UKURAN LOT DAN PERSEDIAAN PENGAMAN.

H. UKURAN LOT DAN PERSEDIAAN PENGAMAN.

Dalam pembicaraan mengenai ukuran lot di atas, disebutkan bahwa ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan pemasok. Hal ini hanya benar sebagian saja, karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

• Ketentuan pemasok • Perhitungan ekonomis (EOQ) • Frekuensi pengiriman • Ukuran kontainer pengiriman • Total ukuran berat (tonage) atau volume (m3)

Dalam perhitungan konvensional, EOQ adalah salah satu cara terbaik untuk menentukan ukuran lot ini. Tetapi ini hanya benar untuk kondisi yang sesuai, yaitu untuk permintaan yang bebas atau independen dan dalam sistem distribusi satu tingkat. Tetapi dalam kondisi permintaan yang dependen atau terikat dan sistem distribusi multi-tingkat, EOQ bukan satu-satunya formula yang cocok untuk seluruh tingkat pusat distribusi. Salah satu alasan ialah misalnya bahwa produk yang dalam transit dari satu pusat distribusi satu ke pusat distribusi lain tidak mempengaruhi biaya penyimpanan barang, karena hanya berpindah lokasi saja. Penambahan jenis biaya ini dari satu pusat distribusi diimbangi dengan pengurangan biaya dari pusat distribusi lain dalam jumlah yang sama. Justru yang dipengaruhi ialah biaya angkutan, sehingga dalam sistem distribusi multi-tingkat, biaya yang dominan yang perlu diperhitungkan justru adalah biaya angkutan ini.

Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat dengan sistem distribusi multi- tingkat. Dalam sistem distribusi multi-tingkat, harus dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman ini. Persediaan pengaman harus hanya disimpan di salah satu tingkat pusat distribusi. Secara perhitungan teoritis, persediaan pengaman yang diadakan di pusat induk distribusi akan lebih kecil dibandingkan apabila dilakukan di tiap-tiap pusat distribusi di tingkat yang lebih bawah. Namun dari segi kemungkinan timbulnya biaya atau kerugian akibat kehabisan persediaan, cara terpusat ini Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat dengan sistem distribusi multi- tingkat. Dalam sistem distribusi multi-tingkat, harus dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman ini. Persediaan pengaman harus hanya disimpan di salah satu tingkat pusat distribusi. Secara perhitungan teoritis, persediaan pengaman yang diadakan di pusat induk distribusi akan lebih kecil dibandingkan apabila dilakukan di tiap-tiap pusat distribusi di tingkat yang lebih bawah. Namun dari segi kemungkinan timbulnya biaya atau kerugian akibat kehabisan persediaan, cara terpusat ini

Gambar 26 Diagram Distribusi

Pemasok/Pabrik

Angkutan Kemampuan pasokan

MDC Angkutan

Angkutan Permintaan Nyata

Pelanggan

Dari diagram distribusi di Gambar 26, terlihat bahwa faktor angkutan sangat dominan dalam sistem distribusi bertingkat ganda, karena sedikitnya ada beberapa langkah angkutan yang harus dilakukan, seperti :

• dari pemasok/pabrik ke pusat induk distribusi, • dari pusat induk distribusi ke pusat regional distribusi, • dari pusat regional distribusi ke pusat lokal distribusi, • dari pusat lokal distribusi ke pelanggan langsung.

Apabila tingkat distribusi lebih dari tiga, maka rantai angkutan juga akan bertambah. Sedangkan permintaan nyata (yaitu dari pelanggan) hanya satu saja, meskipun dapat dikatakan terdiri dari berbagai kelompok dan kategori pelanggan yang mungkin tidak mempunyai pola yang sama. Permintaan kebutuhan dari pusat distribusi yang bawah ke pusat distribusi yang di atasnya tidaklah dapat dianggap sebagai permintaan nyata, karena sebetulnya hanya pemindahan lokasi saja. Mengenai kemampuan pasokan, juga hanya satu langkah, yaitu dari pemasok/pabrik ke pusat induk distribusi, meskipun tentu saja dapat dari beberapa pemasok/pabrik.

Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan dan pengendalian angkutan dari berbagai langkah di atas merupakan hal krusial, yang harus dilakukan dengan sebaik- baiknya, untuk mengurangi kemungkinan kehabisan persediaan karena keterlambatan kedatangan barang. Apabila ini dapat diatasi dengan baik, maka dapat mengurangi jumlah persediaan pengaman. Kemungkinan kehabisan persediaan tinggal 2 kemungkinan, yaitu kemampuan pemasok/pabrik menyediakan barang ditempatnya dan kenaikan kebutuhan pelanggan yang nyata. Mengenai persediaan pengaman ini perlu dipikirkan dengan matang dan persediaan pengaman perlu dibatasi menjadi sesedikit mungkin karena persediaan pengaman pada hakekatnya juga menambah biaya, yaitu biaya persediaan barang yang cukup mahal juga.

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN PENJADWALAN DENGAN MENGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) UNTUK MENURUNKAN BIAYA PERSEDIAAN (PT. Karya Timur Prima Malang)

5 15 1

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II) UNTUK PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI (Pada PT. Karya Mekar Dewatamali Jombang)

4 59 1

PENGARUH BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN BARU DI RUMAH SAKIT TK. II. Dr. SOEPRAOEN MALANG

10 69 30

AN ANALYSIS ON LEXICAL DENSITY OF READING MATERIALS IN “ENGLISH IN FOCUS” TEXTBOOK FOR 8TH GRADE OF JUNIOR HIGH SCHOOL AT SMP N 12 MALANG

2 47 14

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Kasus pada CV. Probo Perkasa Teknik)

12 125 11

COMPERATIVE STUDY OF STUDENTS’ READING ACHIEVEMENT BETWEEN THOSE TAUGHT USING AUTHENTIC AND THOSE USING TEACHER-MADE MATERIALS AT THE FIRST GRADE OF SMAN5 BANDAR LAMPUNG By Yusni Triana

0 11 92

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 17 50

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPH TERUTANG PADA PERUSAHAAN PT. IER (Studi Kasus Pada PT. IER)

16 148 78

THE USE OF E-LEARNING BASED READING MATERIALS TO IMPROVE THE READING COMPREHENSION OF THE TENTH YEAR MULTIMEDIA STUDENTS OF SMK N 3 SINGARAJA IN THE ACADEMIC YEAR 20122013

0 0 12