konklusi berikutnya. Demikian seterusnya sampai ditemukan konklusi yang semua premis dalam aturannya terpilih. Kusrini, 2006
2.3. Anti Inflamasi Nonsteroid AINS
Obat AINS Anti Inflamasi Non Steroid, yaitu merupakan kelompok obat untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan anti-inflamasi. OAINS merupakan
pengobatan dasar untuk mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi seperti lumbago, artralgia, osteoartritis nyeri sendi pada bagian lutut,
artritisreumatoid, dan goutartritis. Sehingga secara pengenalan masyarakat awam, OAINS merupakan obat anti nyeri rematik
Obat anti inflamasi nonsteroid AINS serta obat analgesik antipiretik merupakan kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia. Walaupun demikian obat – obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Kemajuan penelitian dalam dasawarsa
terakhir ini memberi penjelasan mengapa kelopmpok heeterogen tersebut memiliki banyak kesamaan efek terapi dan efek samping. Ternyata sebagian besar efek terapi
dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin PG. Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995
2.3.1. Mekanisme Kerja Obat Anti Inflamasi Nonsteroid
Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam keadaan
patologis, misalnya inflamasi, nosiseptor menjadi sensitif bahkan hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis mediator inflamasi,
seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya.
Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeriAINS mampu menghambat sintesis prostaglandin dan sangat
bermanfaat sebagai antinyeri.
Universitas Sumatera Utara
Telah disebutkan bahwa efek terapi maupun efek samping obat –obat ini sebagian besar tergantung dari penghambatan biosintesis PG. Mekanisme kerja yang
berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane.
Efek terapi dan efek samping AINS berhubungan dengan mekanisme kerjasediaan ini pada enzim cyclooxygenase-1 COX-1 dan cyclooxygenase-2 COX-
2 yang dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin. Elin Yulinah Iskandar, dkk, 2009.
2.3.2. Jenis Obat Anti Inflamasi Non Steroid
Obat anti-inflamasi nonstreoid OAINS merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika,
dan anti-inflamasi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi seperti lumbago, artralgia,
osteoartritis, artritis reumatoid, dan gout artritis. Menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:
1. AINS dengan waktu paruh pendek 3-5 jam, yaitu aspirin, asam flufenamat,
asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.
2. AINS dengan waktu paruh sedang 5-9 jam, yaitu fenbufen dan piroprofen.
3. AINS dengan waktu paruh tengah kira-kira 12 jam, yaitu diflunisal dan
naproksen. 4.
AINS dengan waktu paruh panjang 24-45 jam, yaitu piroksikam,meloksikam, dan tenoksikam.
5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang lebih dari 60 jam, yaitu fenilbutazon
dan oksifenbutazon.
Klasifikasi Kimiawi Obat Anti Inflamasi Non Steroid: Nonselective Cyclooxygenase Inhibitors
1. Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin
magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine
Universitas Sumatera Utara
2. Derivat para-aminofenol: asetaminofen
3. Asam asetat indol dan inden: indometasin, sulindak
4. Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolak
5. Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen,
fenoprofen, oxaprozin 6.
Asam antranilat fenamat: asam mefenamat, asam meklofenamat 7.
Asam enolat: oksikam piroksikam, meloksikam
8. Alkanon: nabumeton
2.3.3. Aspek Farmakodinamik Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Semua OAINS bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Antipiretik yaitu memiliki kemampuan menurunkan panas, analgesik memiliki kemampuan
mengurangi nyeri, dan anti inflamasi yaitu kemampuan mengobati nyeri radang.
2.3.3.1 Efek Analgesik
Sebagai analgesik, OAINS hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dismenorea dan juga efektif
terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi OAINS tidak
menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, OAINS bekerja pada hipotalamus,
menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.
2.3.3.2 Efek Antipiretik
Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus. Demam terjadi bila terdapat gangguan pada sistem “thermostat” hipotalamus. Sebagai antipiretik, OAINS
akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh
darah superfisial. Antipiresis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat.
Universitas Sumatera Utara
Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon
terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Aspirin dan OAINS lainnya menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan
prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus dan memudahkan pelepasan
panas dengan jalan vasodilatasi.
2.3.3.3 Efek Anti-inflamasi
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi.
Meskipun semua OAINS memiliki sifat analgesik, antipiretik dan anti- inflamasi, namun terdapat perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut. Salisilat
khususnya aspirin adalah analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan. Selain sebagai prototip OAINS, obat ini merupakan standar dalam menilai
OAINS lain. OAINS golongan para aminofenol efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan golongan salisilat, namun efek anti-inflamasinya sangat lemah sehingga
tidak digunakan untuk anti rematik seperti salisilat. Golongan pirazolon memiliki sifat analgesik dan antipiretik yang lemah, namun efek anti-inflamasinya sama dengan
salisilat.
2.3.4. Efek Samping Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Selain menimbulkan efek terapi yang sama, OAINS juga memiliki efek samping yang serupa. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau
tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Mekanisme kerusakan pada lambung oleh OAINS terjadi melalui berbagai
mekanisme. OAINS menimbulkan iritasi yang bersifat lokal yang mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
terjadinya difusi kembali asam lambung ke dalam mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Selain itu OAINS juga menghambat sintesa prostaglandin yang merupakan salah satu aspek pertahanan mukosa lambung disamping mukus, bikarbonat, resistensi
mukosa, dan aliran darah mukosa. Dengan terhambatnya pembentukan prostaglandin, maka akan terjadi gangguan barier mukosa lambung, berkurangnya sekresi mukus dan
bikarbonat, berkurangnya aliran darah mukosa, dan terhambatnya proses regenerasi epitel mukosa lambung sehingga tukak lambung akan mudah terjadi.
Efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Ketika perdarahan, trombosit yang beredar dalam
sirkulasi darah mengalami adhesi dan agregasi.
OAINS juga dapat menyebabkan reaksi kulit seperti erupsi morbiliform yang ringan, reaksi-reaksi obat yang menetap, reaksi-reaksi fotosensitifitas, erupsi-erupsi
vesikobulosa, serum sickness, dan eritroderma exofoliatif. Hampir semua OAINS dapat menyebabkan urtikaria terutama pada pasien yang sensitif dengan aspirin.
Pada sistem syaraf pusat, OAINS dapat menyebabkan gangguan seperti, depresi, konvulsi, nyeri kepala, rasa lelah, halusinasi, reaksi depersonalisasi, kejang,
dan sinkope. Pada penderita usia lanjut yang menggunakan naproksen atau ibuprofen telah dilaporkan mengalami disfungsi kognitif, kehilangan personalitas, pelupa,
depresi, insomnia, iritasi, rasa ringan kepala, hingga paranoid. Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995
2.4 Meloksikam