PERSOALAN UMUM DALAM SISTEM DISTRIBUSI BARANG.

A. PERSOALAN UMUM DALAM SISTEM DISTRIBUSI BARANG.

Oleh karena kebanyakan lokasi pelanggan itu berada jauh bahkan sering kali jauh sekali dari pabrik pembuatan barang, maka sering kali diperlukan sistem penyimpanan yang bertingkat ganda (multi level warehousing) dengan persediaan yang bertingkat pula (multi level inventory). Dipandang dari segi distribusi atau penjualan, hal ini disebut sistem distribusi bertingkat ganda (multi level or multiechelon distribution system). Persoalan- persoalan yang paling banyak ditemui dalam sistem distribusi barang adalah :

1) kebanyakan persediaan barang, atau

2) barang berada di tempat yang salah, atau

3) layanan pelanggan yang jelek, dan

4) kehilangan penjualan karena kehabisan persediaan.

Pengendalian persediaan tradisional umumnya hanya mengatur dan mengendalikan persediaan barang dalam satu gudang atau satu tempat penyimpanan saja, atau dalam satu entitas independen atau disebut juga single stocking point. Sistem pengendalian persediaan seperti ini kurang atau tidak memadai untuk sistem pergudangan ganda atau jaringan pergudangan atau multiechelon distribution networks, sebab sistem tersebut tidak mengindahkan kemungkinan saling mengisi antara gudang atau keperluan kebutuhan gudang lain dan seterusnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem lain, yaitu antara lain Distribution Requirement Planning (DRP). DRP adalah salah satu bentuk aplikasi lebih lanjut dari Materials Requirement Planning (MRP), yang dikembangkan oleh Martin (1980,1983). Alan J. Stenger menggunakan istilah yang hampir sama yaitu, Distribution Resource Planning (DRP) yang meskipun artinya tidak persis sama, namun membicarakan hal yang hampir sama. Multi level atau multiechelon distribution network dapat digambarkan sebagai bagan Gambar 25 di bawah.

MDC atau pusat induk distribusi adalah tingkat atau level tertinggi dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok/pabrik produk sedangkan LDC adalah tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pelanggan atau pemakai barang. Contoh bagan di atas adalah sistem distribusi dengan 3 tingkat. Apabila terdapat sistem distribusi dengan 4 atau 5 atau lebih tingkat, maka tentunya akan ada LDC3, LDC4, dan seterusnya. Kalau pabrik suatu produk itu memberikan form value utility (form added value), maka sistem distribusi memberikan time value dan place value utility (atau time and place added value ).

Kebanyakan, produk yang dimaksudkan di sini adalah produk jadi atau barang jadi yang disalurkan dari pabrik ke para pelanggan. Namun dalam praktek cukup banyak juga di mana pusat distribusi juga melakukan pekerjaan penyelesaian seperti reparasi, perakitan, pengepakan, dan pekerjaan sejenis itu.

Gambar 25 Bagan Multi Tingkat dalam Jaringan Distribusi

MDC = master (central) distribution center ( pusat induk distribusi) RDC = regional distribution center ( pusat distribusi regional) LDC = local distribution center ( pusat distribusi lokal)

Dalam sistem distribusi bertingkat ganda, kebutuhan nyata pelanggan tidak langsung diketahui oleh pabrik pembuat produk, tetapi disalurkan melalui berbagai level sistem distribusi tersebut. Di sini menyangkut waktu dan pengolahan data sekunder. Kalau ini menyangkut waktu yang pendek, maka perencanaan dan perhitungan kebutuhan, pemesanan kembali dan sebagainya menjadi sangat krusial. Oleh karena itu diperlukan metoda perhitungan yang memadai untuk pengendalian distribusi bertingkat ganda ini. Tujuan dari pengaturan sistem distribusi bertingkat ganda adalah untuk mengurangi biaya angkutan dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang banyak dan berada di berbagai tempat. Adalah tidak mungkin misalnya bahwa satu pusat distribusi saja melayani jutaan pelanggan yang berada di seluruh dunia. Biasanya dalam sistem distribusi semacam ini, biaya angkutan merupakan biaya yang cukup besar.

Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menentukan sistim distribusi, beberapa pertanyaan krusial perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan matang, antara lain :

• Dimana pusat distribusi akan didirikan ? • Produk apa yang perlu disimpan di tiap pusat distribusi tersebut ? • Bagaimana prosedur penggantian persediaan di setiap pusat distribusi ?

Bab ini hanya akan membahas hal yang ketiga, karena hal yang pertama dan kedua merupakan suatu topik tersendiri.

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN PENJADWALAN DENGAN MENGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) UNTUK MENURUNKAN BIAYA PERSEDIAAN (PT. Karya Timur Prima Malang)

5 15 1

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) UNTUK PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI (Pada PT. Karya Mekar Dewatamali Jombang)

4 59 1

PENGARUH BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN BARU DI RUMAH SAKIT TK. II. Dr. SOEPRAOEN MALANG

10 69 30

AN ANALYSIS ON LEXICAL DENSITY OF READING MATERIALS IN “ENGLISH IN FOCUS” TEXTBOOK FOR 8TH GRADE OF JUNIOR HIGH SCHOOL AT SMP N 12 MALANG

2 47 14

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Kasus pada CV. Probo Perkasa Teknik)

12 125 11

COMPERATIVE STUDY OF STUDENTS’ READING ACHIEVEMENT BETWEEN THOSE TAUGHT USING AUTHENTIC AND THOSE USING TEACHER-MADE MATERIALS AT THE FIRST GRADE OF SMAN5 BANDAR LAMPUNG By Yusni Triana

0 11 92

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 17 50

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPH TERUTANG PADA PERUSAHAAN PT. IER (Studi Kasus Pada PT. IER)

16 148 78

THE USE OF E-LEARNING BASED READING MATERIALS TO IMPROVE THE READING COMPREHENSION OF THE TENTH YEAR MULTIMEDIA STUDENTS OF SMK N 3 SINGARAJA IN THE ACADEMIC YEAR 20122013

0 0 12