Gambaran Rantai Pasok PT. Indonesia Agro Industri

4.2. Gambaran Rantai Pasok PT. Indonesia Agro Industri

Pemetaan rantai pasok atau supply chain mapping dilakukan untuk mengetahui gambaran kegiatan rantai pasok yang dilakukan oleh perusahaan secara umum. Pemetaan juga bertujuan untuk mengetahui entitas-entitas yang terlibat serta mengetahui aliran material/barang, aliran informasi dan aliran uang dalam kegiatan rantai pasok perusahaan. Kegiatan rantai pasok yang dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri dapat dilihat pada gambar 7.

PT. Indonesia Agro Industri memiliki satu alur rantai pasok untuk produk tanaman selada keriting. Perusahaan berperan sebagai produsen dan pengolah produk tanaman selada keriting organik. Perusahaan melakukan pembibitan tanaman selada keriting secara mandiri dengan mendapatkan pasokan benih dari CV. Buana Tani dan membeli bibit dari petani bibit di Daerah Lembang. Pengambilan bibit dilakukan secara rutin pada tiap minggunya. Petani bibit yang menjadi mitra perusahaan dalam pemenuhan pasokan bibit adalah Ibu Euis. Perusahaan juga melakukan pembelian produk secara lepas kepada beberapa petani di Daerah Lembang bila terjadi kekurangan produk dalam pemenuhan permintaan/Purchase Order (PO) dan pembelian produk tidak dilakukan secara rutin. Petani-petani yang menjadi langganan

CV. Buana Tani (Pemasok benih

dan saprodi)

Gambar 7. Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting di PT. Indonesia Agroindustri

dalam pembelian produk oleh perusahaan adalah Pak Agus, Pak Yana, Pak Aang, Pak Solihin, Pak Udin dan CV. Buana Tani untuk beberapa produk tetapi pada tahun 2016 seluruh produk selada keriting dibeli dari Pak Agus.

PT. Indonesia Agro Industri menjual produk kepada toko/ritel modern dengan dua bentuk penjualan yaitu dengan penjualan terikat dan penjualan lepas. Penjualan terikat hanya dikakukan dengan ritel Setiabudi Supermarket sedangkan kepada ritel lain yaitu Griya dan Carefour menggunakan penjualan lepas. Perbedaan yang signifikan dalam bentuk penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan toko modern adalah pada kegiatan pengembalian barang (return) dan penolakan produk yang rusak (reject). Untuk ritel dengan bentuk penjualan lepas memiliki hak untuk mengembalikan produk yang tidak sesuai dengan kriteria ritel sebelum masuk kedalam lini penjualan ritel. Sedangkan, untuk ritel dengan penjualan terikat tidak terjadi penolakan pada produk rusak. Pada penjualan terikat produk diterima dan dimasukan kedalam lini penjualan ritel selama tiga hari. Bila produk tidak terjual, maka produk akan dikembalikan kembali ke PT. Indonesia Agro Industri.

4.2.1. Karakteristik Produk Selada Keriting

Tanaman selada keriting merupakan tanaman yang termasuk kedalam komoditas hortikultura dan daerah Lembang adalah salah satu daerah penghasil tanaman selada. Daerah penghasil selada adalah Cipanas, Pangalengan dan Lembang Tanaman selada keriting merupakan tanaman yang termasuk kedalam komoditas hortikultura dan daerah Lembang adalah salah satu daerah penghasil tanaman selada. Daerah penghasil selada adalah Cipanas, Pangalengan dan Lembang

a. Perishable goods (product) Artinya produk yang mudah busuk, mudah rusak atau tidak taham lama seperti sayuran, buah-buahan dan ikan. Penurunan kualitas mudah terjadi dan memberkan efek penurunan harga jual. Sifat mudah rusak ini juga membuat hasil petanian banyak mengalami kerusakan didalam pengangkutan.

b. Seasonal product Pengaruh musim masih belum diatur sepenuhnya walaupun teknologi dalam pemeliharaan dan klimatologi sudah demikian maju. Lama waktu penyinaran , curah hujan, suhu, kelembaban dan faktor eksternal pertumbuhan lainnya belum dapat dikuasai sepenuhnya. Sehingga produksi produk pertanian masih dipengaruhi oleh musim.

c. Bulky/Voluminous product Artinya produk usahatani/pertanian sifatnya memakan ruangan dan membutuhkan tempat yang relatif besar sedangkan nilai produk itu sendiri rendah (Sihombing, 2010). Masalah dari karakteristik produk pertanian pertanian harus diatasi oleh pengusaha produk pertanian. Untuk mempertahankan kualitas dan kontinuitas produk pertanian diperlukan kegiatan perusahaan yang baik dan teratur. Kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri untuk menjaga daya saing perusahaan adalah penerapan manajemen pada kegiatan perusahaan dengan kegiatan GAP dan manajemen rantai pasok.

4.2.2. Aliran Barang

Aliran barang pada kegiatan rantai pasok selada keriting dimulai dari petani mitra, pemasok benih hingga toko/ritel modern. Pada setiap kegiatan entitas terjadi kegiatan penembahan nilai. Penambahan nilai barang dilakukan oleh setiap entitas dalam rantai pasok dan secara langsung membentuk sebuah rantai nilai. Kegiatan pada rantai nilai adalah untuk merubah bentuk dari bahan mentah menjadi produk yang lebih bernilai bernilai. Menurut Pearce & Robinson (2008) istilah Value Chain (Rantai Nilai) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Berikut adalah struktur aliran produk selada keriting organik pada rantai pasok PT. Indonesia Agro Industri.

CV. Buana Tani (Pemasok benih

dan saprodi)

Gambar 8. Aliran Produk Selada Keriting Organik pada Rantai Pasok PT. Indonesia

Agro Industri

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

Petani pemasok melakukan kegiatan merubah benih selada keriting menjadi bibit siap tanam. Petani pemasok bibit yang menjadi mitra perusahaan adalah Ibu Euis yang merupakan salah satu petani bibit di Daerah Lembang. Jumlah bibit yang diambil oleh perusahaan adalah kurang lebih dua ribu bibit pada setiap minggunya dan pengambilan dilakukan pada hari Selasa dan Kamis dengan jumlah pengambilan seribu bibit pada setiap transaksi. Namun, bila terjadi kekurangan bibit, perusahaan dapat meminta pasokan lebih dari dua kali dalam tiap minggu. Bentuk pemesanan bibit yang dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri kepada petani bibit ditunjukan pada Lampiran 5.

Selanjutnya kegiatan penambahan nilai dilakukan oleh PT. Indonesia Agro Industri yang merubah bibit menjadi produk tanaman selada keriting organik dalam bentuk kemasan. Pada perusahaan dilakukan kegiatan penanaman, perawatan, pemanenan, penyortiran dan pengemasan dan membuat produk bertambah nilainya. Setelah itu perusahaan melakukan kegiatan distribusi ke toko/ritel modern. Distribusi menggunakan empat buah motor yang membawa dua container pada tiap motor. Kapasitas tiap container adalah maksimal enam puluh pack. PT. Indonesia Agro Industri mampu mengirimkan kurang lebih empat ratus pack setiap harinya.

Produk dikirimkan kepada ritel – ritel yang tersebar di Kota Bandung dengan bentuk pembelian terikat dan lepas. Produk yang dikirim pada ritel dengan pembelian lepas akan melewati fase grading saat diterima di ritel. Untuk produk yang tidak lolos fase grading akan ditolak dan dikembalikan kepada perusahaan (reject). Sedangkan, untuk produk yang dikirimkan kepada ritel dengan pembelian terikat akan diterima seluruhnya. Produk akan diletakan pada lini penjualan ritel dengan jangka waktu tiga. Bila produk tidak terjual, maka akan dikembalikan ke perusahaan (return).

4.2.3. Aliran Uang

Aliran uang terjadi saat pemberian insentif finansial yang diberikan atau diterima oleh para entitas dalam sebuah kegiatan rantai pasok. Pada entitas ke entitas lain yang ada pada rantai pasok terjadi kegiatan pembayaran. Aliran uang pada kegiatan rantai pasok selada keriting dimulai dari penerima produk akhir yaitu toko/ritel modern menuju petani mitra pemasok bibit, benih dan produk selada keriting.. Ada dua bentuk pembayaran yang terjadi pada rantai pasok selada keriting yaitu pembayaran secara langsung dan pembayaran dengan pembuatan nota sementara yaitu dengan sistem kontra bon. Berikut adalah gambaran bentuk aliran uang pada kegiatan rantai pasok tanaman selada keriting di PT. Indonesia Agroindustri.

CV. Buana Tani (Pemasok benih

dan saprodi)

Gambar 9. Aliran Uang pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting di PT. Indonesia

Agroindustri

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

Aliran uang dimulai dari Toko/Ritel Modern yang membeli barang di PT. Indonesia Agro Industri dan menjual kembali produknya pada konsumen. Ritel membuat purchase order (PO) yang diberikan setiap hari kepada perusahaan. Dalam PO tertera jumlah produk yang diminta kepada perusahaan yang harus dikirimkan pada esok hari setelah pembuatan PO. Bentuk PO yang dibuat oleh ritel berbeda- beda. Bentuk PO yang diberikan oleh Setiabudi Supermarket berupa bentuk pesan singkat di media handphone ataupun dengan faksimile. Sedangkan, untuk ritel Griya

Yogya dan Carefour Transmart menggunakan supplier online media yang dikeluarkan oleh ritel. Pada saat produk dikirim ke toko/ritel modern, kedua pihak mencatat berapa jumlah produk yang diterima dan tidak reject oleh ritel dan berapa jumlah produk yang dikembalikan karena tidak sesuai permintaan. Toko/ritel modern hanya akan membayar produk yang terjual. Jumlah pembayaran akan dibuat dahulu menggunakan nota sementara/kontra bon. Jangka waktu pembuatan kontra bon Yogya dan Carefour Transmart menggunakan supplier online media yang dikeluarkan oleh ritel. Pada saat produk dikirim ke toko/ritel modern, kedua pihak mencatat berapa jumlah produk yang diterima dan tidak reject oleh ritel dan berapa jumlah produk yang dikembalikan karena tidak sesuai permintaan. Toko/ritel modern hanya akan membayar produk yang terjual. Jumlah pembayaran akan dibuat dahulu menggunakan nota sementara/kontra bon. Jangka waktu pembuatan kontra bon

4.2.4. Aliran Informasi

Dalam kegiatan rantai pasok terjadi aliran informasi dan data diantara entitas. Masing-masing entitas melakukan komunikasi dan kegiatan pertukaran informasi yang terjadi secara dua arah dimana masing-masing entitas dapat berperan sebagai pengirim maupun penerima informasi. Informasi yang diterima maupun diberikan adalah suatu kegiatan untuk merubah kegiatan penerima informasi sesuai dengan keinginan pemberi informasi. Menurut William I. Gordon dalam Dedy Mulyana (2005) Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. Berikut adalah gambaran bentuk aliran informasi pada rantai pasok tanaman selada keriting organik di PT. Indonesia Agro Industri.

Gambar 10. Aliran Informasi pada Rantai Pasok Tanaman Selada Keriting Organik di

PT. Indonesia Agro Industri

Sumber: PT. Indonesia Agro Industri, 2016

Aliran informasi yang terjadi pada entitas-entitas dalam rantai pasok tanaman selada keriting organik terjadi dengan cara dua arah. Pertukaran informasi oleh petani pemasok bibit dengan PT. Indonesia Agro Industri terjadi secara terus-menerus dan terjadi setiap hari. Informasi yang diberikan adalah infomasi kebutuhan bibit, harga pasaran bibit saat ini, informasi pengambilan bibit, dan pembuatan janji untuk Aliran informasi yang terjadi pada entitas-entitas dalam rantai pasok tanaman selada keriting organik terjadi dengan cara dua arah. Pertukaran informasi oleh petani pemasok bibit dengan PT. Indonesia Agro Industri terjadi secara terus-menerus dan terjadi setiap hari. Informasi yang diberikan adalah infomasi kebutuhan bibit, harga pasaran bibit saat ini, informasi pengambilan bibit, dan pembuatan janji untuk

perusahaan menggunakan media supplier online. Untuk ritel Carefour Transmart menggunakan Vendor Management System (VMS) dan untuk Griya Yogya menggunakan Venditore yang dapat dilihat pada Lampiran 6.