Pekerjaan Sosial Ekonomi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal

3.4 Pengetahuan

Menurut WHO dalam Notoatmodjo 2003 pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Salah satu faktor yang mendorong ibu hamil melakukan kunjungan antenatal adalah pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tersebut sebagai faktor predisposisi dalam dirinya Manauba, 2001. Hasil penelitian Tungkup 2008 yang di lakukan di Rumah Sakit Kota Medan sangat bertolak belakang antara pengetahuan dengan jumlah kunjungan, dimana pengetahuan yang baik tetapi jumlah kunjungan K4 masih rendah. Penelitian Herlina 2009 tentang hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di RSUD Dr.Soetomo yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan jumlah kunjungan antenatal.

3.5 Pekerjaan

Pekerjaan memberikan informasi tentang tingkat pendapatan Linda, 2003. Semakin tinggi tingkat pekerjaan dan pendapatan maka semakin tinggi kepedulian akan tingkat kesehatan. Hasil penelitian Tungkup 2008 di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu untuk memeriksakan diri ke rumah sakit daripada ibu-ibu yang bekerja. Penelitian Siregar 2011 menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi pemeriksaan antenatal care, ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup Universitas Sumatera Utara untuk melakukan kunjungan antenatal care yang teratur dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal care.

3.6 Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi pelayanan kesehatan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan kesehatan ke pelayanan Notoatmodjo, 2003. Ketika ibu hamil diharapkan pada saat kesehatan yang optimal dan jumlah anak yang disesuaikan dengan kemampuan sosial dan ekonomi keluarga. Mungkin suatu keluarga tidak ingin mempunyai anak karena dapat menyebabkan kesejahteraan keluarga menurun dan mengganggu stabilitas sosial dan ekonominya Manauba, 2001. Hasil penelitian Tungkup 2008 di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan hampir semua yang berpenghasilan rendah tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur ke rumah sakit. 3.7 Kualitas Pelayanan Di bandingkan dengan negara ASEAN lainya Indonesia masih belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh Manauba, 2001. Indikator kualitas pelayanan antenatal adalah K4 yang memenuhi standar kriteria kunjungan ibu hamil yaitu minimal satu kali kunjungan pada trimester satu, satu kali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga Depkes, 2009. Menurut Wahyuningsih 2006 kualitas berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang bermutu akan menimbulkan kepuasan pada pasien dan sebaliknya pelayanan yang tidak bermutu menimbulkan ketidakpuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian Tungkup 2008 di Rumah Universitas Sumatera Utara Sakit Kota Medan menyebutkan bahwa kualitas pelayanan dalam kategori kurang baik. 3.8 Sosial Budaya Kebudayaan menurut Kluckhohn dalam Marasmis 2006 adalah keseluruhan cara hidup manusia yang diperoleh secara individu dengan kultur yang berbeda-beda dari suatu kelompok masyarakat. Banyaknya variasi budaya, sehingga beberapa praktik dalam perawatan prenatal bertentangan dengan praktik dan keyakinan suatu kelompok Lazarus, 1990 di kutip dalam Bobak 2004. Penghambat lain dalam perawatan prenatal adalah masalah kesopanan, sehingga wanita lebih banyak memilih pemberi pelayanan wanita daripada pria. Karena kebanyakan wanita lebih menghargai dan menghormati upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesopanan. Dengan banyaknya variasi budaya tetap diharapkan ibu melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan hasil yag baik. Masih banyak masyarakat lebih percaya kepada dukun daripada tenaga kesehatan. Dukun beranak dianggap mempunyai kharisma, karena mereka menghadiri persalinan dan tidak hanya memberikan pertolongan teknis, tetapi memberikan perlindungan emosional kepada ibu yang bersalin dan keluarganya Mochtar, 1998. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya Universitas Sumatera Utara dengan khusuk dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan Depkes, 2008.

3.9 Jarak Pelayanan Kesehatan