberikan kepada perusahaan setelah diketahui masalah pada rantai pasok dan dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok dalam kegiatan produksi selada keriting organik dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambar rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.

2. Mengetahui kinerja rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.

3. Menemukan alternatif strategi perbaikan/peningkatan rantai pasok yang dapat diberikan kepada perusahaan untuk pemecahan masalah yang ditemukan setelah dilakukan pengukuran kinerja dari rantai pasok yang dilakukan untuk produk selada keriting organik dengan Supply Chain Operation Reference di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi PT. Indonesia Agro Industri, dapat dijadikan sebagai masukan untuk pemecahan kendala yang dihadapi serta untuk peningkatan kinerja rantai pasok yang dilakukan dalam kegiatan produksi selada keriting organik.

2. Bagi peneliti, dapat menjadi tambahan wawasan mengenai analisis rantai pasok dan kemampuan untuk menggunakan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR) dalam kegiatan analisis.

3. Bagi pembaca, berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya serta untuk mengetahui kegiatan rantai pasok di PT. Indonesia Agro Industri di Lembang, Bandung dalam kegiatan produksi selada keriting organik.

BAB II PENDEKATAN MASALAH DAN ALUR PEMIKIRAN

2.1. Pendekatan Masalah

2.1.1. Pengertian Hortikultura

Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan, secara garis besar hortikultura yaitu ilmu yang mempelajari budidaya tanaman kebun. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. (Permentan no.13, 2010). Menurut Zulkarnain, 2010 berdasarkan jenis komoditas yang diusahakan, tanaman hortikultura terbagi dalam beberapa disiplin ilmu yang lebuh spesifik, yaitu:

1. Olericulture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman sayuran.

2. Pomology: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman buah – buahan.

3. Floriculture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman hias.

4. Landscape horticulture: Bagian ilmu hortikultura yang mempelajari pemanfaatan tanaman hortikultura, terutama tanaman hias dalam penataan lingkungan.

5. Apiary: Bagian dari ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya lebah madu.

Tanaman hortikultura memiliki ciri-ciri diantaranya:

1. Mudah dan cepat busuk (perishable), sehingga dibutuhkan perlakuan khusus mulai dari penanaman hingga pasca panen agar hasil produksi tetap segar dan kualitas tetap terjaga.

2. Hortikultura sangat tergantung pada keadaan cuaca. Hama dan penyakit tanaman, namun beberapa tanaman dan penyakitnya sudah mulai teratasi dengan adanya biaya tambahan.

3. Jenis tanaman ini tergolong sebagai tanaman musiman, yang biasa dilakukan 1-3 kali panen saja satu tanaman.

4. Harga kebutuhan transportasi logistik yang tinggi mengharuskan jumlah hortikultur dalam sekali panen volumnya harus besar, untuk menekan biaya yang berlebih.

5. Harga produk yang ditawarkan di pasar sesuai dengan kualitas, bukan kuantitas.

6. Setiap jenis tanaman memiliki kriteria geografi yang sangat berbeda-beda sehingga dibutuhkan agroklimat tertentu.

2.1.2. Pengertian Tanaman Selada

Tanaman selada (Lactuca sativa L.) termasuk kedalam famili Compositae (Asteraceae) yaitu tanaman Angiospermae atau tanaman yang berbunga. Tanaman ini memiliki syarat tumbuh cuaca yang lembab dan dingin, menghendaki tanah yang subur dan berhumus, serta dapat tumbuh baik di dataran tinggi. Tanaman ini mempunyai empat varietas, yaitu:

1. Selada kepala (Lactuca sativa var. capitata L.) Selada ini disebut juga dengan selada kol. Selada ini mempunyai daun yang kompak seperti kepala atau kol, hanya bentuknya lebih kecil dan tidak terlalu bulat. Umumnya selada ini hanya membentuk kepala bila ditanam di dataran tinggi.

2. Selada silindris (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Selada ini disebut juga selada kerucut, selada romain, dan selada cos. Selada ini membentuk krop yang bentuknya silinder atau kerucut. Daunnya memanjang dan memiliki ujung yang lengkung serta tekstur yang sedikit kasar.

3. Selada daun atau selada keriting (Lactuca sativa var. crispa L.) Tanaman selada ini membentuk roset yang longgar dan tidak membentuk krop. Daunnya menyerupai tekstur selada kepala dengan tepi berumbai dan bergeLOMbang.

4. Selada batang (Lactuca sativa var. asparagna Bailey, sin. L. sativa var. angustina Irish ) Selada ini mempunyai batang yang berdaging tebal sehingga dapat dikonsumsi. Adapun daunnya tidak dikonsumsi karena kasar dan memiliki rasa yang tidak enak. Selada ini juga tidak membentuk krop seperti selada kepala.

Perbedaan varietas dari selada membuat perbedaan pada bentuk, bagian tanaman yang dimanfaatkan, serta pada rasa dan tekstur tanaman. Tanaman selada dapat dipanen dalam waktu yang berbeda – beda tergantung varietas serta cara penanamannya. Tanaman dapat dipanen antara 30 – 80 hari sejak benih disebar.

2.1.3. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik adalah sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Penggunaan dalam kegiatan pertanian aplikasi bahan kimia dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan faktor produksi lainnya. Karakteristik produksi organik menurut Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) (www.ifoam.bio, 2013) meliputi (1) Meningkatkan siklus biologi, (2) Menjaga sumber daya lingkungan dengan penggunaan secara efisien dan re-using, (3) Tidak bergantung pada sumber daya eksternal secara terus menerus, (4) Meminimalkan polusi, (5) Mempertahankan keragaman genetik daerah.

Pertanian organik pertama kali dicanangkan pada tahun 1970-an dengan dibuatnya Revolusi Hijau (Green Revolutiuon) dan mulai dikembangkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1984 oleh Yayasan Bina Sarana Bakti di Cisarua, Bogor. Munculnya pertanian organik mendorong pergeseran praktik budidaya tanaman dari praktik budidaya tradisional menjadi praktik budidaya yang berorientasi kkepada masa depan lingkungan. Pertanian tradisional yang berbasis produksi bergeser menjadi pertanian yang lebih berbasis pada kelestarian lingkungan hidup. Menurut Pracaya, 2002 ciri – ciri kegiatan pertanian organik adalah:

1. Memupuk dengan bahan organik seperti kompos, pupuk kandang dan guano.

2. Memupuk dengan pupuk hijau seperti orok – orok, batang akar, daun kacang – kacangan, turi serta gamal.

3. Memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak atau rumah potong hewan (RPH).

4. Mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur dan rotasi tanaman.

2.1.4. Pengertian Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Supply chain atau rantai pasok dapat diartikan sebagai sekumpulan entitas (organisasi, aktivitas, manusia, teknologi, informasi, dan sumber daya) yang melakukan sebuah kegiatan dan terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal hingga ke akhir atau ke konsumen. Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja Supply chain atau rantai pasok dapat diartikan sebagai sekumpulan entitas (organisasi, aktivitas, manusia, teknologi, informasi, dan sumber daya) yang melakukan sebuah kegiatan dan terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal hingga ke akhir atau ke konsumen. Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja

Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Menurut Oliver dan Weber, 1982 supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan –perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. SCM dilakukan pada suatu kegiatan rantai pasok suatu perusahaan untuk menghasilkan produk yang tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat kualitas.

2.1.5. Pengertian Metode Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Manajemen rantai pasok yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dapat diukur kinerjanya. Salah satu metode pengukuran kinerja SCM adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR). SCOR adalah model pengukuran kinerja rantai pasok yang dirancang oleh Supply – Chain Council (SCS) yang dibentuk pertama kali pada tahun 1996. Supply – Chain Council terbentuk dengan partisipasi enam puluh sembilan perusahaan multinasional yang memiliki tujuan untuk mendorong penggunaan model SCOR untuk pengembangan, penelititan, pendidikan dan acara besar perusahaan. Dalam metode pengukuran kinerja rantai pasok, SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses inti, yaitu plan, source, make, deliver dan return. Berikut adalah contoh kegiatan - kegiatan yang termasuk kepada lima proses inti tersebut, yaitu:

 Plan: Merencanakan sumber pasokan produk, memposisikan prioritas kebutuhan permintaan, merencanakan kebutuhan bahan untuk produk dan

merencanakan kebutuhan kapasitas penyimpanan untuk produk dan saluran distribusi.

 Source: Menerima, memeriksa, mempertahankan jumlah dan kualitas serta memecahkan masalah dalam pasokan bahan untuk produk dan barang jadi

yang dibeli.

 Make: Menerima bahan untuk produk, membuat, menguji, packaging serta kegiatan menahan dan menyalurkan produk.

 Deliver: Mengeksekusi proses manajemen pemesanan, menghasilkan resi, mengkonfigurasi produk, menciptakan dan mempertahankan basis data  Deliver: Mengeksekusi proses manajemen pemesanan, menghasilkan resi, mengkonfigurasi produk, menciptakan dan mempertahankan basis data

 Return: Penggantian produk cacat, garansi, dan pengolahan kembali kelebihan produk, penjadwalan, inspeksi, administrasi garansi, menerima dan

memverifikasi produk yang cacat, disposisi, dan penggantian produk. Metode pengukuran kinerja rantai pasok SCOR terdiri dari tiga level proses

diagnosa dari umum hingga level lebih detil yaitu pengukuran level satu, level dua, dan level tiga. Berikut adalah penjelasan dari pengukuran pada tiap level:

1. Level satu Level satu adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver dan return. Metrik level satu ini juga dikenal sebagai metrik strategis atau Key Performance Indicator (KPI). Pada tingkat ini dilakukan penentuan standar atau benchmarking rantai pasok pada lima atribut kinerja yaitu supply chain reliability, responsiveness, agility, cost, dan assets management .

Tabel 6. Tujuan Atribut Pegukuran Kinerja Rantai Pasok dan Penggunaan Key Performance Indicator

Atribut Kinerja Rantai

Metrik Level Pasok

Tujuan

1/KPI

Keandalan Rantai Pasok Atribut keandalan rantai pasok Perfect Order (Supply

Chain membahas kemampuan rantai Fulfillment (POF) Reliability )

pasok untuk melakukan tugas - tugas sesuai harapan. Keandalan berfokus pada prediksi hasil dari sebuah proses. Pengukuran untuk atribut keandalan melihat kemampuan rantai pasok untuk menghasilkan produk yang tepat waktu,

berjumlah

tepat,

berkualitas tepat. Atribut ini berfokus pada pelanggan.

Responsivitas Rantai Atribut responsivitas rantai pasok Order Fulfillment Pasok (Supply Chain menggambarkan kecepatan rantai Cycle

Time Responsiveness )

pasok dalam menyelesaikan tugas –

(OFCT)

tugas. Atribut ini berfokus pada pelanggan.

Lanjutan Tabel 6 Fleksibilitas

Rantai Atribut fleksibilitas rantai pasok Upside Supply Pasok (Supply Chain menggambarkan

kemampuan Chain Agilty )

rantai pasok untuk merespon Flexibility pengaruh

dan Upside Supply kemampuan untuk mengubah. Chain pengaruh eksternal tersebut. Adaptability Atribut ini adalah atribut yang

eksternal

Downside Supply

berfokus pada pelanggan.

Chain Adaptability

Overall Value At Risk

Biaya Rantai Pasok Atribut biaya rantai pasok Supply Chain (Supply Chain Costs)

menggambarkan biaya yang Management Cost dibutuhkan untuk proses rantai Cost of Goods pasok yaitu termasuk biaya Sold (COGS) tenaga kerja, biaya material, dan biaya transportasi Atribut ini adalah atribut yang fokus pada internal perusahaan.

Manajemen Aset Rantai Atribut manajemen aset rantai Cash-to-Cash Pasok (Supply Chain pasok

menggambarkan Cycle Time Assets Management )

kemampuan

untuk (CTCCT)

memanfaatkan

secara Return on Supply efisien. Strategi manajemen aset Chain

aset

Fixed dalam rantai pasokan termasuk Assets pengurangan/persediaan serta in Return

on - sourcing dan outsourcing. Working Capital

pemanfaatan kapasitas. Atribut ini adalah atribut yang fokus pada internal perusahaan.

Sumber: www.apics.org, 2011

Dengan menggunakan atribut – atribut diatas kegiatan pengukuran kinerja pada level satu menghasilkan output berupa SCORcard yang didalamnya terdapat metrik – metrik perhitungan kinerja atau KPI Perhitungan atribut memerlukan

setidaknya satu KPI untuk menentukan hasil pengukuran rantai pasok. Penentuan standar tersebut dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok pada keadaan aktual dibandingkan dengan target rantai pasok yang sesuai dengan target perusahaan

Setelah didapatkan data aktual dan data benchmark, selanjutnya dihitung selisih antara data aktual rantai pasok dengan data benchmark sesuai dengan penentuan standar perusahaan.. Kegiatan mengukur selisih data tersebut dinamakan dengan kegiatan Gap Analysis. Gap analysis digunakan pada saat melakukan analisis level satu, yaitu untuk menghitung besarnya peningkatan pendapatan (value of improvement atau opportunity) apabila target yang ditetapkan untuk setiap metrik dapat tercapai. Besarnya opportunity dihitung dengan salah satu dari tiga metode (Bolstorff and Rosenbeum, 2003) berikut:

a. The Lost Opportunity Measure (LOM) Perhitungan dilakukan menurut besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih (lost) sebelum order-entry, karena barang tidak tersedia.

b. The Cancelled Order Measure (COM) Perhitungan dilakukan menurut besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih (lost) setelah order-entry yang disebabkan oleh pembatalan pesanan, karena kinerja pengiriman kurang baik.

c. The Market Share Measure (MSM) Metode ini menghitung perkiraan peningkatan pendapatan sebagai dampak dari terciptanya competitive advantage berdasarkan kategori customer-facing metrics .

2. Level dua Level dua dikatakan sebagai configuration level, dimana rantai pasok perusahaan dikonfigurasi berdasarkan proses – proses yang ada didalam lima proses inti. Pada kegiatan pengukuran level dua dilakukan diagnosa pada lima proses inti kegiatan rantai pasok yaitu plan, source, make, deliver, return. Selanjutnya, ditentukan proses inti yang menjadi akar masalah dari kinerja rantai pasok. Proses inti yang ditentukan sebagai akar masalah akan diukur secara lanjut pada pengukuran level tiga. Pengukuran level dua menghasilkan output berupa pemetaan kegiatan rantai pasok secara keseluruhan. Dalam pemetaan rantai pasok level dua disajikan lebih detil mengenai kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan bahan atau material dari satu lokasi ke lokasi lain. Contoh pemetaan SCOR level dua ditunjukan pada Gambar 2.

3. Level tiga Pada level tiga dilakukan diagnosa lebih spesifik pada proses inti rantai pasok

yang menjadi akar masalah penyebab terjadinya selisih kinerja pada diagnosis di level satu dan dua. Contoh pemetaan SCOR level tiga ditunjukan pada Gambar 3.

Plan

P1 Plan Supply Chain

P2 Plan

P3 Plan

P4 Plan

P5 Plan

Source Make

Deliver Return

Cu sto

rs ie me

rs Source

Make

Deliver

Suppl

S1 Source

M1 Make-to-

D1 Deliver

Stocked Product stock

Stocked Product

S2 Source Make-

M2 Make-to-

to-order Product

order

D2 Deliver Make-

to-order Product

S3 Source

Engineer-to- D3 Deliver Engineer-

M3 Engineer-to-

order

order Product to-order Product

Source Return

Deliver Return

R1: Return Defective

R1: Return Defective

Product

Product

R2: Return MRO

R2: Return MRO

Product

Product

R3: Return Excess

R3: Return Excess

Product

Product

Gambar 2. Contoh Pemetaan SCOR Level Dua

Sumber: Bolstorff and Rosenbeum, 2003

Gambar 3. Contoh Pemetaan SCOR Level Tiga

Sumber: Bolstorff and Rosenbeum, 2003

Pada gambar ditunjukan bahwa proses inti yang mengalami kinerja paling rendah adalah proses source sehingga dilakukan analisis lebih dalam tentang rangkaian kegiatan – kegiatan yang berada pada proses tersebut. Proses inti pada pemetaan level dua dipetakan kembali pada kegiatan inputs, process element,dan outputs pada tiap proses.

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 7. Penelitian Terdahulu

Persamaan dan Peneliti

Nama Judul

Identifikasi

Alat

Perbedaan dan Tahun Penelitian

Masalah

Analisis

Persamaan Mutakin

Anas Pengukuran

Bagaimana

Analisis

manajemen penelitian ini dan Musa Manajemen

Kinerja

struktur rantai

rantai pasok dengan penelitian Hubeis

pasokan semen

peneliti yaitu (2011)

Rantai Pasokan PT. ITP Tbk.?

dengan

analisis rantai Model 9.0

dengan SCOR Bagaimana

Supply

pasok (Studi Kasus di kinerja terhadap Operations menggunakan PT.

pengukuran

Chain

metode SCOR, Indocement

manajemen

Reference

Perbedaannya Tunggal

rantai pasok di

(SCOR)

terletak versi Prakasa Tbk.)

PT. ITP Tbk.?

versi 9.0.

Alternatif –

metode SCOR

alternatif solusi

serta pada tempat

apa yang ditemui

dan sifat objek

dari masalah –

yang diteliti.

masalah rantai pasok setelah diketahui pengukuran kinerja manajemen rantai pasok di PT. ITP Tbk.?

Lanjutan Tabel 7. Penelitian Terdahulu Silmi

Tsurayya dan Lindawati Kartika (2015)

Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Cabai Kabupaten Garut

Mengidentifikasi rantai pasok komoditas cabai di Kabupaten Garut. Menganalisis kelembagaan petani komoditas cabai di Kabupaten Garut. Merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas cabai di Kabupaten Garut.

Analisis deskriptif kualitatif, analisis SWOT , the house model , indikator kinerja utama dan pairwise comparison .

Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu analisis untuk peningkatan daya saing suatu perusahaan, perbedaannya pada ruang lingkup penelitian ini meneliti pada rantai pasok dan kelembagaan perusahaan.

Fatih Rizqiah dan Alim Setiawan S. (2014)

Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)

Menganalisis kondisi rantai pasok pepaya Calina di PT. Sewu Segar Nusantara Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan setiap anggota pada rantai pasok papaya Calina di PT. Sewu Segar Nusantara Menentukan desain metric pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina di PT. Sewu Segar Nusantara.

Metode kualitatif dengan analisis deskriptif rantai pasok, analisis nilai tambah dan analisis ANP.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu pada pengukuran kinerja rantai pasok, perbedaannya terdapat pada tujuan dimana penelitian ini bertujuan untuk mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok.

2.3. Alur Pemikiran

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat serta kelestarian lingkungan memicu meningkatnya permintaan terhadap produk organik. Produk organik memiliki kandungan bahan kimia sintetis lebih sedikit dibandingkan produk non-organik yang dapat mencegah timbulnya penyakit pada manusia serta mengurangi pencemaran pada lingkungan. Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk organik di pasar secara langsung memicu kegiatan produsen- produsen sayuran organik untuk meningkatkan produksinya. Selain itu dipicu juga oleh terbentuknya produsen-produsen organik baru di pasar akibat tingginya permintaan tersebut.

PT. Indonesia Agro Industri adalah perusahaan yang memproduksi tanaman sayuran organik. Salah satu produk yang memberikan kontribusi paling besar adalah produk selada keriting organik. Produk ini memiliki jumlah permintaan yang tinggi sehingga perusahaan terus berupaya untuk memenuhi permintaan pasar. Pada pasar produk selada keriting mulai muncul nya pesaing – pesaing baru sehingga PT. Indonesia Agro Industri terus berusaha untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Masalah dalam pemenuhan produk selada keriting sering dihadapi oleh perusahaan khususnya pada saat musim hujan.

Pada saat musim hujan sering terjadi kendala pada penjualan produk. Kurangnya pasokan bibit dan produk tambahan dari mitra, rusaknya produk pada kegiatan panen dan sortasi serta distribusi adalah masalah – masalah yang harus dihadapi perusahaan karena pada musim hujan permintaan akan produk meningkat dan berpotensi untuk meningkatkan penjualan produk bila perusahaan mampu memenuhi permintaan tersebut. PT. Indonesia Agro Industri sudah melakukan manajemen rantai pasok dan Good Agricultutal Practice (GAP) pada kegiatan perusahaan namun permintaan produk belum bisa terpenuhi dengan baik. Strategi rantai pasok dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok perusahaan dalam pemenuhan produk selada keriting organik. Berdasarkan analisis dengan metode SCOR , rantai pasok terdiri dari lima proses inti didalamya yaitu plan, source, make, deliver, return dan tidak lain di PT. Indonesia Agro Industri menjalankan rantai pasok perusahaannya dengan lima proses inti tersebut didalamnya.

Dalam penelitian ini pertama – tama akan dilakukan pemetaan kegiatan rantai pasok produk selada keriting organik. Lalu, akan dilakukan pengukuran kinerja dan pemetaan mendalam terhadap rantai pasok yang dilakukan perusahaan untuk produk selada keriting organik menggunakan metode SCOR untuk mengetahui masalah – masalah apa yang dihadapi. Setelah itu dalam penelitian akan dijabarkan alternatif yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan memperkuat kegiatan rantai pasok agar perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan daya saing PT. Indonesia Agro Industri. Alternatif-alternatif yang dihasilkan dari analisis SCOR dapat digunakan untuk perbaikan strategi rantai pasok. Tercapainya keunggulan kompetitif oleh PT. Indonesia Agro Industri bila alternatif-alternatif yang dihasilkan dapat diterapkan dan masalah-masalah dalam rantai pasok sudah terpecahkan sehingga tercipta kinerja rantai pasok perusahaan yang optimal.

Meninkatnya permintaan terhadap selada keriting organik

Keunggulan kompetitif PT. Indonesia Agro Industri terhadap produsen selada

keriting organik lain

PT. Indonesia Agro Industri membentuk rantai pasok selada keriting organik

Kinerja rantai pasok:  Perencanaan (plan)  Pasokan (source)  Produksi (make)  Distribusi (deliver)  Pengembalian

(return)

Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek dan Tempat Penelitian