Peraturan Desa dalam Sistem Peraturan Perundang-undangan
a. Peraturan Desa dalam Sistem Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Desa atau disingkat Perdes pernah diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tetapi ketentuan tentang Perdes tersebut dihapus dalam ketentuan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Ketentuan lama Pasal 7 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan menyatakan, “Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:....c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya .” Norma hukum tersebut meletakkan kedudukan Perdes sebagai bagian dari Peraturan Daerah (Perda), sehingga bertentangan dengan Pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945. Norma pengaturan bahwa Perdes menjadi bawahan Perda dalam UU No. 10 Tahun 2004 dicabut oleh UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Perdes bukan lagi sebagai aturan hukum yang menjadi bagian dan bawahan Perda.
TIDAK BERLAKU...
“Ketentuan bahwa Perdes menjadi bawahan Perda dalam UU No. 10 Tahun 2014 telah dicabut oleh UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Perdes bukan lagi sebagai aturan hukum yang
menjadi bagian dan bawahan Perda.”
Kedudukan Perdes diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa jenis Peraturan Perundang-undangan. selain UUD NRI 1945, Ketetapan MPR, UU/Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota adalah “mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa atau yang setingkat. ” Perdes merupakan jenis peraturan perundang-undangan lain diluar jenis dan Kedudukan Perdes diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa jenis Peraturan Perundang-undangan. selain UUD NRI 1945, Ketetapan MPR, UU/Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota adalah “mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa atau yang setingkat. ” Perdes merupakan jenis peraturan perundang-undangan lain diluar jenis dan
Validitas Peraturan Desa, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota dan lain-lain dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Perdes dan peraturan sejenis diakui keberadaannya dan berkekuatan hukum mengikat tergantung perintah dari peraturan perundang-undangan yang relevan dan lebih tinggi. Pertama, Perdes diperintahkan oleh UU Desa dan peraturan pelaksanaannya sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sehingga Perdes diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Kedua, Perdes dibentuk berdasarkan kewenangan Desa.
Pembentukan Perdes dapat didasarkan pada atribusi (wewenang yang ada pada jabatan tertentu, dalam hal ini jabatan Kepala Desa), didasarkan pada delegasi (pelimpahan wewenang, dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain), atau mandat (penugasan; dalam hubungan rutin atas bawahan). Teori kewenangan ini kemudian telah diatur dalam UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Tabel Perbedaan Mandat dan Delegasi
Faktor Pembeda
Mandat
Delegasi
Prosedur Pelimpahan Dalam hubungan rutin atasan Dari suatu organ pemerintahan baawahan: hal biasa kecuali
kepada organ lain; dengan
peraturan perundang-undangan Tanggung jawab gugatan
dilarang tegas
Tanggung jawab jabatan dan dan tanggung gugat
Tetap pada pemberi mandat
tanggung gugat beralih kepada delegataris
Kemungkinan si pemberi
Tidak dapat menggunakan menggunakan wewenang itu
Setiap saat dapat
wewenang itu lagi kecuali setelah lagi
menggunakan sendiri
wewenang yang dilimpahkan ada pencabutan dengan itu
berpegang pada asas “contrarius actus”
Tata naskah dinas
Tanpa a.n., dan lain-lain (langsung) Sumber: Philipus M. Hadjon, “Kebutuhan akan Hukum Administrasi Umum”, dalam Hukum Administrasi dan Good Governance (2010), hal. 21.
a.n., u.b., a.p.