Dibentuknya lembaga hakim pengawas dan pengamat ini adalah dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pengadilan tidak hanya dengan kejaksaan yang
tugasnya melaksanakan putusan, akan tetapi juga mendekatkan pengadilan dengan lembaga pemasyarakatan. Disamping itu sebagaimana dinyatakan oleh
Oemar Sono Adji, lembaga hakim pengawas dan pengamat ini adalah dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pengadilan tidak hanya dengan kejaksaan yang
tugasnya melaksanakan putusan, akan tetapi juga mendekatkan pengadilan dengan lembaga pemasyarakatan. Disamping itu sebagaimana dinyatakan oleh
Oemar Seno Adji lembaga hakim pengawas dan pengamat ini menempatkan juga lembaga pemasyarakatan dalam rangkaian proses pidana, dan juga masih
membawa hakim pada suatu tugas yang tidak berakhir pada saat putusan dijatuhkan olehnya, melainkan pula hakim menjalankan tugasnya sesudah putusan
dijatuhkan, bahkan sesudah orang yang dihukum itu keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.
32
B. Peran Hakim Pengawas dan Pengamat di Dalam Pembinaan Narapidana Narkotika
Jatuhnya vonis terhadap terdakwa tindak pidana narkotika berlanjut kepada pengawasan dan pengamatan oleh hakim di lembaga permasyarakatan
ataupun di lembaga rehabilitasi. Di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1997, ada ketentuan yang mengaturnya, antara lain :
32
Oomar Sono Adji, Hukum-hakim Pidana, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1980, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
Pasal 52 1.
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan narkotika
2. Pembinaan sebagaimana yang di maksud dalam ayat 1 meliputi upaya :
a. Memenuhi ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanaan kesehatan
danatau pengembangan ilmu pengetahuan b.
Memcegah dan memberantas segala bentuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
c. Mencegah pelibatan anak di bah umur dalam penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika d.
Mendorong dan meninjang kegiatan penelitian danatau pengembangan teknologi di bidang narkotika guna kepentingan pelayanan kesehatan; dan
e. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi pecandu narkotika baik
yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pasal 55
1. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan narkotika 2.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tata tertib pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan dengan peraturan
pemerintah Sebagai lembaga hukum yang baru, maka keberadaan hakim pengawas
dan pengamat memerlukan perhatian dan pemikiran mengenai penerapannya, manfaatnya, pengaturannya dalam KUHAP, peraturan pelaksanaan lebih lanjut
serta bentuk dari peraturan pelaksanaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 54 dan 55 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Penjelasannya dirumuskan
tentang hakim pengawas dan pengamat sebagai berikut : Pasal 54 menyebutkan sebagai berikut :
1 Pelaksanaan putusan Pengadilan dalam perkara pidana dilakukan
oleh Jaksa. 2
Pelaksanaan putusan Pengadilan dalam perkara Perdata dilakukan oleh Panitera dan Juru Sita dipimpin oleh Ketua Pengadilan.
3 Dalam pelaksanaan putusan Pengadilan diusahakan supaya
perikemanusiaan dan perikeadilan tetap terpelihara. Selanjutnya dinyatakan dalam Pasal 34, bahwa pelaksanaan putusan diatur
lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan. Penjelasan Pasal 55 ayat 2 mengenai “pengawasan” terhadap
pelaksanaan putusan pengadilan yang menyatakan, ketua pengadilan wajib mengawasi pelaksaaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Kedua pasal besar beserta penjelasannya menunjukkan pengaturan tentang
pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana, yang harus diusahakan supaya terpelihara perikemanusiaan dan perikeadilan dan dapat diatur lebih
lanjut dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya tersedia suatu ayat khusus yaitu tentang pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana, yang
dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri.
Universitas Sumatera Utara
Apabila eksekusi masih dilaksanakan oleh jaksa, pengawasan eksekusi, yang dahulu diletakkan dalam garis vertikal dimana Jaksa Agung sebagai
pengawas tertinggi, sesudah Undang-undang Pokok Kehakiman tersebut dialihkan pada garis horizontal, dimana Ketua Pengadilan dan Mahkamah Agung sebagai
pengawas tertinggi. Dalam KUHAP tentang eksekusi diatur dalam pasal 270 sampai dengan
Pasal 276, sedangkan pengawasan dan pengamatan eksekusi tersebut diatur dalam Bab XX Pasal 277 sampai dengan Pasal 283, yang dengan demikian
merupakan penerapan dari Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal 54 dan Pasal 55
Pelaksanaan pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim pengawas dan pengamat sebagaimana diatur dalam KUHAP adalah sebagai
berikut : Pasal 277 KUHAP menyebutkan :
1 Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus
untuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan
kemerdekaan. 2
Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang disebut hakim pengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk paling
lama dua tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 278 KUHAP menyebutkan : Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan
yang ditandatangani olehnya, kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana, kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama
dan panitera mencatat dalam register pengawas dan pengamatan.
Pasal 279 KUHAP menyebutkan : Register pengawasan dan pengamatan sebagaimana tersebut pada
pasal 278 wajib dikerjakan, ditutup dan ditandatangani oleh panitera pada setiap hari kerja dan untuk diketahui ditandatangani juga oleh hakim
sebagaimana dimaksud dalam pasal 277. Pasal 280 KUHAP menyebutkan :
1 Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna
memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
2 Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk
bahan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh bagi perilaku narapidana atau pembinaan lembaga
pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya.
3 Pengamatan seabgaimana dimaksud dalam ayat 2 tetap dilaksanakan
setelah terpidana selesai menjalani pidananya. 4
Pengawasan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 277 berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 281 KUHAP menyebutkan : Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat kepada lembaga
pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam
pengamatan hakim tersebut.
Pasal 282 KUHAP menyebutkan : Jika dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan, hakim pengawas
dan pengamat dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan narapidana tertentu.
Pasal 283 KUHAP menyebutkan : Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkan oleh hakim pengawas dan
pengamat kepada ketua pengadilan secara berkala.
Dalam perkembangannya perubahan Undang-undang Dasar 1945 telah membawa perubahan penting terhadap penyelenggaraan kekuasaan kehakiman,
sehingga Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Ketentuan Kehakiman telah dirubah dengan undang-undang Nomor 35
tahun 1999 dimana perlu dilakukan penyesuaian dengan perubahan yang dilakukan pada Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka disusun Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman. Pelaksanaan Putusan Pengadilan selanjutnya diatur pula dalam
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada Bab V Pasal 54, dimana disebutkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan
oleh jaksa. 2
Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh panitera dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan
3 Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memperhatikan nilai kemanusiaan
dan keadilan. Kriteria bagi Hakim Pengadilan Negeri untuk dapat ditunjuk menjadi
hakim pengawas dan pengamat tidak didasarkan pada peraturan tetapi didasarkan pada kebijakan dari ketua pengadilan negeri. Pengaturan tentang pemilihan dan
pengangkatan hakim pengawas dan pengamatan juga diatur sangat terbatas dalam KUHAP. Dasar pertimbangan yang umum diterapkan oleh ketua
pengadilan negeri untuk menentukan kelayakan seorang hakim untuk ditunjuk menjadi hakim pengawas dan pengamat, yaitu dipilih dari para hakim sendiri,
memiliki jiwa kepemimpinan, tertarik pada masalah-masalah sosialisasi, berjiwa besar dan dapat melakukan koordinasi dengan instansi lain,
memiliki wawasan dalam bidang hukum, memahami pelaksanaan pidana dan memahami masalah pemasyarakatan.
Pada umumnya para hakim akan diberi kesempatan secara bergilir untuk menjadi hakim pengawas dan pengamat, agar para hakim memiliki pengalaman
dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman bagi para hakim pengawas dan pengamat dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengamatan
yaitu sebagaimana yang diatur dalam Bab XX pasal 277 sampai dengan Pasal 283 KUHAP, dan Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA No. 7 tahun 1985 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat, dan petunjuk-petunjuk dari Pengadilan Tinggi.
Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, khususnya yang menyangkut Bab XX
Pasal 277 sampai dengan Pasal 283, Mahkamah Agung belum pernah mengeluarkan petunjuk tentang pelaksanaan tugas hakim pengawas dan
pengamat, yang memiliki sifat berkaitan erat dengan tugas teknis hakim. Padahal ketentuan soal hakim pengawas dan pengamat itu merupakan hal
baru dalam perundang-undangan nasional kita, yang oleh karenanya masih memerlukan pentunjuk-petunjuk lebih lanjut.
Sehubungan dengan itu Mahkamah Agung telah berusaha mengumpulkan data-data tentang pelaksanaan tugas hakim pengawas dan pengamat, baik dari
mereka yang sejak berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 telah melakukan tugas sebagai hakim pengawas dan pengamat di pengadilan-pengadilan
negeri di Indonesia, maupun dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departeman Kehakiman vide suratnya tanggal 9 Mei 1984 No. : EI.UM.04.11.268 yang
ditujukan pada Ketua Muda Mahkamah Agung RI Bidang Hukum Pidana Umum.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul tersebut Mahkamah Agung dengan ini memberikan petunjuk pelaksanaan tugas hakim pengawas dan
pengamat sebagai berikut : Perincian Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat
a. Mengingat inti pengertian “pengawasan” adalah ditujukan pada
jaksa dan petugas lembaga pemasyarakatan, maka perincian tugas pengawasan dan pengamatan adalah sebagai berikut :
1 Memeriksa dan menandatangani register pengawasan dan pengamatan
yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri. 2
Mengadakan checking on the spot paling sedikit 3 tiga bulan sekali ke lembaga pemasyarakatan untuk memeriksa kebenaran
berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditandatangani oleh jaksa, kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana.
3 Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan
kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam lingkungan tembok-tembok lembaga, khususnya untuk menilai apakah
keadaan lembaga pemasyarakatant ersebut sudah memenuhi pengertian bahwa “pemidanaan tidak dimaksudkan untuk
menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia”, serta mengamati dengan mata kepala sendiri
perilaku narapidana sehubungan dengan pidana yang dijatuhkan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
4 Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan
terutama para wali-pembina narapidana-narapidana yang bersangkutan mengenai perilaku serta hasil-hasil pembinaan
narapidana, baik kemajuan-kemajuan yang diperoleh maupun kemunduran-kemunduran yang terjadi.
5 Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana mengenai
hal ikhwal perlakuan terhadap dirinya, hubungan-hubungan kemanusiaan antara sesama mereka sendiri maupun dengan para
petugas lembaga permasyarakatan. 6
Menghubungi Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Ketua Dewan Pembina Pemasyarakatan DPP, dan jika dipandang
perlu juga menghubungi koordinator pemasyarakatan pada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam rangka tukar
menukar saran dan pendapat dalam pemecahan suatu masalah serta berkonsultasi dalam suasana koordinatif mengenai tata
perlakuan terhadap para narapidana yang bersifat teknis, baik tata perlakuan di dalam tembok-tembok lembaga maupun di luarnya.
Dalam hal melaksanakan tugas pengawasan itu hendaknya hakim pengawas dan pengamat menitikberatkan pengawasannya antara
lain pada apakah jaksa telah menyerahkan terpidana kepada lembaga pemasyarakatan tepat pada waktunya, apakah masa
pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan benar-benar dilaksanakan secara nyata dalam praktek oleh kepala lembaga pemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
dan apakah pembinaan terhadap narapidana benar-benar manusiawi sesuai prinsip-prinsip pemasyarakatan, yaitu antara
apakah narapidana memperoleh hak-haknya sepanjang
persyaratan-persyaratan prosedural sesuai sistem pemasyarakatan telah terpenuhi misalnya pemberian asimilasi, remisi, cuti,
lepas bersyaratintegrasi, dan lain-lain b.
Mengingat inti pengertian “pengamatan” adalah ditujukan pada masalah pengadilan sendiri sebagai bahan penelitian bagi pemidanaan
yang akan datang, maka perincian tugas pengamatan adalah sebagai berikut :
1 Mengumpulkan data-data tentang perilaku narapidana, yang
dikategorikan berdasarkan jenis tindak pidananya misalnya pembunuhan, perkosaan dan sebagainya. Data mengenai perilaku
narapidana ini dapat berpedoman pada faktor-faktor antara lain : tipe dari perilaku tindak pidana misalnya untuk pertamakali
melakukan tindak pidana, residivis dan sebagainya, keadaan rumah tangganya baik-baik, bobrok dan sebagainya, perhatian
keluarga terhadap dirinya besar sekali, kurang dan sebagainya, keadaan lingkungannya tuna susila dan sebagainya, catatan
pekerjaan penganggur dan sebagainya, catatan kepribadiannya tenang, egosentris dan sebagainya, jumlah teman-teman
dekatnya satu, dua, tiga orang atau lebih, keadaan psikisnya dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2 Mengadakan evaluasi mengenai hubungan antara perilaku
narapidana tersebut dengan pidana yang dijatuhkan, apakah lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap narapidana dengan
perilaku tertentu sudah tepat dalam arti cukup untuk melakukan pembinaan terhadap dirinya sehingga pada waktu dilepaskan
nanti, narapidana tersebut sudah dapat menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat pada hukum. Data yang telah
terkumpul dari tugas-tugas yang telah terperinci tersebut di atas hendaknya dilaporkan secara tertulis oleh hakim pengawas dan
pengamat kepada ketua pengadilan Negeri paling sedikit 3 tiga bulan sekali dengan tembusan keapda Kepala Lembaga
Pemasyarakatan, Kepala Kejaksaan Negeri, Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Mahkamah Agung RI, Mengeri Kehakiman RI,
dan Jaksa Agung RI. Selanjutnya Ketua Pengadilan Negeri meneruskan laporan tersebut pada hakim-hakim yang telah
memutus perkara narapidana yang bersangkutan agar dapat mereka ketahui hal-hal yang berkaitan dengan putusan mereka.
Mengenai saran-saran hakim pengawas dan pengamat yang termat dalam laporan itu, hendaknya ketua pengadilan negeri
ikut memintakan perhatian untuk dilaksanakan oleh yang bersangkutan, dan apabila dianggap perlu meneruskannya
kepada atasan masing-masing.
33
33
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun 1985 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat.
Universitas Sumatera Utara
C. Mekanisme Kerja Hakim Pengawas dan Pengamat Terhadap Pembinaan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan
Mekanisme pelaksanaan tugas pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat menurut Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana KUHAP adalah : Mula-mula Jaksa mengirim tembusan berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepada Kepala Lembaga
Pemasyarakatan, terpidana dan kepada Pengadilan yang memutus perkara tersebut pada tingkat pertama pasal 278 KUHAP.
Panitera mencatat pelaksanaan tersebut dalam register pengawasan dan pengamatan. Register tersebut wajib dibuat, ditutup dan ditandatangani oleh
panitera setiap hari kerja dan untuk diketahui dan ditandatangani juga oleh Hakim Pengawas dan Pengamat pasal 279 KUHAP.
Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa putusan Pengadilan dilaksanakan semestinya.
Hakim tersebut mengadakan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan serta pengaruh timbal-balik antara perilaku narapidana
dan pembinaan narapidana oleh lembaga pemasyarakatan. Pengamatan tetap dilaksanakan setelah terpidana selesai menjalani pidananya. Pengawasan dan
pengamatan berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat pasal 280 KUHAP. Atas permintaan Hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga
pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam pengamatan Hakim tersebut
pasal 281 KUHAP.
Universitas Sumatera Utara
Hakim dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan narapidana tertentu. Hasil pengawasan dan pengamatan
dilaporkan oleh Hakim pengawas dan pengamat kepada ketua Pengadilan secara berkala Pasal 282 dan 283 KUHAP. Disamping itu, Hakim Wasmat juga dapat
langsung mengadakan kontrol ke Lembaga Pemasyarakatan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dengan memakai teknik wawancara dan observasi.
Dengan cara seperti ini, dapat saja hakim wasmat mengetahui adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak narapidana ataupun tindakan-tindakan
baik dari aparat maupun sesama narapidana yang bersifat melawan hukum pidana misalnya penganiayaan.
Mekanisme kerja hakim pengawas dan pengamat harus memenuhi tata cara yang praktis dan pragmatis. Ia harus mampu mengumpulkan akta nyata
berdasarkan keadaan yang sebenarnya, jauh dan pencampuran opini subyektif. Hal ini perlu untuk mencegah timbulnya kesimpulan yang menyesatkan.
34
34
Wawancara dengan Bapak Siahaan, Panitera Muda Pengadilan Negeri Sibolga tanggal 17 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DAN UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN