PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA

PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh : Adityatama Putra

K7106001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA

PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: Adityatama Putra

K 7106001

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011” Oleh :

Nama : Adityatama Putra NIM : K7106001

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari : Tanggal :

Persetujuan Pembimbing Dosen Pembimbing I

Prof. DR. St.Y. Slamet, M. Pd. NIP. 19461208 198203 1 001

Dosen Pembimbing II

Tri Budiarto, M. Pd. NIP. 19591221 198803 1 001 Ketua Program S1 PGSD

Drs. Kartono, M. Pd NIP. 19540102 197703 1 001


(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011” Oleh :

Nama : Adityatama Putra NIM : K7106001

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal : Tim Penguji :

Nama Terang :

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. Anggota I : Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. Anggota II : Drs. Tri Budiarto, M.Pd..

Tanda Tangan ……… ……… ……… ………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP : 196007271987021001


(5)

commit to user

ABSTRAK

Adityatama Putra. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU,

MATESIH, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Penelitian

Tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, November 2010.

Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dengan pendekatan konstruktivisme.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan pengelompokan tumbuhan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan konstruktivisme.Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa dan guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data dengan menggunakan trianggulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan teknik deskriptif kualitatif, yang meliputi 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan pengelompokan tumbuhan setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan siswa setelah tindakan. Pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan pengelompokan tumbauhan dengan nilai rata-rata 70,14 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 66,66 % (18 siswa). Pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan menulis cerita dengan nilai rata-rata 76,25 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 77,77% (21 siswa). Dengan demikian diajukan suatu rekomendasi bahwa melalui pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2009/2010.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Adityatama Putra. THE IMPROVEMENT OF PLANT CLASSIFICATION

ABILITY BASED ON CONSTRUCTIVISM CURSE TOWARD

LERANING SCIENCE OF THIRD GRADE STUDENT OF STATE PRIMARY SCHOOL OF GIRILAYU 01, MATESIH, KARANGANYAR ON ACADEMIC YEAR 2010/2011. The Classroom Research toward the third grade students of SD Negeri 01 Girilayu on Academic year 2010/2011. Minithesis: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, August 2010.

This research intends to improve the learning process quality and ability of plant classification through constructivism curse for the 3th grade students of SDN 01 Girilayu on academic year 2009/2010.

The research model used by the writer was a classroom action research consisted of two cycles. The variable that becomes the changing goal in this study is the ability in plant classification, while its action variable is constructivism curse. Every cycle has four steps, that is planning, action, observation, and reflection. The research subject used in this research were twenty seven students and the teacher of class 3th SDN 01 Girilayu. The technique of data collecting used in this research were interviewing, testing, observation, and documentation. The data analysis technique used in this research was interactive analysis model with the qualitative descriptive technique, involving three components, they are data reduction, data presentation, and verification.

Based on the research result, it can be conducted that there is an ability improvement to plant classification after implementing the classroom action research with constructivism curse. It is shown at the increasing of the student ability after post action. In the first cycle, there is an ability improvement in plant classification in the amount of 70,14 as the average mark and the students percentage who reach the KKM is 66,66% (18 students). In the second cycle there is also an ability improvement to plant classification in the number 76,25 on the average mark, and the students percentage reaching the KKM is 77,77% (21 students). Therefore it can be recommended that the use of constructivism curse can improve the ability in plant classification for the 3th students of SDN 01 Girilayu on academic year 2009/2010.


(7)

commit to user MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Terjemahan Q.S. Al Insyiroh: 6)

Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri.

(Muhammad Ali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Bapak Ibuku tercinta, Bapak Winarso dan Ibu Surati yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap waktu. Semoga Allah senantiasa mengabulkan doa-doamu.

 FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu untuk masa depan bangsa yang lebih baik.


(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Winarso, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan izin tempat penelitian.

8. Maryamah, A.Ma.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang telah bersedia membantu penulis.

9. Guru-guru SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan bantuan dalam melaksanakan penelitian ini.


(10)

commit to user

10.Siswa-siswi SD Negeri 01 Girilayu yang telah meluangkan waktunya untuk belajar bersama penulis.

11.Mas Andhi dan Dik Nana atas dukungan dan semangatnya.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Desember 2010


(11)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan ... 9

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9

b. Hakikat Pembelajaran IPA ... 13

c. Hakikat Kemampuan Pegelompokan Tumbuhan ... 16

d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 18 2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28


(12)

commit to user

D. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Jenis Data dan Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Validitas Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Indikator kinerja ... 43

I. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

B. Deskripsi Sebelum Tindakan ... 52

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 80

B. Implikasi ... 81

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(13)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ... 35 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada

Kondisi Awal ... 53 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus

I ... 61 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus

II ... 71 Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD

Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 74 Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III

SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 76 Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan

Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01

Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 78 Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01


(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya ... 18

Gambar 2. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Batangnya ... 19

Gambar 3. Tumbuhan Monokotil ... 20

Gambar 4. Tumbuhan Dikotil ... 20

Gambar 5. Tumbuhan Berakar Serabut ... 21

Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang ... 21

Gambar 7. Alur kerangka berpikir ... 32

Gambar 8. Alur Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 49

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Gitilayu Pada Kondisi Awal ... 54

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I ... 63

Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II ... 72

Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ... 75

Gambar 13. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ... 77


(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhand Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 87 Lampiran 2. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 90 Lampiran 3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus I ... 92 Lampiran 4. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus I ... 94 Lampiran 5. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus II... 96 Lampiran 6. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus II... 98 Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 99 Lampiran 8. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 100 Lampiran 9. Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan


(16)

commit to user

Lampiran10. Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 103 Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 105 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 111 Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .... 118 Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .... 124 Lampiran 15. Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa

kelas III Pada Kondisi Awal ... 131 Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Pada Siklus I... 133 Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Pada Siklus II ... 135 Lampiran 18. Foto Dokumentasi ... 137 Lampiran 19. Silabus ... 141


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2007:10). Usaha pemerintah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan yang sesuai fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (anonim, 2003: 1).

Peran IPA dalam perkembangan teknologi sangat penting. Oleh karena itu bidang IPA perlu dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA mendukung perkembangan teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an manusia berkomunikasi melalui radio, telepon dan televisi, tetapi sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa internet guna mempermudah kerja manusia.

Pendidikan IPA perlu dikembangkan dalam hal ini mengingat IPA melatih peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi, khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan.


(18)

commit to user

2

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar misalnya lingkungan belajar, pendekatan, metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam lingkungan belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.

Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai siswa SD pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan, bila dibandingkan dengan materi pelajaran yang lain. Kendala yang dihadapi pendidikan IPA antara lain pandangan bahwa IPA merupakan materi yang sulit, kurangnya minat siswa dalam mempelajari pengelompokan tumbuhan, kurangnya sarana dan prasarana, ketidaktepatan metode mengajar yang digunakan dan sebagainya.

Guru dalam menyajikan sesuatu bahan pelajaran harus dapat mempersiapkan dengan baik seluruh komponen dalam situasi mengajar. Komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan materi pelajaran, metode dan evaluasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode dan evaluasi mempunyai peranan penting.

Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar dan juga merupakan usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar akan kurang berarti bila tidak ditunjang dengan metode yang tepat. Dengan penerapan metode yang tepat, maka dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Metode mengajar ada beberapa macam misalnya metode ceramah, metode demonstrasi, diskusi dan lain-lain. Dalam proses belajar-mengajar tidak mungkin dalam melaksanakan pembelajaran guru tidak menggunakan salah satu metode mengajar. Hal ini menjadi dasar pertimbangan di dalam


(19)

commit to user

3

menggunakan metode mengajar. Untuk melaksanakan metode mengajar supaya berhasil dengan baik memerlukan pendekatan pengajaran yang sesuai.

Kelemahan pembelajaran IPA selama ini antara lain adalah bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan hasil belajar. Guru cenderung mementingkan agar murid mengetahui sesuatu dan mengesampingkan murid dapat melakukan sesuatu. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup baik materi maupun proses pengelompokan tumbuhan sehingga ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara menjelaskan/melakukan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam.

Dari permasalahan tersebut, peneliti menitikberatkan pada pendekatan Konstruktivisme, karena pendekatan ini menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, serta dalam proses belajar mengajar akan terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan peluang bagi guru untuk memperoleh balikan dalam rangka menilai efektivitas pengajarannya.

Dalam Konstruktivisme pengetahuan siswa merupakan konstruksi (bentukan) dari siswa yang mengetahui sesuatu. Siswa belajar membentuk pengertian yaitu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau apa yang ia baca melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif bukan hanya diterima secara pasif dari guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya.

Sampai saat ini, pendidikan IPA khususnya pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menggunakan metode ceramah sebagai pilihan utama sehingga sering mengabaikan


(20)

commit to user

4

pengetahuan awal siswa. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada sesuatu yang abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat sendiri. Padahal, siswa membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya karena pembelajaran tidak hanya berupa pemindahan pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya mengetahui secara lisan saja.

Masalah dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu pada dasarnya cukup sederhana, namun bila tidak diselesaikan maka akan berdampak pada. Dalam hubungannya dengan pengelompokan tumbuhan, bila tidak segera ditangani maka prestasi dari hasil belajar siswa akan buruk. Selain itu, siswa juga akan kesulitan mengikuti materi yang berhubungan dengan tumbuhan pada tingkat yang berikutnya. Dalam IPA, konsep-konsep dalam ipa akan selalu berkembang searah dengan tingkat pendidikan siswa.

Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil nilai pengelompokan tumbuhan pada pra siklus siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Dengan komposisi perempuan 13 siswa dan laki-laki 14 siswa. Rincian nilai tersebut, yaitu sebanyak 3 siswa mendapat nilai 8; 3 siswa mendapat nilai 7,5; 4 siswa mendapat nilai 7; 6 siswa mendapat nilai 6,5; dan 13 siswa mendapat nilai 6,5 ke bawah. Data ini menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 6,5. Dengan data tersebut dapat diketahui bahwa, nilai pengelompokan tumbuhan siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu masih tergolong rendah.

Menurut Konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu anggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan diluar sekolah. Pendekatan Konstruktivisme menekankan pentingnya proses belajar mengajar sebagai pengembangan pemahaman bersama antara guru dan siswa. Salah satu proses pembelajaran yang strategi atau pendekatannya


(21)

commit to user

5

berorientasi pada Konstruktivisme adalah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada model pembelajaran ini guru membantu dan mendorong siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan situsasi nyata sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang dapat langsung diterapkan pada kehidupan nyata. Dengan konsep tersebut hasil pembelajaran dirasa lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa bekaerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Di dalam Konstruktivisme memiliki gagasan bahwa siswa mempunyai konsep yang berbeda-beda walaupun mereka hidup dalam lingkungan yang samadan mengikuti pelajar yang secara singkat prinsip-prinsip Konstruktivisme yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih lengkap serta sesuai dengan konsep Ilmiah, d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Baharuddin, 2009:115).

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain : 1. IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan prestasi belajar pada

umumnya rendah belum menunjukan pencapaian yang maksimal. 2. Banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proes belajar-mengajar.


(22)

commit to user

6

3. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses belajar mengajar.

Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Dalam Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Tahun Pelajaran 2010/2011.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan konstruktivsme pada pembelajaran pengelompokan tumbuhan yaitu bahwa konstruktivisme Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme menjadikan pembelajaran IPA menjadi lebih mudah, lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri. Pendekatan konstruktivisme menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan ilmu yang diperoleh benar-benar pengetahuan yang tertanam pada diri siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pelaksanaan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu, Matesih, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Apakah melalui pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA pada


(23)

commit to user

7

Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu, Matesih, karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan

dalam pembelajan IPA pada Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang cara meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA

b. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, dan kritis.

2) Membantu memudahkan siswa dalam rangka menerima pelajaran, memahami, dan mengingat pelajaran. Dalam belajar tidak hanya sekadar menghafal, akan tetapi siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari mengalami sendiri.

b. Bagi Guru

1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme melalui metode eksperimen.


(24)

commit to user

8

2) Guru memperoleh variasi model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPA khususnya materi pengelompokan tumbuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang memberi kemudahan dalam penanaman dan pemahaman konsep-konsep IPA.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan pada sekolah bahwa Pendekatan Konstruktivisme melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep-konsep IPA pada siswa sekolah dasar.


(25)

commit to user

140 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Pengertian tersebut sedikit banyak memiliki perbedaan ataupun persamaan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar, sehingga berbagai pendapat tentang belajar muncul.

Menurut Baharuddin (2009:11), “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap”. Dalam hal ini belajar telah dimulai sejak manusia lahir secara terus menerus sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), “belajar merupakan proses dimana seseorang melakukan suatu kegiatan atau usaha merubah tingkah laku”. Perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari pengertian tersebut diatas mengandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil tujuan. Belajar bukan hanya mengingat saja, tetapi lebih dari itu belajar adalah “mengalami”. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan materi, akan tetapi hasil belajar merupakan perubahan kelakuan dan sikap.

Slameto (2003: 2) dalam mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil


(26)

commit to user

10

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

(Slameto, 2003: 3-5) Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Agus Suprijono (2009: 2) yaitu:

a. Cronbach

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari perubahan pengalaman)

b. Harold Spears

“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” (Dengan kata lain belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu)

c. Geoch

“Learning i`s a change in performance as a result of practice.” (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

Relevan dengan pengertian di atas, belajar adalah berubah, artinya suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan


(27)

commit to user

11

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran halaman 9, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.


(28)

commit to user

12

Menurut filosofi Konstruktivisme, belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep ataupun kaidah yang siap untuk diambil dan diingat dalam pengalaman yang nyata (Baharuddinn, 2009:116). Dalam hal ini, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, sedangkan pengetahuan itu sendiri tidak dapat diperoleh secara instan tetapi harus melalui berbagai proses yang mungkin memerlukan proses panjang. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan pada benaknya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi “mengkonstruksi” bukan “menerima”.

Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut dimana tingkah laku orang tersebut sebelumnya tidak ada atau masih lemah. Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar seseorang akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Oemar Hamalik dalam Tukiran (2009:8) menyatakan aspek-aspek tingkah laku manusia meliputi: “pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain”. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka akan terjadi perubahan pada salah satu aspek tingkah laku tersebut.

Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007:81) adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dalam pendekatan Konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengalamannya sendiri menjadi sebuah pengetahuan.

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam


(29)

commit to user

13

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan suatu respons terhadap situsai tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2010:61). Pembelajaran merupakan istilah yang sekarang lebih populer dibanding dengan pengajaran. Istilah pembelajaran dipergunakan karena adanya perubahan pandangan dalam sistem pendidikan, yaitu dari sekedar menyampaikan pengetahuan kepada bagaimana menjadikan seorang siswa sebagai pembelajar. Karena itulah, pembelajaran merupakan usaha untuk mengajak agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

IPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh. Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam semesta.

Purnell’s dalam Srini M. Iskandar mengemukakan, ”Science is the board of human knowledge, acquired by systematic and experiment, and explained by means of rules, laws, priciple, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematis serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.

Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahas Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan, tetapi lama-kelamaan bila orang Indonesia berkata sains, maka pada umumnya yang dimaksud adalah apa yang dulu disebut natural sciences. Natural science dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA.

“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992:3). Rasional di sini


(30)

commit to user

14

berarti dapat diterima akal sehat sedangkan objektif berarti sesuai dengan objeknya.

Menurut Nash (1963) dalam Hendro darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1992:3), “IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam. Cara yang digunakan bersifat analitis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya dengan cara melakukan pengamatan/percobaan.

Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan siswa Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan sumbangan untuk tercapainya sebagian tujuan pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992:6), melalui pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:

1) Memahami alam sekitarnya.

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu dan metode ilmiah yang sederhana.

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran Penciptanya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Leo, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007:5-3 – 5-5) ada lima prinsip utama pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA yaitu:

1) Pemahaman tentang lingkungan sekitar dimulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi.


(31)

commit to user

15

2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.

3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisen dengan pengetahuan para ilmuwan.

3) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.

4) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

Menurut Sumaji, dkk (1998:35), fungsi mata pelajaran IPA antara lain:

1) Memberi bekal pengetahuan dasar baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.

3) Menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan melatih menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya sehingga mendorong siswa untuk mencintai dan mengagungkan Penciptanya.

5) Memupuk kreativitas siswa.

6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK.

h) Memupuk minat siswa terhadap IPA.

c. Hakikat Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan

Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses pembelajaran dan pengambangan kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru.

Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)


(32)

commit to user

16

untuk melakukan suatu perbuatan”. Dalam hal ini, seseorang tidak akan dapat melakukan apapun tanda memiliki kemampuan dalam suatu hal. Menurut Robbins (2000: 46), “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya. (http/jiunkpe/s1/eman/2008)

Menurut Gagne dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.” Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan yang dimiliki siswa pada awalnya yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu, yang bisa dimiliki sejak awal atau setelah melalui beberapa proses.

Lebih lanjut Robbins (2000) dalam

(http/jiunkpes/s1/eman/2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: a. kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b. kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.

Kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga dalam kemampuan pengelompokan tumbuhan bermula dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.


(33)

commit to user

17

Dalam kegiatan pengelompokan tumbuhan kedua faktor ini akan saling memopengaruhi satu sama lain.

Definisi kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) dalam (http://digib.petra.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2009) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang mempunyai IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

Menurut Gagne dalam Iskandarwassid (2008 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.” Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan menguasai keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.

d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 1) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya

Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di darat dan tumbuhan yang hidup di air. Eceng gondok dan bunga teratai merupakan contoh tumbuhan yang hidup di air. Sedangkan pohon rambutan, pohon mangga, dan pohon pisang merupakan contoh tumbuhan yang hidup di darat.

2) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya a) Tulang daun menyirip


(34)

commit to user

18

Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip. Bentuk tulang daun.

b) Tulang daun sejajar

Daun tebu, padi, dan rumputrumputan memiliki tulang daun sejajar. Bentuk tulang daun sejajar seperti garis-garis lurus yang sejajar. menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.

c) Tulang daun melengkung

Tumbuhan dengan tulang daun melengkung adalah daun genjer dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang ujungujungnya terlihat menyatu.

d) Tulang daun menjari

Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari. Bentuk tulang daun menjari seperti susunan jari-jari tangan. Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan daun ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya

3) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan batangnya a) Batang berkayu

Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena batangnya memiliki kambium. Pohon jambu dan pohon jati memiliki batang berkayu.

b) Batang basah

Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam berair dan lunak.

Menyiri p

Sejajar Melengkun

g


(35)

commit to user

19

c) Batang rumput

Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput biasanya berongga. Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat nyata.

Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan batang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Pengelompokan tumbnuhan berdasarkan bentuk

batangnya

4) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya a) Tumbuhan monokotil

Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi, salak, tebu, dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil. Tumbuhan jenis rumput-rumputan merupakan tumbuhan monokotil. Contoh tumbuhan monokotil ditunjukkan gambar 3.

Gambar 3. Tumbuhan monokotil

2) Tumbuhan Dikotil

Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil. Mangga, kacang tanah, dan durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan, pepaya, dan jambu air juga termasuk tumbuhan dikotil.

Contoh tumbuhan dikotil ditunjukkan gambar 4.

Berkayu Basah Rumput


(36)

commit to user

20

Gambar 4. Tumbuhan dikotil

5) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan akarnya a) Tumbuhan berakar serabut

Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut. Semua tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa berakar serabut.

Contoh tumbuhan barakar serabut ditunjukkan gambar 5.

Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut

b) Tumbuhan berakar tunggang

Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga memiliki akar tunggang. Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar tunggang terdiri atas satu akar pokok dan akarakar kecil. Akar kecil merupakan percabangan dari akar pokok. Contoh tumbuhan barakar tunggang ditunjukkan gambar 6.


(37)

commit to user

21

Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang

2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme

Von Glaserfeld menjelaskan tentang pengertian konstruktivisme bvahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri “ (Paul Suparno, 1997:18). Pengetahuan itu dibangun bukan sekedar ditangkap oleh indra saja, penetahuan terbentuk dalam otak manusia yang kemudian apa yang diketahuinya dikonstruksi berdasarkan pengalamannya sendiri (Agus Prijono, 2009:30). Dalam Konstruktivisme siswa mencari sendiri makna dari apa yang mereka pelajari. Dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi pengetahuan. Siswa memiliki kebebasan menggunakan strategi maupun cara mereka sendiri untuk belajar atau memaknai sesuatu.

Von Glaserfeld dalam Boudourides (2003) memgemukakan bahwa “knowledge is the result of an individual subject's constructive activity”. Ini berarti pengetahuan adalah hasil dari aktivitas individu yang bersifat membangun. Sehubungan dengan konstruktivisme, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah ia dapatkan. Sependapat dengan von Glaserfeld, Brunner (1990) dalam Baharudding (2009:115) bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan ketyerampilannya.

Dalam teori perkembangan menurut Piaget, memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan (Trianto, 2007:14).


(38)

commit to user

22

Dalam hubungannya dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Didsini guru sebagai fasilitator, dapat membderikan dorongan dan kemudahan dalam pembentukan pengetahuan siswa. Guru dapa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-idenya sendiri serta mendorong siswa untuk secara sadar menggunakan strategi atau cara-cara mereka untuk belajar.

Gagasan dalam Konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata saja, melainkan merupakan konstruksi kenyataan dari suatu objek yang dilakukan oleh subjek.

b. Subjek membentuk konsep-konsep yang diperlukan sebagai pembentukan pengetahuan.

c. Pengetahuan terbentuk dari konsep-konsep yang dilakukan subjek dimana struktur konsep tersebut akan membentuk penghetahuan jika konsep itu berlaku bagi seseorang tersebut (von Glaserfeld dalam Paul Suparno, 1997:21)

Dalam Konstruktivisme satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dan merasakannya. Dengan alat indera tersebut seseorang membangun gambaran akan dunia ini. Misal dengan mengamati air, bermain air, menggunakan air dan sebagainya seseorang akan dapat membangun gambaran tentang air dan membentuk pengetahuan tentang air.

Martinis Yamin (2008:3) berpendapat bahwa dalam pendangan konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke orang lain, pemindahan pengetahuan itu harus harus dimaknai dan


(39)

commit to user

23

dikonstruksi seseorang melalui pengalamanya. Banyak siswa yang salah dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa sebuah pengetahuan tidak dapat semata-mata ditransfer atau dipindahkan dari seseorang ke orang lain melainkan harus dimaknai dan dikonstruksi oleh siswa sendiri.

Von Glaserveld dalam Paul Suparno (1997:20) berpendapat bahwa diperlukan beberapa kemampuan dalam mengkonstruksi konsep dalam pengalaman menjadi sebuah pengetahuan yaitu kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman, membandingkan dan memutuskan mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain. Kemampuan mengingat kembali pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan. Kemampuan membandingkan akan membantu seseorang dalam mengklasifikasikan dan membangun pengetahuan, dan menyenangi salah satu pengalaman dari pengalaman lain akan membentuk nilai dari suatu pengetahuan.

Sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan pendekatan Konstruktivisme, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis lingkungan. Pendekatan lingkungan sendiri berarti sebuah strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan dan memperlakukan lingkungan sekitar sebagai sarana ataupun sumber belajar. Siswa dibiasakan untuk memahanmi faktor politis, ekonomis, sosial budaya maupun ekologis yang terdapat di lingkungan tersebut serta memperlakukan lingkungan sekitar secara bijaksana. Pada pendekatan ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungannya.

Pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme memiliki 4 (empat) karakteristik, yaitu: a. Pusat pembelajaran adalah peserta didik, b. Pembelajaran dimulai dari hal yang sudah diketahui dan peserta didik, c. Motivasi peserta didik dibangkitkan yang diantaranya dengan pembelajaran yang menarik dan d. berguna bagi kehidupan peserta didik (Kartono, 2009:


(40)

commit to user

24

4). Dalam pembelajaran, guru berperan lebih kepada fasilitator bagi siswa. Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran dimulai dengan hal-hal umum yang telah dipahami siswa dan kemudian dikembangkan pada hal yang lebih khusus atau spesifik.

Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran konstruktivistik, yaitu: a. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, b. mengutamakan proses, dalam pembelajaran yang diutamakan adalah proses mendapatkan suatu ilmu bukan hasil yang diperoleh setelah ilmu didapatkan, c. menanamkan pembelajaran dalam kontek pengalaman sosial, dan d. pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman yang diperoleh (Pranata, puslit.petra.ac.id/journals/interior/). Hakikat pembelajaran konstruktivisme oleh Brooks and Brooks dalam Fisika SMA Online (http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl) mangatakan bahwa dalam pengetahuan bersifat non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunanpengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berartimambuat lingkungan agar siswa termotivasi untk melakukan kegiatan belajar. Atas dasar ini maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan sudut pandang/perspektif yang dipakainya dalam mengolah pengalaman.

Harlen dalam Fisika SMA Online (Endar Suhendar, http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl) mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis konstruktivisme terdapat langkah-langkah pembelajarannya secara garis besar sebagai berikut:

a. Orientasi dan pemunculan ide

Merupakan proses awal untuk memotivasi siswa dalam mengawali proses pembelajaran. Dalam tahap ini siswa di bawah bimbingan guru untuk mengeluarkan idenya dengan berbagai cara. Dalam hal ini, guru


(41)

commit to user

25

dapat memancingnya dengan memberikan pertanyaan, bercerita mengenai suatu objek, menunjukan media yang relevan dsb.

b. Rekonstruksi ide

Tahapan ini meliputiklarifikasi terhadap ide siswa, merombak ide dengan mengeluarkan pendapat yang berlawanan dengan ide siswa,

c. Aplikasi

Yaitu tahapan dimana ide-ide dari siswa dlterapkan. Dapat dilakukan dengan percobaan, pengamatan, tanya jawab dan sebagainya.

d. Review dan refleksi

Tahapan ini dalakukan dengan mengadakan tinjauan kembali terhadap ide-ide yang diutarakan siswa.

Tahapan - tahapan dalam pengembangan model belajar konstruktivis dengan lebih rinci diimplementasikan oleh Sadia (Endar Suhendar,

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme .hmtl). Secara signifikan model yang telah dikembangkan ini mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Tahapan-tahapan pengembangan model konstruktivis tersebut mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.

b. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa. c Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi

pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.

d. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.

e. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.


(42)

commit to user

26

Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.

f. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.

g. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.

h. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.

i. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.


(43)

commit to user

27

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Tukiran dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Assisted Learning Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Resmi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri tahun 2009. Simpulan dari penelitian di atas dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme assisted learning. Hal ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas siswa yang selalu meningkat pada tiap siklus yaitu siklus I sebesar 40,0%, pada siklus II sebesar 58,0%, dan pada siklus III mencapai 72,0%. Penggunaan pendekatan konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang meningkat pada tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 69,80 menjadi 74,30 pada siklus I, 77,60 pada siklus II, dan 82,20 pada siklus III.

Penelitian Tukiran tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi penelitian yang dilakukan Tukiran bertempat di SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri pada siswa kelas VI, sedangkan penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain itu penelitian yang dilakukan Tukiran untuk meningkatkan keterampilan surat resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun ajaran 2010/2011.

Sri Indrawati dengan judul Peningkatan Kemampuan Bernalar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Konstruktivisme pada Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan Psikolinguistik 2006/2007. Simpulan dari penelitian di atas dapat meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik melalui pembelajaran konstruktivisme. Hal ini dapat dilihat dari prosentase hasil proses


(44)

commit to user

28

pembelajaran peserta didik yang selalu meningkat pada tiap siklus yaitu siklus I sebesar 36,86% dan pada siklus II sebesar 79,92. Penggunaan pendekatan konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang meningkat pada tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 52 dengan ketuntasan klasikal 40% menjadi 64,43 dengan ketuntasan 63,85% pada siklus I, dan 74,28 dengan ketuntasan klasikal 85,72% pada siklus II.

Penelitian Sri Indrawati tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dalam perkuliahan psikolinguistik. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi penelitian yang dilakukan Sri Indrawati bertempat di Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sriwijaya Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan Psikolinguistik, sedangkan penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sri Indrawati untuk meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik tahun ajaran 2006/2007, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III tahun ajaran 2010/2011.


(45)

commit to user

29

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan perubahan yang relatif melekat dalam tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam belajar. Keberhasilan proses belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku yang cenderung menetap permanen dan biasanya terlihat pada prestasi belajar yang baik. Keberhasilan ini harus didukung dengan adanya beberapa fakor intrinsik yang datang dari diri siswa dan faktor ekstrinsik yaitu dari luar siswa. Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membelajarkan siswa. Sebagai suatu usaha, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran juga bertujuan untuk membentuk pemahaman siswa tentang suatu pengetahuan.

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang berbeda dapat menunjukkan aktivitas belajar yang berbeda. Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing baik kelebihan maupun kekurangan. Pemilihan pendekatan pembelajaran tersebut akan memberikan pengalaman bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar mempunyai masalah dalam proses pembelajaran, yaitu masalah penyampaian pelajaran IPA yang sebagian besar masih bersifat konvensional (metode ceramah), akibatnya siswa kurang memahami konsep yang ada. Karena siswa hanya mendengar dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, untuk itu peneliti ingin mengadakan pembaharuan dengan penguatan pemahaman konsep dengan pendekatan yang inovatif yaitu dengan pendekatan Konstruktivisme yang bertujuan agar dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa kurang termotivasi dalam memahami konsep pengelompokan tumbuhan. Hal ini terjadi karena guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Guru lebih banyak


(46)

commit to user

30

menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga hubungan dua arah antara guru dan siswa jarang ditemukan. Siswa kebanyakan hanya menerima materi datri guru dan hanya bersumber dari buku. Hal ini mengakibatkan hasil pembelajaran penngelompokan tumbuhan siswa rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktivan siswa ketika mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Pada tahap tindakan, guru menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Pendekatan Konstruktivime adalah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan konsep ini dapat dipastikan bahwa siswa akan mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan penglompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.

Dengan penerapan pendekatanh konstruktivisme dalam pembelajaran, siswa akan antusias, senang, dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Selain itu, suasana pembelajaran menjadi nyaman dan pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD N 01 Girilayu, Matesih, Karanganyar.Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 7.


(47)

commit to user

31

Gambar 7. Alur kerangka berpikir Guru menggunakan pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan

tumbuhan Kondisi

awal

Tindakan

Kondisi akhir

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan masih

konvensional

Kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa meningkat setelah menggunakan pendekatan

konstruktivisme

Kemampuan pengelompokan tumbhan rendah

Siklus I Kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa meningkat 70%

Siklus II Kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa meningkat 70%


(48)

commit to user

32

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Dengan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun pelajaran 2010/2011.

2. Dengan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun pelajaran 2010/2011.


(49)

commit to user

140 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan:

a. Peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme melalui pembelajaran berbasis lingkungan pada mata pelajaran IPA dengan sub materi pengelompokan tumbuhan

b. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehinggadari kemungkinan adanya penelitian ulang.

c. Lokasi sekolah yang mudah terjangkau oleh peneliti. 2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester satu, menurut kalender pendidikan sekolah dasar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga pertengahan bulan November 2010. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Juli, tahap pelaksanaan dimulai bulan Agustus, tahap analisis data dimulai bulan Agustus dan September, dan yang terakhir tahap penyususnan laporan akan dilakukan pada bulan September hingga November. Rincian waktu penelitian tertera pada tabel 1


(50)

commit to user

34

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Juni Juli Agustus Sept. Okt. Nov.

1. Penyusunan dan pengajuan proposal

XX X XX 2. Perijinan

Penelitian X X 3. Perencanaan

dan

Pelaksanaan Penelitian

XX

4. Analisis Data X

XX

5. Penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi

XX XX XX

XXX

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. PTK merupakan penelitian yang dapat dilakukan sendiri oleh guru atau kolaboratif yang melibatkan peneliti, guru, siswa maupun karyawan sekolah yang lain yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa (Wardani, 2002:1.4). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, digunakan


(51)

commit to user

35

pendekatan konstruktivisme untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan pengelompokan tumbuhan dalam pembelajaran IPA bagi siswa. 2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran.

2) Mempersiapkan instrumen penelitian.

3) mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Mengajukan solusi alternatif.

b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran tersebut diikuti tindakan pemantauan. Dalam hal ini pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas sebagai pelaksana penelitian, siswa sebagai objek penelitian dan peneliti sebagai pengamat.

c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan menginterprestasikan aktivitas penerapan tindakan kelas. Pada tahap interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti.

d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang oerlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini telah mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi dan Suharisi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadipada siswa, suasan kelas dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah meghasilkan perubahan secara signifikan.


(52)

commit to user

36

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Adapun jumlah siswa yang diteliti adalah 27 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA pada pokok bahasan pengelompokan tumbuhan pada kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelajaran 2010/2011. Peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan wawancara dan survei awal, pembelajaran IPA khusunya pada pokok bahasan pengelompokan tumbuhan di kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatn Matesih masih kurang dari standart yang di targetkan. Selain siswa, guru juga menjadi subjek penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. Objek penelitiannya adalah kegiatan pembelajaran IPA pada pokok bahasan pengelompokan tumbuhan kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih tahun pelaajaran 2010/2011.

D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Untuk mendapatkan data yang objektif maka di dalam pengumpulan data tersebut penulis menggunakan beberapa jenis data yaitu :

a. Data Primer

Data Primer berupa data yang didapat secara langsung dari tempat penelitian oleh peneliti. Dalam hal ini kegiatan belajar mengajar dari siswa dan guru SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih.

b. Data Sekunder

Penelitian kepustakaan yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara menggunakan dan mempelajari literatur buku-buku kepustakaan


(53)

commit to user

37

yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori yang berhubungan erat dengan permasalahan.

2. Sumber Data

Sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Sumber data tersebut meliputi:

a. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas III dan guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu.

b. Arsip nilai ulangan harian.

c. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme.

d. Informasi lain tentang kondisi sekolah serta sejarah singkatnya. e. Foto-foto dan Video

Foto-foto dan video dalam proses pembelajaran IPA pokok bahasan pengelompokan tumbuhan dengan penerapan pendekatan konstruktivisme.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan.

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai partisipan pasif (observer) sedangkan guru kelas sebagai pelaksana penelitian. Observasi dilakukan oleh peneliti (observer) dan guru kelas (pelaksana penelitian). Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu pengamat melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan kelas tempat berlangsungnya pembelajaran mulai dari awal hingga akhir. Pengamatan tersebut, disertai dengan pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Pengamatan dilakukan terhadap


(1)

commit to user

77

Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.

No. Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Tuntas 10 37% 18 66,66% 21 77,77%

2 Tidak Tuntas 17 63% 9 33,33% 6 22,22%

Berdasarkan tabel di atas yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu, terlihat adanya penigkatan pada ketuntasan belajar siswa pada kemampuan pengelompokan tumbuhan yaitu pada kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa atau 37%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 18 siswa atau 66,66%, dan pada siklus II menjadi 21 siswa atau 77,77%.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu yaitu dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat mengalami langsung apa yang sedang dipelajari. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA pada pokok materi pengelompokan tumbuhan.


(2)

commit to user

140

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan:

Kualitas proses pembelajaran IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu meningkat. Peningkatan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu: nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75 dengan kriteria sangat baik.

Dengan demikian, penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam

pembelajaran pengelompokan tumbuhan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.

Kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu. Peningkatan kemampuan pengelompokan tumbuhuhan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pembelajaran pengelompokan tumbuhan pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa 63,05, siklus I nilai rata-rata kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa 70,14 dan siklus II nilai rata-rata siswa 76,25. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 10 siswa atau 37%, pada siklus I yaitu 18 siswa atau 66,66%, dan pada siklus II sebanyak 21 siswa atau 77,77 %. Dengan demikian, penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan


(3)

commit to user

79

tumbuhan dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.

Maka dapat disimpulkan bahwa opendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas proses pembealajaran pengelompokan tumbuhan. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan nilai pengelompokan tumbuhan siswa SD Negeri Girilayu.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini

didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

konstruktivisme dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok materi pengelompokan tumbuhan. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2010 dan 22 Juli 2010, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2010 dan 29 Juli 2010. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa dengan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

C. Implikasi Teoritis

Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


(4)

commit to user

siswa, karena pembelajaran ini dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mempelajari seuatu hal yang kemudian disusun menjadi ilmu pengetahuan. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan.

Hasil penelitian ini juga memperkuat teori yang menyatakan bahwa melalui penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat menjadi salah satu

pendekatan dalam pengajaran IPA, karena dengan pendekatan

konstruktivisme dapat mengakomodasi siswa dalam mengungkapkan dan

mengembangkan hasil pemikirannnya. Penelitian ini juga dapat

dipertimbangkan untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.

Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini, kemampuan siswa terhadap materi pengelompokan tumbuhan pada pembelajaran IPA dan aktifitas atau kegiatan proses pembelajaran menjadi meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa dalam mengungkapkan pikiran dan gagasannya, interaksi dengan guru maupun kerjasama dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, implikasi teoritis dari penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan

pengelompokan tumbuhan dengan menggunakan pendekatan

konstruktivisme.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaran IPA


(5)

commit to user

81

pengelompokan tumbuhan siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk

mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan kemampuan

pengelompokan tumbuhan siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus di atasi semaksimal mungkin.

Selain itu, guna meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan siswa, guru perlu beerupaya meningkatkan kualitas diri dalam berperan sebagai fasilitator bagi siswa. guru dapat menguatkan pengetyahuan siswa dengan menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran, menggunakan permainan yang menjadikan siswa lebih aktif, kuis dan sebagainya.

D. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk engan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

2. Bagi Guru

Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan.


(6)

commit to user

tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pegelompokan tumbuhan.

3. Bagi Siswa

a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam

menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA GESEK MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KORIPAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 72

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

6 221 291

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 137

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 106

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS DENGAN METODE CONCEPT Peningkatan Motivasi Belajar Ips Dengan Metode Concept Mapping Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Girilayu Matesih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

PENDAHULUAN Peningkatan Motivasi Belajar Ips Dengan Metode Concept Mapping Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Girilayu Matesih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 5

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS DENGAN METODE Peningkatan Motivasi Belajar Ips Dengan Metode Concept Mapping Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Girilayu Matesih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 12

SKRIPSI Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Karangbangun Matesih Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 13

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Karangbangun Matesih Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 8

Peningkatan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

0 16 125