commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan Ngalim Purwanto, 2007:10. Usaha pemerintah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan
yang sesuai fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menerangkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” anonim, 2003: 1.
Peran IPA dalam perkembangan teknologi sangat penting. Oleh karena itu bidang IPA perlu dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA
mendukung perkembangan teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an manusia berkomunikasi melalui radio, telepon dan televisi, tetapi sekarang
dengan adanya kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa internet guna
mempermudah kerja manusia. Pendidikan IPA perlu dikembangkan dalam hal ini mengingat IPA
melatih peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi, khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan.
commit to user 2
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa
intern dan faktor dari luar diri siswa ekstern. Faktor dari dalam diri siswa misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani dan motivasi.
Sedangkan faktor dari luar misalnya lingkungan belajar, pendekatan, metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam
lingkungan belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih
rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai siswa SD pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan, bila dibandingkan
dengan materi pelajaran yang lain. Kendala yang dihadapi pendidikan IPA antara lain pandangan bahwa IPA merupakan materi yang sulit, kurangnya
minat siswa dalam mempelajari pengelompokan tumbuhan, kurangnya sarana dan prasarana, ketidaktepatan metode mengajar yang digunakan dan
sebagainya. Guru dalam menyajikan sesuatu bahan pelajaran harus dapat
mempersiapkan dengan baik seluruh komponen dalam situasi mengajar. Komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan materi pelajaran, metode
dan evaluasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode dan evaluasi mempunyai peranan penting.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar dan juga merupakan usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar akan kurang berarti bila tidak ditunjang dengan metode yang tepat. Dengan penerapan metode yang tepat,
maka dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Metode mengajar ada beberapa macam misalnya metode ceramah,
metode demonstrasi, diskusi dan lain-lain. Dalam proses belajar-mengajar tidak mungkin dalam melaksanakan pembelajaran guru tidak menggunakan
salah satu metode mengajar. Hal ini menjadi dasar pertimbangan di dalam
commit to user 3
menggunakan metode mengajar. Untuk melaksanakan metode mengajar supaya berhasil dengan baik memerlukan pendekatan pengajaran yang
sesuai. Kelemahan pembelajaran IPA selama ini antara lain adalah bahwa
pembelajaran IPA lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan hasil belajar. Guru cenderung
mementingkan agar murid mengetahui sesuatu dan mengesampingkan murid dapat melakukan sesuatu. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan
menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup baik materi maupun proses pengelompokan tumbuhan sehingga ada keseimbangan
antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara menjelaskanmelakukan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam.
Dari permasalahan tersebut, peneliti menitikberatkan pada pendekatan Konstruktivisme, karena pendekatan ini menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, serta dalam proses belajar mengajar akan terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan
peluang bagi guru untuk memperoleh balikan dalam rangka menilai efektivitas pengajarannya.
Dalam Konstruktivisme pengetahuan siswa merupakan konstruksi bentukan dari siswa yang mengetahui sesuatu. Siswa belajar membentuk
pengertian yaitu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau apa yang ia baca melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan
ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif bukan hanya diterima secara pasif dari guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya. Sampai saat ini, pendidikan IPA khususnya pengelompokan
tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menggunakan
metode ceramah sebagai pilihan utama sehingga sering mengabaikan
commit to user 4
pengetahuan awal siswa. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada sesuatu yang abstrak hanya membayangkan tanpa mengalami atau melihat
sendiri. Padahal, siswa membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya karena pembelajaran tidak hanya berupa
pemindahan pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar lebih bermakna
jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya mengetahui secara lisan saja.
Masalah dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu pada dasarnya cukup sederhana, namun bila tidak
diselesaikan maka akan berdampak pada. Dalam hubungannya dengan pengelompokan tumbuhan, bila tidak segera ditangani maka prestasi dari
hasil belajar siswa akan buruk. Selain itu, siswa juga akan kesulitan mengikuti materi yang berhubungan dengan tumbuhan pada tingkat yang
berikutnya. Dalam IPA, konsep-konsep dalam ipa akan selalu berkembang searah dengan tingkat pendidikan siswa.
Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil nilai pengelompokan tumbuhan pada pra siklus siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Dengan komposisi perempuan 13 siswa dan laki-laki 14 siswa. Rincian nilai tersebut, yaitu sebanyak 3 siswa
mendapat nilai 8; 3 siswa mendapat nilai 7,5; 4 siswa mendapat nilai 7; 6 siswa mendapat nilai 6,5; dan 13 siswa mendapat nilai 6,5 ke bawah. Data
ini menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 6,5. Dengan data tersebut dapat diketahui bahwa, nilai
pengelompokan tumbuhan siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu masih tergolong rendah.
Menurut Konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu anggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan diluar sekolah.
Pendekatan Konstruktivisme menekankan pentingnya proses belajar mengajar sebagai pengembangan pemahaman bersama antara guru dan
siswa. Salah satu proses pembelajaran yang strategi atau pendekatannya
commit to user 5
berorientasi pada
Konstruktivisme adalah
pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen. Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme lebih menekankan
pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul melalui
diskusi-diskusi dan
percobaan, sehingga
siswa dapat
mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada model pembelajaran ini guru membantu dan mendorong siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situsasi nyata sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang dapat langsung diterapkan pada kehidupan nyata. Dengan konsep
tersebut hasil pembelajaran dirasa lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa bekaerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Di dalam Konstruktivisme memiliki gagasan bahwa siswa mempunyai konsep yang berbeda-beda walaupun mereka hidup dalam
lingkungan yang samadan mengikuti pelajar yang secara singkat prinsip- prinsip Konstruktivisme yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c. Siswa aktif
mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih lengkap serta sesuai dengan konsep Ilmiah, d.
Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus Baharuddin, 2009:115.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :
1. IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan prestasi belajar pada umumnya rendah belum menunjukan pencapaian yang maksimal.
2. Banyaknya siswa yang kurang aktif dalam proes belajar-mengajar.
commit to user 6
3. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang diajarkan.
4. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses belajar mengajar.
Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Dalam Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Tahun Pelajaran
20102011. Alasan peneliti menggunakan pendekatan konstruktivsme pada
pembelajaran pengelompokan tumbuhan yaitu bahwa konstruktivisme Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme menjadikan pembelajaran IPA
menjadi lebih mudah, lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan
sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan
percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri. Pendekatan konstruktivisme menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran dan ilmu yang diperoleh benar-benar pengetahuan yang tertanam pada diri siswa.
B. Rumusan Masalah