Pembahasan 1 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal Faktor Paritas

Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care ≥4 kali kunjungan di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat bulan Agustus sampai September 2012 N=24 Faktor Frekuensi n Persentase Paritas - Primigravida - Multigravida Usia - 20 tahun - 20-35 tahun - 35 tahun Pendidikan - SD - SMP - SMA - PT Pengetahuan - Buruk - Baik Pekerjaan - Bekerja - Tidak Bekerja Sosial Ekonomi - Mendukung - Tidak mendukung Kualitas pelayanan - Buruk - Baik Sosial budaya - Mendukung - Tidak mendukung Jarak pelayanan - Jauh - dekat 21 3 2 20 2 - 5 16 3 15 9 11 13 19 5 5 19 14 10 9 15 87,5 12,5 8,3 83,3 8,3 - 20,8 66,7 12,5 62,5 37,5 45,8 54,2 79,2 20,8 20,8 79,2 58,3 41,7 37,5 62,5 2. Pembahasan 2.1 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care meliputi faktor paritas, usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial ekonomi, kualitas pelayanan, sosial budaya, jarak pelayanan. Universitas Sumatera Utara

1. Faktor Paritas

Gambaran pelaksanaan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai standar Depkes, 2009. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥ 4 kali kunjungan adalah primigravida dan mayoritas responden yang melaksanakan antenatal 4 kali kunjungan adalah multigravida. Menurut Depkes 2008 ibu primigravida cenderung melaksanakan antenatal care karena belum pernah mempunyai pengalaman dalam kehamilan. Penelitian Siregar 2011 juga menyatakan bahwa ibu primigravida akan cenderung melaksanakan antenatal care. Hal ini disebabkan karena kehamilan pertama dan memiliki kecemasan akan kehamilannya karena belum pernah mempunyai pengalaman. Hal yang sama juga disebutkan penelitian Juwita 2008 di Puskesmas Dinoyo Kota Malang menyatakan bahwa ibu primigravida cenderung melaksanakan antenatal dengan frekuensi sering atau dalam kategori baik. Pada ibu multigravida menurut Bobak 2004 ada kecenderungan wanita yang sudah pernah melahirkan kurang menganggap penting pemeriksaan antenatal. Depkes 2008 juga menyatakan hal yang sama bahwa ibu yang sudah pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, dari pengalaman yang terdahulu tersebut kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan Universitas Sumatera Utara kehamilannya sehingga ibu paritas tinggi lebih cenderung untuk tidak melakukan kunjungan antenatal. Ibu multigravida merasa sudah berpengalaman dalam kehamilan yang tidak beresiko tanpa ada jadwal pemeriksaan antenatal care dan kurang mengetahui bahwa dalam setiap proses kehamilan tidak ada yang sama dengan proses kehamilan sebelumnya, sehingga hal ini membuat ibu multigravida merasa tidak perlu melaksanakan antenatal care. Hal yang sama disebutkan penelitian Suprapto 1993 paritas tinggi akan meyebabkan kurangnya perhatian ibu terhadap kehamilannya karena kesibukan mengurus keluarga dan anak yang jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain sangat dekat sehingga tidak melaksanakan kunjungan antenatal sesuai standar. Hal ini sejalan dengan penelitian Budiarti 2012 tentang tingkat kepatuhan dalam melakukan kujungan antenatal yang menyatakan bahwa ibu multigravida cenderung tidak patuh dalam melakukan kunjungan antenatal care. Swenson 2004 dalam Siregar 2011 juga menyatakan paritas tinggi cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan.

2. Faktor usia