Pengembangan BUMDesa

h. Pengembangan BUMDesa

BUM Desa dalam penyusunan rencana kerjanya yang perlu memperhatikan inovasi-inovasi yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berkembang dimasyarakat. BUM Desa harus mampu memberikan jawaban terhadap sektor riil yang dijalankan oleh masyarakat ketika sedang mengalami keterpurukan. Oleh karena itu BUM Desa harus berani mengembangkan kegiatan bukan hanya sekedar misalnya ”simpan pinjam” tetapi bagaimana mengembangkan inovasi-inovasi produk dari masyarakat desa.

Pengembangan usaha BUM Desa sesuai dengan permendesa PDTT No. 4 tahun 2015 yaitu : (1) sosial bussines, (2) penyewaan/ renting, (3) Perantara/brokering, (4) berdagang/trading, (5) bisnis keuangan/ficancial bussines dan (6) usaha bersama (holding). Jadi apabila BUM Desa mau dan berani untuk berkembang sudah banyak pilihan kegiatan yang bisa dilaksanakan.

Tabel Klasifikasi Jenis Usaha BUM Desa

No Jenis Usaha Contoh

(social business) sederhana

a. air minum Desa;

b. usaha listrik Desa;

1 yang memberikan pelayanan

c. lumbung pangan; dan umum(serving)

d. sumber daya lokal dan

e. teknologi tepat guna lainnya. 2 Renting (Penyewaan)

a. alat transportasi;

b. perkakas pesta;

c. gedung pertemuan;

d. rumah toko;

e. tanah milik BUM Desa; dan

f. barang sewaan lainnya. 3 Perantara (brokering)

a. jasa pembayaran listrik; b. pasar Desa untuk

memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; dan

c. jasa pelayanan lainnya 4 Berdagang (trading)

a. pabrik es; b. pabrik asap cair; c. hasil pertanian; d. sarana produksi pertanian; e. sumur bekas tambang; dan

f. kegiatan bisnis produktif lainnya.

5 Bisnis keuangan (financial business) Memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh

masyarakat Desa.

6 Usaha bersama (holding) a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi

nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;

No Jenis Usaha

Contoh

rangkaian jenis usaha dari kelompok masyarakat;dan

c. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal

lainnya.

Pengembangan usaha sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 tahun 2015 kita yakin BUM Desa akan benar-benar menjadi badan usaha didesa yang solid. Selain masyarakat mendapatkan kemudahan dalam pelayanan sosial, masyarakat juga diberikan kesempatan untuk berinvestasi dalam BUM Desa. Dengan adanya investasidari masyarakat maka BUM Desa akan mendapatkan tambahan modal untuk mengembangkan jaringan dan keaneka ragaman kegiatannya.

Sebagaimana dalam Permendesa PDTT No. 4 tahun 2015 pasal 17 (1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa, (2) Modal BUM Desa terdiri atas: a.penyertaan modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat Desa. dan Pasal 18 (1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a terdiri atas: a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa; b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa; c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa; d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa. (2) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat.

Presepsi BUM Desa sulit dan tidak berkembang sudah saatnya kita hilangkan. Kegagalan BUM Desa sebelumnya dikarenakan : (1) Pembentukan BUM Desa karena adanya perintah dari SKPD Kabupaten, (2) Tidak adanya assesment terlebih dahulu sebelum dibentuknya BUM Desa, (3) Pembentukan BUM Desa tidak melalui musyawarah desa akibatnya masyarakat tidak merasa memiki demgan adanya BUM Desa, (4) Intervensi pemerintahan desa terhadap BUM Desa sangat kuat akibatnya dalam pengelolaan keuangan BUM Desa tidak transparan, (5) Tidak pernah adanya laporan pertanggungjawaban dari pengelola BUM Desa, (6) AD/ART BUM Desa tidak dibahas melalui musyawarah desa.

Contoh permasalahan diatas akhirnya BUM Desa dianggap organsasi yang tidak berguna dan hanya menguntungkan kelompok-kelompok elit desa yang duduk dalam pemerintahan.

Namun pada dasarnya apabila BUM Desa dikembangkan secara maksimal maka BUM Namun pada dasarnya apabila BUM Desa dikembangkan secara maksimal maka BUM

Kesadaran kritis masyarakat desa tentang permasalahan ekonomi harus di mulai. Masyarakat desa tidak boleh hanya menjadi penonton dalam pertarungan ekonomi global saat ini. Melalui BUM Desa mereka dapat mendiskusikan segala permasalahan dan mencari akar permasalahannya. Contoh: ketika musim panen padi harga turun, namun demikian harga beras dipasaran mahal. Petani yang ada di desa harus mampu bersikap kristis mengapa terjadi demikian?

Posisi BUM Desa dapat dielaborasi dalam Pembangunan Desa (“Desa Membangun”) dan Pembangunan Perdesaan (“Membangun Desa”). Dalam paradigma “Desa Membangun”, basis lokasi pendirian BUM Desa adalah Desa, agar BUM Desa dekat dengan denyut nadi usaha masyarakat Desa secara kolektif. Di lain pihak, dalam paradigma “Membangun Desa”, basis lokasi pendirian BUM Desa Bersama maupun Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih adalah Kawasan Perdesaan, agar Pemerintah, Pemda, swasta, lembaga donor dan Desa dapat berkolaborasi dalam skala usaha yang lebih besar.

Pengelolaan Keuangan Desa