Kondisi Fisik

2. Kondisi Fisik

a. Iklim Pada tabel ini dapat diketahui banyaknya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. Kriteria yang digunakan menurut Mohr, yaitu sebagai berikut :

1) Bulan basah adalah suatu bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 1) Bulan basah adalah suatu bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari

3) Bulan lembab adalah suatu bulan yang mempunyai curah hujan antara

60 sampai dengan 100 milimeter (Handoko, 1994: 168). Dalam penelitian ini digunakan penggolongan tipe iklim menurut Schmidt- Ferguson yang didasarkan pada besarnya nilai “Ratio Quotient” (Q) yang dihitung

menggunakan rumus.

Pembagian tipe dan sifat curah hujan menurut Schmidt-Ferguson dijelaskan dalam Tabel 4.2. Tabel. 4.2. Tipe dan Sifat Curah Hujan

Nilai

Tipe

Sifat curah hujan

0,0 % ≤ Q ≤ 14,3% 14,3% ≤ Q < 33,3% 33,3% ≤ Q ≤ 60,0%

60,0% ≤ Q < 100,0% 100,0% ≤ Q < 167,0% 167,0% ≤ Q < 300,0% 300,0% ≤ Q < 700,0% 700,0% ≤ Q < ~

Sangat Basah Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat kering Luar biasa kering

0 2 0 Purwoasri 08 13’09” LS 111 09’ 22” BT

0 3 0 Arjosari 08 07’30” LS 111 14’ 07” BT

0 4 0 Tegalombo 08 03’52” LS 111 14’ 07” BT

0 5 0 Bandar 07 59’41” LS 111 15’ 49” BT

0 6 0 Nawangan 07 59’54” LS 111 11’ 21” BT

0 7 0 Pringkuku 07 11’25” LS 111 02’ 27” BT

0 8 0 Punung 08 09’14” LS 111 01’ 49” BT

0 9 0 Donorojo 07 05’34” LS 111 59’ 11” BT

0 10 0 Bungur 08 10’16” LS 111 16’ 29” BT

0 11 0 Cokrokembang 08 12’19” LS 111 19’ 46” BT

342 308 2.295 Tabel 4.3. Curah Hujan pada 12 Stasiun Pengamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 1975-2003

0 12 0 Sukorejo 08 14’53” LS 111 22’ 48” BT

Sumber : Pacitan dalam Angka Tahun 2006 dalam Fidianto (2006) Tabel 4.4. Hari Hujan pada 12 Stasiun Pengamatan di Kabupaten Pacitan Tahun 1975-2003

No Nama Stasiun

Ags Sept Okt Nop Des Tahunan 0 1 Pacitan 0

08 11’37” LS 111 06’ 23” BT

0 2 Purwoasri 0 08 13’09” LS 111 09’ 22” BT

3 Arjosari 0 08 0 07’30” LS 111 14’ 07” BT

0 4 Tegalombo 0 08 03’52” LS 111 14’ 07” BT

5 Bandar

07 59 ’41” LS 111 15’ 49” BT

0 6 Nawangan 0 07 59’54” LS 111 11’ 21” BT

0 7 Pringkuku 0 07 11’25” LS 111 02’ 27” BT

8 Punung

08 09’14” LS 111 01’ 49” BT

0 12 Sukorejo 0 08 14’53” LS 111 22’ 48” BT

Sumber : Pacitan dalam Angka dalam Fidianto (2006)

No Nama Stasiun

08 0 11’37” LS 111 0 06’ 23” BT

7 2 3 2 Purwoasri

08 0 13’09” LS 111 0 09’ 22” BT

9 0 3 3 Arjosari

08 0 07’30” LS 111 0 14’ 07” BT

7 3 1 4 Tegalombo

08 0 03’52” LS 111 0 14’ 07” BT

7 3 1 5 Bandar

07 0 59’41” LS 111 0 15’ 49” BT

9 3 0 6 Nawangan

07 0 59’54” LS 111 0 11’ 21” BT

8 3 1 7 Pringkuku

07 0 11’25” LS 111 0 02’ 27” BT

8 2 2 8 Punung

08 0 09’14” LS 111 0 01’ 49” BT

7 3 2 9 Donorojo

07 0 05’34” LS 111 0 59’ 11” BT

8 3 1 10 Bungur

08 0 10’16” LS 111 0 16’ 29” BT

11 Cokrokembang 08 0 12’19” LS 111 0 19’ 46” BT

7 2 2 12 Sukorejo

08 0 14’53” LS 111 0 22’ 48” BT

Jadi Kecamatan Pacitan termasuk dalam golongan iklim B yaitu basah.

Gambar 4.1 Tipe Curah Hujan di Kabupaten Pacitan Tahun 1975-2003 Menurut Schimdt dan Ferguson

b. Geologi

Keberadaan dan sifat sumberdaya air akan dipengaruhi oleh keadaan geologi suatu wilayah. Secara umum keadaan geologi daerah penelitian dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Geologi Regional dan Geologi daerah penelitian. Geologi daerah Pacitan merupakan formasi kwarter dan tersier. Formasi kwarter terdiri dari : Fromasi Oyo (Tmo), Formasi Nampol (Tmn), Formasi Wonosari (Tmwl),

Kab. Pacitan

7 8 9 10 11 6 5 4 3 2 1 2

Rerata Bulan Basah

Nilai Q

era

ta Bul

an Ke

ring

batuan terobosan (Tomi) Geologi daerah penelitian yaitu Kecamatan Pacitan terdiri dari Endapan Alluvium (Qa), Formasi Wonosari (Tmwl), Formasi Nampol (Tmn), Formasi Wuni (Tmw), Formasi Jaten (Tmj), Formasi Arjosari (Toma) dan Batuan Terobosan ( Tomi) seperti digambarkan pada Peta 3. Kondisi geologi Kecamatan Pacitan dijelaskan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Formasi Geologi dan Susunan Batuan Penyusun Bahan Induk

Kecamatan Pacitan

Simbol

Formasi

Batuan Penyusun

Qa

Endapan Alluvium

Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur

Tmwl

Formasi Wonosari

Batugamping terumbu, batugamping

berlapis, batugamping

berkepingan, batugamping pasiran, dan napal tufan.

Tmn

Formasi Nampol

Batupasir tufan, batu lanau, batugamping tufan, batulempung dan

lignit, bersisipan konglomerat dan breksi Tmw

Formasi Wuni

Breksi gunungapi, tuf, batpasir tufan, batupasir sela dan batulanau, bersisipan lignit dan batugamping

setempat mengandung kayu terkesikan Tmj

Formasi Jaten

Konglomerat, batupasir konglomeratan, batupasir tufan, batulumpur, batulanau, lignit, serpih karbonan dan tuf, setempat berbelerang.

Toma

Formasi Arjosari

Konglomerat aneka bahan,

batupasir,

batulanau, batugamping,

batulempung,

napal

pasiran, batupasir batuapung, bersisipan breksi gunungapi, lava, dan tuf

Tomi (an, da, ba, di)

Batuan Terobosan

(an) andesit, (da) dasit, (ba) basalt, (di) diorit.

Sumber : Peta Geologi lembar Pacitan skala 1:100.000

Van Zuidam dan Concelado (1979:3) mengemukakan bahwa geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan, proses-proses yang mempengaruhi pembentukannya, dan menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-proses dalam tatanan keruangannya. Secara umum Pulau Jawa terbagi menjadi 3 zona (Pannekoek dalam Budio 1949:3).

1) Zona Selatan : Pada zona selatan terdiri dari endapan vulkanis yang

tebal (breksi tua) dan bahan-bahan endapan (seperti alas Anulatus) yang terlipat pada waktu periode meosen tengah. Bagian zona selatan Pulau Jawa mengalami sedikit lipatan akan tetapi lipatan ini menjadi lebih kuat dekat pada daerah yang dekat dengan batas zona utara dan selatan. Daerah tersebut merupakan daerah peralihan ke zona tengah. Bagian ini ditutupi secara tidak selaras (unconform) oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari meosen atas.

2) Zona Tengah : Zona ini merupakan zone depresi yang diisi oleh

endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa meosen tengah dan meosen muda sangat kuat dan mengakibatkan lipatan yang membentuk struktur yang menjorok (Thrusting).

3) Zona Utara : terdiri dari rangkaian gunung lipatan bukit rendah atau

pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunungapi dan biasanya berbatasan dengan dataran aluvial.

Kecamatan Pacitan termasuk wilayah zona selatan yang secara umum merupakan bentuklahan berupa dataran aluvial dan bentuklahan marine. Dataran Kecamatan Pacitan adalah sebuah graben (turunan) yang diapit dua tinggian Pegunungan Sewu. Graben (turunan) Kecamatan Pacitan terisi oleh sedimentasi Sungai Grindulu dalam jangka waktu yang lama dan mengalami metamorfosis. Secara historis muara Sungai Grindulu telah mengalami pergeseran yaitu dari sisi barat teluk (sekarang Sungai Teluk) yang mengakibatkan alun-alun Pacitan Kecamatan Pacitan termasuk wilayah zona selatan yang secara umum merupakan bentuklahan berupa dataran aluvial dan bentuklahan marine. Dataran Kecamatan Pacitan adalah sebuah graben (turunan) yang diapit dua tinggian Pegunungan Sewu. Graben (turunan) Kecamatan Pacitan terisi oleh sedimentasi Sungai Grindulu dalam jangka waktu yang lama dan mengalami metamorfosis. Secara historis muara Sungai Grindulu telah mengalami pergeseran yaitu dari sisi barat teluk (sekarang Sungai Teluk) yang mengakibatkan alun-alun Pacitan

d. Penggunaan lahan Daerah yang memiliki lahan sawah yang paling luas adalah Desa Kembang seluas 131,60 ha, daerah yang memiliki lahan kering paling luas adalah Desa Sambong seluas 816,05 ha. Secara rinci penggunaan lahan berupa lahan sawah dan lahan kering dijelaskan pada Tabel 4.7.Penggunaan lahan tersebut adalah sawah, kebun, semak belukar, lahan kosong, hutan, tegalan dan permukiman. Penggunaan lahan disajikan pada Peta 5. Tabel. 4.7. Penggunaan lahan sawah dan lahan kering di Kecamatan Pacitan

Desa/kelurahan

Jenis Penggunaan lahan

Luas Lahan sawah (Ha)

(Ha)

Lahan kering

(Ha)

Sidoharjo Ploso Kembang Sukoharjo Kayen Sirnoboyo Arjowinangun Baleharjo Bangunsari Sedeng Sumberharjo Pucangsewu Pacitan Tanjungsari Menadi Mentoro Purworejo Nanggungan Widoro Semanten Banjarsari Bolosingo Sambong Ponggok

99,90 108,08 131,60

77,58 108,41

64,74 27,18 26,20 25,89 32,40 40,68 10,71 22,87 14,50 23,00 55,04 45,00 50,43 26,00 31,30 27,62 26,76 47,12 57,96

736,58 257,42 339,34 115,29 255,09 109,01

59,94 69,56

379,03 492,90 157,45 146,48 122,91 102,98

31,22 151,23 266,35 124,26 116,36 201,39 238,65 214,04 816,05 550,24

836,48 365,50 470,94 192,87 363,50 173,75

87,12 95,76

404,92 525,30 198,13 157,19 145,78 117,48

54,22 206,27 311,35 174,69 142,36 232,69 266,27 240,80 863,17 608,20

Di Kecamatan Pacitan terdapat beberapa sungai yaitu Sungai Grindulu yang terletak di sisi timur Teluk Pacitan, Sungai Sundeng terletak di sisi barat Teluk Pacitan, Sungai Tani terletak di sisi utara Teluk Pacitan , Sungai Njelok terletak di sisi timur Teluk Pacitan, Sungai Muso yang juga terletak di sisi utara Teluk Pacitan. Sungai yang terbesar di Kecamatan Pacitan adalah Sungai Grindulu yang membelah Kecamatan Pacitan. Pada bagian Kecamatan Pacitan ini adalah Sungai Grindulu bagian hilir yang mengalir sepanjang tahun dan tidak pernah kering. Sungai Grindulu memeberikan kontribusi besar bagi penduduk Kecamatan Pacitan. Sungai Grindulu dimanfaatkan penduduk untuk irigasi, serta mencari nafkah dengan menambang pasir. Selain itu sungai ini juga dimanfaatkan sebagian penduduk untuk sanitasi.

Sumber : Hasil pengamatan diambil bulan Maret Tahun 2012

Gambar. 4.2 Sungai Njelok ketika musim kemarau