MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

FAJAR MAHENDRA X7107027

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

FAJAR MAHENDRA X7107027

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : ”MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011”

Oleh :

Nama : FAJAR MAHENDRA

NIM : X7107027

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari : Kamis

Tanggal : 23 Juni 2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Kuswadi, M.Ag Drs. Samidi, M.Pd NIP. 19530506 198103 1 002 NIP. 19511108 198803 1 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : ”MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011”

Nama : FAJAR MAHENDRA

NIM : X7107027

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd ... Sekretaris : Drs. Sukarno, M.Pd ... Anggota I : Drs. Kuswadi, M.Ag ...

Anggota II : Drs. Samidi, M. Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Fajar Mahendra. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada setiap pertemuan diadakan tes awal, tes proses dan post tes sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menulis deskripsi pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pebelajaran kontekstual. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang berjumlah 32 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis deskripsi siswa dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Siklus I ada peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa dari nilai rata-rata 54,56 menjadi 61,34 dan dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53,13% menjadi 71,88%. Sedangkan di siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari rata-rata siklus I yaitu 61,34 menjadi 70,96 dan dari pencapaian KKM 71,88% menjadi 90,62%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Fajar Mahendra. IMPROVING THE DESCRIPTIVE WRITING MASTERY THROUGH CONTEXTUAL APPROACH AT THE FOURH YEAR STUDENTS OF SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2011.

The research are to improve the descriptive writing mastery through contextual approach at the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2010/2011.

The method used in the research is qualitative research in the form of classroom action research (CAR). The research procedures consist of two cycles, and each cycle has two meetings. Each meeting has four steps, planning, treatment, observation, and then reflection. The research is done in two cycles, and there will be a pre-test and a post-test in each meeting to know the whether there is an improvement in the students’ descriptive writing mastery in teaching Bahasa Indonesia by using contextual approach. The subject is the the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar consisting of thirthy two students. The techniques of collecting data are interview, observation, test, and documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion.

Based on the research result, it can be concluded that there is an improvement of writing descriptive essay after being given treatments through contextual approach. This is shown by the improvement in the students’ descriptive writing mastery before and after the treatments. Cycle I indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean 54.56 becomes 61.34, based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53.13% becomes 71.88%. Cycle II indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean of Cycle I, 61.34 becomes 70.96, and based on the

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71.88% becomes 90.62%. Thus, it can be recommended that descriptive writing mastery can be improved through contextual approach in the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2011/2012.


(7)

commit to user

vii MOTTO

” Barang siapa takut menghadapi persoalan ia sebenarnya takut menghadapi sebuah kemajuan ”

(Bung Karno)

” Belajar adalah benang-benang yang membujur, dan pengalaman pribadi adalah benang-benang yang melintang dalam membuat suatu tenunan

pengetahuan ” (The Liang Gie)

” Dari air kita belajar ketenangan, dari batu kita belajar ketegaran, dari tanah kita belajar kehidupan, melihat ke atas memperoleh semangat untuk maju, melihat ke bawah bersyukur atas semua yang ada, melihat ke samping semangat

kebersamaan, melihat ke belakang sebagai pengalaman berharga, melihat ke depan untuk menjadi yang lebih baik ”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan Kepada: Kedua orang tuaku (Wagiya dan Hari Pangesti) tersayang yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, serta doa yang tiada henti demi lancarnya tugas skripsi ini. Adikku (Deni) tersayang yang selalu memberi semangat dan doa. Adikku tercinta yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, serta menjadi semangatku. Sahabat-sahabatku (Kos Hidayat) yang memberikan semangat, dorongan dan motivasi. Semua teman-teman mahasiswa S1 PGSD kelas B angkatan 2007 yang selalu

membantu dan memberikan semangat kepada peneliti. Keluarga Kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamaterku tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi pengabdi bangsa

Indonesia.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang, Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Kuswadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Samidi, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd., Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

8. Ibu Nanik Sarwigiyatni, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di SD tersebut.


(10)

commit to user

x

9. Bapak Sugiyartoto, S.Pd.SD., selaku guru kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang telah membantu pelaksanaan penelitian di kelas tersebut.

10.Bapak/Ibu Guru SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.

11.Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Surakarta, Juni 2011


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi ... 7

a. Pengertian Kemampuan ... 7

b. Karakteristik Kemampuan ... 8

c. Klasifikasi Kemampuan ... 12

d. Pengertian Menulis ... 13

e. Ragam Menulis ... 14

f. Menulis Deskripsi ... 16

g. Tujuan Menulis Deskripsi ... 18


(12)

commit to user

xii

i. Penilaian Menulis Deskripsi ... 21

2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual ... 22

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 22

b. Dasar Teori Model Pembelajaran Kontekstual ... 25

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual ... 26

d. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual ... 28

e. Langkah-langkah model pembelajaran Kontekstual .... 30

B. Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 38

D. Sumber Data ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Validtas Data ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

H. Indikator Kinerja ... 45

I. Prosedur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 49

C. Deskripsi pelaksanaan Tindakan ... 51

1. Siklus I ... 51

2. Siklus II ... 62

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72


(13)

commit to user

xiii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 83

A. Simpulan ... 83

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.Penilaian Menulis deskripsi ... 22

2. Rincian Waktu penelitian ... 38

3. Hasil Nilai Kondisi Awal ... 50

4. Hasil Nilai Siklus I ... 59

5. Hasil Perkembangan Nilai Kondisi Awal dan Siklus I ... 61

6. Hasil Nilai Siklus II ... 69

7. Hasil Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 70

8. Hasil Perkembangan Nilai Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II ... 77


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Alur Kerangka Berpikir ... 35

2. Model interaktif Miles dan Hubermann………. 44

3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 47

4. Grafik Data Nilai Kondisi Awal ... 51

5. Grafik Data Nilai Siklus I ... 60

6. Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I ... 61

7. Grafik Data Nilai Siklus II ... 70

8. Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II ... 71


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Rincian Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 89

2. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan ... 90

3. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan ... 92

4. Silabus Kelas IV ... 94

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 97

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 109

7. Format Penilaian Menulis Deskripsi ... 122

8. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ... 125

9. Pedoman Observasi Kinerja Guru ... 129

10. Hasil Tes Kondisi Awal ... 134

11. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 136

12. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 140

13. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 145

14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 Dan 2... 150

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 156

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 161

17. Foto Kegiatan Pembelajaran ... 166


(17)

commit to user

ABSTRAK

Fajar Mahendra. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada setiap pertemuan diadakan tes awal, tes proses dan post tes sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menulis deskripsi pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pebelajaran kontekstual. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang berjumlah 32 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis deskripsi siswa dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Siklus I ada peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa dari nilai rata-rata 54,56 menjadi 61,34 dan dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53,13% menjadi 71,88%. Sedangkan di siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari rata-rata siklus I yaitu 61,34 menjadi 70,96 dan dari pencapaian KKM 71,88% menjadi 90,62%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011.


(18)

commit to user

ABSTRACT

Fajar Mahendra. IMPROVING THE DESCRIPTIVE WRITING MASTERY THROUGH CONTEXTUAL APPROACH AT THE FOURH YEAR STUDENTS OF SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2011.

The research are to improve the descriptive writing mastery through contextual approach at the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2010/2011.

The method used in the research is qualitative research in the form of classroom action research (CAR). The research procedures consist of two cycles, and each cycle has two meetings. Each meeting has four steps, planning, treatment, observation, and then reflection. The research is done in two cycles, and there will be a pre-test and a post-test in each meeting to know the whether there is an improvement in the students’ descriptive writing mastery in teaching Bahasa Indonesia by using contextual approach. The subject is the the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar consisting of thirthy two students. The techniques of collecting data are interview, observation, test, and documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion.

Based on the research result, it can be concluded that there is an improvement of writing descriptive essay after being given treatments through contextual approach. This is shown by the improvement in the students’ descriptive writing mastery before and after the treatments. Cycle I indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean 54.56 becomes 61.34, based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53.13% becomes 71.88%. Cycle II indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean of Cycle I, 61.34 becomes 70.96, and based on the

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71.88% becomes 90.62%. Thus, it can be recommended that descriptive writing mastery can be improved through contextual approach in the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2011/2012.


(19)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum kajian materi Bahasa Indonesia diajarkan mengenai keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (St.Y.Slamet, 2007: 4). Pembelajaran bahasa Indonesia bukan lagi ditekankan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa yang diberikan secara terpadu yaitu meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Menulis dan membaca merupakan aktivitas komunikasi ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi (St.Y.Slamet, 2008: 95). Kebiasaan menulis tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan membaca. Meskipun belum tentu membawa kebiasaan menulis, kebiasaan membaca akan memperluas pengetahuan dan wawasan. Pengetahuan dan wawasan menjadi dasar kegiatan menulis dan kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti kebiasaan membaca.

Membaca adalah suatu proses penangkapan dan pemahaman ide, sedangkan menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan fase (tahap) yaitu pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan tulisan), dan pasca penulisan (revisi atau penyempurnaan tulisan). Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis.

Menurut Tarigan dalam Slamet (2008:99) menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafis tersebut. Menulis bisa berupa narasi, deskripsi, eksposisi, dan


(20)

commit to user

argumentasi. Menulis deskripsi adalah paparan gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Pembelajaran menulis diajarkan di Sekolah Dasar sejak kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan kemampuan awal atau tahap permulaan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di kelas I dan II disebut pembelajaran menulis permulaan. Sedangkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut pembelajaran menulis lanjut. Jadi, di sekolah dasar ada dua jenis menulis yakni menulis permulaan dan menulis lanjut.

Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menulis deskripsi di Sekolah Dasar banyak mengalami hambatan karena ada beberapa faktor salah satunya adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat, sehingga menyulitkan guru untuk mengembangkan kemampuan menukis deskripsi siswa. Pembelajaran menulis deskripsi di Sekolah Dasar pada saat ini masih banyak diterapkan dengan metode konvensional yaitu pembelajaran yang berfokus pada metode ceramah sehingga membuat siswa menjadi bosan dan sulit menerima pelajaran. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa dalam materi menulis deskripsi rendah dan perlu ditingkatkan. Kemampuan menulis deskripsi dirasakan sangat penting dan perlu di tingkatkan karena kemampuan menulis deskripsi merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap siswa untuk melatih kreatifitas dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk suatu karangan.

Hasil pengamatan tersebut penulis menemukan kendala yang sama pada siswa kelas IV di SD Negeri I Suruhkalang, dimana siswa mengalami kesulitan menulis, siswa mengalami kesulitan di dalam menyusun kata-kata dengan bahasanya sendiri dan siswa kurang berkembang dalam menulis karena terbatasnya ide, pendapat dan pengetahuan menulis siswa karena metode yang diterapkan masih konvensional. Dari hasil data yang ada menyebutkan bahwa nilai dari siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang yang berjumlah 32 siswa pada kondisi awal (Lampiran 10 hal 134), terdiri atas 17 siswa mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) dan 15 siswa mendapat nilai dibawah KKM. Dari data tersebut menunjukkan bahwa 53,17% siswa mendapatkan nilai


(21)

commit to user

3

yaitu 60. Ini berarti kemampuan menulis siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang masih tergolong rendah dan perlu ditingkatkan agar tercapai nilai hasil belajar siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti kemudian mencari cara untuk dapat memperbaiki proses dan hasil belajar tersebut dengan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual ( constextual teaching and learning-CTL ). Ada beberapa model pembelajaran yaitu 1) model pembelajaran kooperatif. 2) model pembelajaran kontekstual. 3) model pembelajaran quantum. 4) model pembelajaran terpadu. 5) model pembelajaran berbasis masalah. Dari beberapa model pembelajaran di atas penulis menggunakan model pembelajaran kontekstual karena pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang melibatkan dunia nyata atau objek langsung sehingga diharapkan dapat membantu dan mempermudah siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis deskripsi. Pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. ( Sugiyanto, 2009: 14).

Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14) Pembelajaran kontekstual adalah proses pendidikan dimana siswa menghubungkan kehidupan keseharian mereka dengan materi pembelajaran yang mempunyai keterkaitan dengan keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan secara alamiah dan belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya sekedar mengetahui, hal inilah yang menjadi keterkaitan model pembelajaran kontekstual dengan menulis deskripsi yaitu dimana siswa dapat menulis deskripsi berdasarkan keadaan nyata atau objek langsung yang diamati. Model pembelajaran kontekstual proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa secara terus menerus tetapi kerja siswa secara mandiri. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada 7 komponen yang melandasi tujuan pembelajaran kontekstual


(22)

commit to user

yaitu : kontruktivisme ( Construktivism ), bertanya ( Questioning ), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar ( Learning community ), pemodelan ( Modeling ), dan penilaian sebenarnya ( authentic assessment ).

Melalui 7 komponen di atas dapat diterapkan dalam peningkatan kemampuan menulis siswa dan di harapkan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual learning dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dan mengatasi berbagai masalah yang ada yaitu: situasi belajar yang kondusif, guru tidak lagi menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa lebih aktif dan kreatif dan memotivasi guru untuk menemukan model pembelajaran yang baru guna meningkatkan minat siswa dan kemampuan siswa dalam menulis terutama menulis deskripsi.

Berdasarkan uraian di atas, untuk membuktikan lebih lanjut peneliti melakukan penelitian dengan judul ” MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011 ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

” Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011? ”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi melalui model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang


(23)

commit to user

5

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus bermanfaat terhadap para pembaca maupun peneliti sendiri. Adapun manfaat yang diharapkan adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan kepada pendidik untuk dapat meningkatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar melalui model pembelajaran kontekstual dan menambah pengembangan proses pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif dan menyenangkan.

b. Membantu pembinaan murid untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan menulis deskripsi dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran kontekstual.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat : a. Bagi Guru

Bagi guru hasil penelitian ini bermanfaat untuk memecahkan permasalahan dan cara mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan inovasi pengembangan kualitas pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan kontekstual karena dalam proses pembelajaran kontekstual dapat meningkatakan kreativitas guru dan tidak lagi mengacu pada model pembelajaran konvensional yang selama ini sering diterapkan pada saat proses pembalajaran.

b. Bagi siswa

Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan siswa dalam menulis deskripsi, menggali potensi siswa dalam menulis deskripsi, dan meningkatkan minat atau antusias siswa dalam menulis deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan menjadikan suasana pembelajaran lebih menyenangkan karena menambah pemahaman siswa tentang menulis deskripsi.


(24)

commit to user c. Bagi sekolah

Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk menumbuhkan inovasi sekolah dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan sumbangan yang positif khususnya dalam pelajaran bahasa indonesia dengan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatakan kemampuan menulis deskripsi siswa, untuk itu sekolah dapat membantu sarana dan prasarana untuk menunjang inovasi tersebut, karena dalam proses pembelajaran dengan model kontekstual menggunakan media atau bahan ajar yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

d. Bagi peneliti

Bagi peneliti hasil penalitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai penggunaaan model pembelajaran yang tepata dalam proses pembelajaran dan memperoleh bukti bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis diskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.


(25)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah pengetahuan atau kecakapan yang terlihat Kemampuan mencangkup pula bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya. Kemampuan dapat dikatakan sebagai kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 623) bersal dari kata “ mampu “ yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau potensi diri sendiri. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Menurut Chaplin (1997: 34) “ ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. Sedangkan menurut Keith Davis dalam mangkunegara (2000) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) di atas rata-rata dan dengan pendidikan yang memadai serta terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksiamal.

Kemampuan menurut Ubaidillah Nugraha (2003) mengungkapkan bahwa kemampuan adalah keterampilan untuk mengeluarkan semua segala daya internal, keunggulan, dan bakat agar bisa mendatangkan manfaat bagi


(26)

commit to user

diri sendiri maupun orang lain. Keterampilan diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu dengan tepat dan mahir.

Menurut Akhmad sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.

Kemampuan merupakan suatu kekuatan untuk menunjukkan suatu tindakan atau tugas khusus baik secara fisik maupun mental, dimana setiap tindakan atau tugas yang berbeda menuntut kemampuan yang berbeda pula. Selain itu kemampuan juga dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menunjukkan tindakan yang bersifat responsif, terkoordinasi, dan pemecahan suatu masalah.

Menurut Robbins (2000: 46-48) menyatakan bahwa kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Dan kemampuan terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu pengetahuan atau kecakapan untuk menunjukkan suatu tindakan khusus, baik secara fisik maupun mental. Kemampuan mencangkup bakat dan prestasi yang bisa mendatangkan suatu manfaat bagi dirinya dan orang lain serta dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menunjukkan tindakan responsif dan pemecahan problem mental.

b. Karakteristik Kemampuan

Kemampuan mempengaruhi langsung fisik dan mental seseorang. Untuk mengetahui seseorang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan yang diinginkan dapat diketahui dengan melihat karakteristik atau ciri-cirinya. Karakteristik kemampuan atau ciri-ciri kemampuan ada tiga macam yaitu : 1) Kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang menekankan pada aspek intelektual individu yang terdiri dari :


(27)

commit to user

9

a) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan yang mencangkup kemampuan kognitif adalah pengetahuan hafalan yang merupakan tingkatan terendah/sederhana yang berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, prinsip, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan sebagainya.

b) Pemahaman

Pemahaman yang mencangkup kemampuan kognitif adalah pemahaman yang berhubungan dengan sejenis pemahaman yang menunjukkan bahwa seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan sebagai bahan pengetahuan atau ide tertentu tanpa perlu menghubungkannya dengan bahan lainnya. Selain itu kemampuan pemahaman adalah kemampuan membedakan, mengubah, mempersiapkan, menanyakan, mengatur, menjelaskan, mendemonstrasikan, dan memberi contoh.

c) Penerapan

Penerapan adalah kesanggupan menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hokum, dan situasi yang baru. Penerapan dapat berbentuk prosedur, gagasan umum, atau metode yang diterapkan dalam proses pemecahan masalah.

d) Analisis

Analisis mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur pokoknya sedemikian rupa sehingga menjadi jelas apa maksud ide tersebut, atau hubungan antar unsumya menjadi jelas. Analisis seperti itu dimaksudkan memperjelas ide yang bersangkutan, atau untuk menunjukkan bagaimana ide itu disusun. Di samping itu juga dimaksudkan untuk menunjukkan caranya menimbulkan efek maupun dasar dan penggolongannya.

e) Sintesis

Sintesis adalah merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Sintesis memerlukan kemampuan


(28)

commit to user

hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis agar dapat menemukan sesuatu yang baru untuk lebih mudah dikembangkan.

f) Evaluasi

Evaluasi merupakan kesanggupan memberi keputusan tentang nilai suatu berdasarkan pendapat yang dimiliki dan kriteria yang dipakainya. Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu. Penilaian diadakan untuk melihat sejauh mana bahan dan metode memenuhi kriteria tertentu.

2) Kemampuan Afektif

Kemampuan afektif adalah kemampuan yang menekankan pada aspek sikap, emosi dan perasaan individu yang terdiri dari :

a) Menerima

Menerima yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan/stimulus dari luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau keadaan. Dalam hal ini kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dsan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Merespon

Merespon merupakan kesengajaan untuk menanggapi jawaban yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang

c) Penilaian

Penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

d) Organisasi

Organisasi yaitu kemampuan membentuk pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk menemukan hubungan satu nilai dengan nilai dan kemantapan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang


(29)

commit to user

11

termasuk dalam organisai adalah konsep tentang nilai, organisasi dan sistem nilai.

e) Karakteristik nilai

Karakteristik nilai yaitu keterpaduan dari semua nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Kemampuan psikomotor

Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang menekankan pada aspek keterampilan motorik individu yang terdiri dari :

a) Persepsi

Persepsi adalah kegiatan yang bersifat motoris yaitu menyadari obyek, sifat, atau hubungan-hubungan melalui alat indera. Langkah inilah bagian utama dalam rangkaian situasi-situasi interprestasi tindakan yang menimbulkan suatu kegiatan yang bersifat motoris.

b) Respon terbimbing

Respon terbimbing adalah tingkat permulaan dalam mengembangkan keterampilan motoris. Yang ditekankan ialah kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dan keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan bimbingan individu lain.

c) Respon mekanis

Respon mekanis adalah taraf kemampuan dan keterampilan seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Terbentuknya kebiasaan dalam dirinya untuk merespon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi.

d) Respon kompleks

Respon kompleks adalah taraf individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efisien


(30)

commit to user

dan lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit mungkinan.

c. Klasifikasi Kemampuan

Kemampuan dapat dilihat dari tingkatan atau klasifikasinya. Klasifikasi kemampuan dibedakan menjadi dua yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Menurut Robbins (2000: 46-48) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari :

1) Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berfikir, menalar dan memecahkan masalah individu. Sebagian besar individu yang cerdas juga lebih mungkin menjadi pemimpin dalam suatu kelompok karena menempatkan kecerdasan untuk alasan yang tepat dan pada nilai tertinggi.

Kemampuan intelektual biasanya lebih dominan pada saat mngerjakan hal-hal yang bersifat akademis dan formal, misalnya menghadapi ujian sekolah,ujian mencari pekerjaan ataupun kemampuan memecahkan masalah umum dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mempunyai kemampuan intelektual di atas rata-rata biasa disebut anak jenius atau mempunyai tingkat kemampuan intelegensi yang tinggi.

2) Kemampuan fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik fisik. Kemampuan fisik lebih ditekankan pada kekuatan badan (raga) dalam melakukan sesuatu atau aktivitas dan kemampuan fisik setiap individu berbeda-beda.

Kemampuan fisik biasanya lebih dominan pada saat melakukan hal-hal yang bersifat jasmani atau kemampuan tubuh seseorang dalam melakukan suatu hal yang membutuhkan kekuatan fisik atau tubuh, misalnya kemampuan fisik yang di atas rata-rata adalah pada seorang atlet


(31)

commit to user

13

olahraga yang mempunyai kemampuan fisik di atas rata-rata dari pada orang normal.

d. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang yang bersifat produktif, karena menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat, dan menjadi satu gagasan. Menulis adalah sebuah bentuk komunikasi yang berupa pesan yang disampaikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan.

Menurut Tarigan dalam St.Y. Slamet (2008: 99) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Puji Santoso (2008:64) berpendapat bahwa menulis merupakan sebuah proses atau hasil kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Sedangkan menurut McCrimmon dalam St.Y. Slamet (2008:96) menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus (2007:3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsure, yaitu : Penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan


(32)

commit to user

pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari tepai justru dikuasai. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, karena menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi satu gagasan alinea. Selain itu menulis adalah kegiatan dalam bentuk komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada orang lain.

Menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempumyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Menulis adalah salah satu cara dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan gagasan, pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Contoh bentuk menulis dalam berkomunikasi kepada orang lain adalah menulis karangan, menulis surat, menulis puisi, menulis laporan dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain yang berisi suatu rangkaian kegiatan pengungkapan gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalaman dengan bahasa tulis yang diorganisasikan secara logis dan sistematis sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

e. Ragam Menulis

Suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu isi dan cara pengungkapan atu penyajian. Banyak cara yang dipilih untuk mengemukakan gagasan dalam sebuah tulisan. Suparno dan M. Yunus (2007:11) berpendapat bahwa tulisan atau karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau jenis yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Menurut St.Y. Slamet (2008:103) bentuk menulis terdiri dari ragam wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Berdasarkan


(33)

commit to user

15

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis dapat berbentuk deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Melalui deskripsi seorang penulis menolong pembaca menemukan ketajaman perasaan, penglihatan, pengaruh emosi dan menciptakan imajinasi berdasarkan pengalaman penulisnya.

Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya suatu hal. Narasi mempunyai ciri-ciri yaitu berisi cerita tentang kehidupan manusia, peristiwa yang merupakan kehidupan nyata, dalam peristiwa tersebut ada konflik dan diceritakan dalam tulisan narasi dengan menggunakan cara kronologis.

Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Dalam eksposisi yang disampaikan oloeh penulis adalah sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya. Dengan demikian eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuannya untuk memberitahukan atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas dan menambah pengetahuan pembacanya.

Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga


(34)

commit to user

dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Dalam menulis argumentasi penulis dituntut untuk dapat menyajikan pendapatnya secara logis, kritis dan sistematis. Penulis juga harus dapat menyampaikan bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.

Persuasi adalah ragam wacana yang ditulis untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional atau psikologis karena persuasi bertujuan mencapai kesepakatan dengan dengan orang yang dipersuasi, selain itu penulis persuasi mempersembahkan fakta dan opini yang dapat diperoleh pembaca untuk dimengerti. Contoh tulisan persuasi adalah iklan, selebaran atau kampanye. Dengan demikian dapat disimpulkan persuasi adalah suatu bentuk wacana yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan oleh penulisnya.

f. Menulis Deskripsi

Suatu karangan deskripsi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, isi tulisan/karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Kegiatan menulis bukanlah pekerjaan sulit, bercerita lalu menuliskan di atas kertas, tetapi hal itu membutuhkan kemampuan apalagi dalam menulis deskripsi yang pada intinya adalah menulis dalam bentuk wacana yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca.

Menurut Suparno dan Yunus (2008:46) kata deskripsi berasal dari bahasa latin “describere” yang berarti melukiskan atau menggambarkan sesuatu. Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan kenyataan sebenarnya, sehingga pembaca dapat


(35)

commit to user

17

melihat, mendengar, mencium, dan merasakan yang ditulis sesuai dengan citra penulisnya.

Deskripsi adalah suatu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.

Menurut Keraf menulis deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata pembaca, seakan-akan pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, benda, orang atau sensasi.

Karangan atau karya tulis deskripsi memiliki ciri-ciri, yaitu 1) Berupaya memperlihatkan rincian tentang objek. 2) Lebih bersifat

mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. 3) Umumnya menyangkut objek benda, alam, warna, dan manusia. 4) Oraganisasi penyajiannya dengan gaya bahasa yang memikat sehingga menarik pembacanya.

Pola pengembangan karangan deskripsi ada 3, yaitu 1) Karangan deskripsi spasial, karangan ini menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat. 2) Karangan deskripsi subjektif, karangan ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis. 3) Karangan deskripsi objektif, karangan ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Menulis deskripsi juga harus memperhatikan langkah-langkahnya agar menulis lebih teratur dan sesuai dengan apa yang akan dideskripsikan. Berikut adalah langkah-langkah dalam menulis deskripsi yaitu 1) Tentukan tujuan, dimana sebelum menulis deskripsi kita harus menentukan tujuan kita menulis agar apa yang ditulis sesuai dengan arah tulisan/karangan yang dibuat. 2) Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, agar tulisan yang kita buat jelas mengenai objek yang kita pilih dan menggambarkan objek yang


(36)

commit to user

sesungguhnya kedalam tulisan. 3) Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan, semakin banyak data yang terkumpul mengenai objek yang kan dideskripsikan akan semakin mempermudah kita dalam menulis deskripsi. 4) Menyususn data tersebut ke dalam urutan yang baik, mengenai urutan lokasi atau tempat dan waktu sebelum membuat kerangka karangan. 5) Menyusun kerangka karangan dan menguraikan kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik menurut Sabarti Akhadiah dalam Suparno dan Yunus (2008:48) dituntut tiga hal, yaitu 1) Kesanggupan berbahasa lisan yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. 2) kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dideskripsikan. 3) Kemampauan memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dari keterhidupan deskripsi.

g. Tujuan Menulis Deskripsi

Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskipsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindera kita, sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, kebun binatang, pasar, terminal, bahkan wajah seseorang yang cantik molek, atau seseorang yang sedang menangis, alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya.

Tujuan menulis deskripsi dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yaitu 1) Segi penulis, terdapat beberapa macam tujuan menulis yaitu memberi tahu, mengajar, meyakinkan, menghibur dan mengekspresikan peranan. 2) Segi pembaca, penulis tidak hanya memilih satu pokok pembicaraan yang cocok, tetapi juga harus menentukan pembacanya dari pertimbangaan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, budaya, agama, politik, dan sebagainya. 3) Segi


(37)

commit to user

19

berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu dan tempat. Tujuan menulis adalah untuk menyampaikan pesan, informasi, dan tujuan dari penulis melalui tulisan itu sendiri.

Tujuan Menulis menurut Iskandarwassid (2008) mengemukakan bahawa tujuan menulis berdasarkan tingkatannya adalah menulis tingkat pemula, menulis tingkat menengah, menulis tingkat lanjut. Lebih jelasnya tujuan menulis berdasarkan tingkat lanjut yang berhubungan dengan menulis deskripsi atau menulis karangan deskripsi secara umum bertujuan untuk 1) Menceritakan sesuatu, baik hal-hal yang detail, hal-hal yang diamati secara langsung maupun menceritakan imajinasi atau ide dan gagasan yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. 2) Memberikan petunjuk atau pengarahan mengenai suatu hal atau objek yang diamati dalam menulis deskripsi yang berupa langkah-lagkah mengenai suatu perintah baik langsung dan tidak langsung. 3) Menjelaskan sesuatu hal yang belum dimengerti dari hasil objek yang diamati tau objek yang dijadikan tema karangan. 4) Meyakinkan dan memberitahukan secara langsung dan tidak langsung kepada pembaca bahwa tulisan yang ditulis merupakan sesuatu hal yang bisa dipahami atau dimengerti dari objek yang diamati dalam menulis karangan deskripsi. 5) Merangkum atau menyimpulkan isi dari tulisan yang dibuat berdasarkan tema dari objek yang diamati.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan menulis adalah memberitahu, mengekspresikan peranan, menentukan pembaca, dan menyampaikan informasi dari penulis kepada pembaca mengenai berlangsungnya suatu halt au kejadian tertentu.

h. Manfaat Menulis Deskripsi

Manfaat menulis adalah sebagai sarana pengungkapan diri, mengembangkan daya kreativitas dan mengembangkan tentang pemahaman bahasa terutama bahasa tulis. Manfaat menulis lebih jelasnya lagi adalah sebagai bentuk untuk pengekspresian diri yang dapat diungkapkan dalam bentuk tulisan


(38)

commit to user

Menurut Suparno dan Yunus (2008:4) Manfaat menulis adalah untuk menungkatakan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif atau kreativitas, menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan atau kemampuan mengumpulkan informasi.

Kegiatan menulis banyak manfaatnya, antara lain : 1) Menulis itu penting supaya ilmu tidak hilang. Jika ilmu diibaratkan hewan buruan, maka menulis adalah tali kekangnya. Supaya hewan buruan tidak lari kemana-mana, mesti ada tali kekangnya. Demikian pula dengan ilmu dan menulis. 2) Menulis untuk mengoptimalkan otak kanan. Otak kanan ini yang berfungsi untuk hal-hal “non-logical”, semacam mempertajam perasaan, misalanya. menumbuhkan rasa empati, meningkatkan sensitivitas, meningkatkan kreativitas, dll. 3) Menulis itu untuk mengurangi kesulitan seseorang memahami sesuatu hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan maupun hal-umum dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat menulis antara lain adalah : 1) Mengurangi stres. Kondisi mental orang-orang yang terbiasa mengekspresikan emosi atau masalah dengan menulis, lebih stabil dibandingkan orang yang tidak biasa menulis. 2) Menjaga semangat dan komitmen. Setiap tulisan yang kita buat akan mengingatkan kita pada komitmen yang telah kita buat, dan itu adalah obat yang sangat baik untuk membangkitkan semangat yang kerap kali pudar di tengah jalan. 3) Mencari dan memperkaya inspirasi. Menulis tentang sesuatu akan mendorong kita untuk mencari hal yang akan memperkuat materi penulisan. 4) Meningkatkan kreativitas. Menulis yang rutin lama-kelamaan akan mendorong kita untuk terus menggali lebih dalam bagaimana cara menulis yang baik, penyampaian yang sistematis, dan gaya penulisan yang menarik. 5) Menyimpan memori. Menyimpan memori adalah salah satu “tujuan utama” sebagian orang menulis, baik itu buku harian, buku umum ataupun dalam blog di internet dan lain-lain.

Secara umum kegiatan menulis banyak manfaatnya yaitu 1) Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan


(39)

commit to user

21

hubungkan beberapa gagasan tau pemikiran. 3) dapat memperluas wawasan dan kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk terapan. 4) Dapat menjelaskan dan mempertegas suatu masalah. 5) Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. 6) Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. 7) Dapat membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secar baik dan benar sesuai tata kaidah kebahasaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa manfaat menulis adalah untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan kreatifitas, mengungkapakan perasaan dan mengembangkan kemampuan berbahasa secara baik dan benar sesuai tata kaidah kebahasaan.

i. Penilaian menulis Deskripsi

Dalam menilai keterampilan menulis deskripsi penilaian di SD lebih sulit dilaksanakan dibanding dengan penilaian keterampilan menulis lainnya karena persiapan, pelaksanaan, dan perskorannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. Memang banyak sekali aspek atau faktor yang harus diidentifikasi dalam penilaian keterampilan menulis. Semua ini merupakan masalah penilaian keterampilan menulis yang harus dihadapi guru. Namun demikian, upaya melaksanakan penilaian keterampilan menulis harus dilaksanakan demi pencapaian tujuan pembelajaran keterampilan menulis yang diharapkan.

Keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik dan banyak latihan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya perlu diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010 : 440) mengungkapakan bahwa komponen penilaian menulis deskripsi meliputi beberapa aspek format penilaian dan deskriptor penilaian ( Lampiran 7 hal 122).


(40)

commit to user

Komponen-komponen yang perlu diperhatikan khusus dalam tes (penilaian) menulis deskripsi adalah seperti tabel 1 berikut:

Tabel 1. Komponen-komponen penilaian menulis deskripsi No Nama

Siswa

Aspek Yang Dinilai Skor

Total Ket Isi Organisasi Kosa

kata

Pengembangan Bahasa

Mekanik

Keterangan :

Nama Aspek Yang Dinilai Jumlah

Isi Organisasi Kosa kata Pengembangan Bahasa

Mekanik

X 30 25 20 15 10 100

Kriteria Penilaian NA (NilaiAkhir) = 30 + 25 + 20 + 15 + 10 = 100 ( Skor Akhir)

2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Tujuan kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif, untuk mencapai hal tersebut perlu adanya kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi merencanakan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran ada banyak macamnya salah satunya adalah model pembelajaran kontekstual.


(41)

commit to user

23

Menurut Mills dalam Agus Supriyono (2010:45) Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide.

Menurut Rusman ( 2010:144) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk rencana pembelajaran, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Menurut Chauhan dalam Abdul Aziz Wahab (2009:52) mengungkapkan bahwa “ Model of teaching be defined as an instructional design which describes the proses of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior”. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai desain intuksional yang mendeskripsikan proses dalam merinci dan menghasilkan situasi lingkungan yang menyebabkan siswa berinteraksi sehingga suatu perubahan yang spesifik tercermin dalam perilaku mereka. Degan memperhatikan pendapat tersebut model pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.


(42)

commit to user

Pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. ( Sugiyanto, 2009: 14).

Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14) pembelajaran kontekstual adalah proses pendidikan dimana siswa menghubungkan kehidupan keseharian mereka dengan materi pembelajaran yang mempunyai keterkaitan dengan keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka, karena anak belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah dan belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya sekedar mengetahui.

Menurut Johnson (2009: 65) mendefinisikan pembelajaran kontekstual/CTL sebagai berikut :

“ Kontekstual/CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam mendorong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik”.

Menurut Rusman (2010: 187) pembelajaran kontekstual/CTL adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Inti dari CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang bisa dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati


(43)

commit to user

25

memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual selain lebuh menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

b. Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sasaran utamanya untuk mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian. Memahami prinsip ini model pembelajaran kontekstual menerapkan tiga prinsip dalam pelaksanan pembelajarannya. Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009: 15) Pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesaling-bergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri. Ada tiga pilar dalam sistem pembelajaran kontekstual/CTL, yaitu:

1) CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan.

Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi.

Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda dan tahapan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.

Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilai autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntutan tujuan yang jelas dan


(44)

commit to user

standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.

Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dengan kontekstual (CTL) dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa menfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya, mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajarai sesuatau yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk mencipatakan kondisi tersebut diperlukan sebuah strategi belajar yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi pembelajaran kontekstual/CTL siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual bersifat aktif, kreatif dan gembira dalam proses pembelajaran, karena berhubungan dengan situasi dunia nyata. Menurut Sugiyanto (2009: 23) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik kelas yang menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah:

1) Pengalaman nyata

Pengalaman nyata adalah memberikan pengalaman nyata kepada siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengalaman nyata yang diberikan adalah bentuk pengamatan objek secara langsung dialami, dilihat dan dimengerti oleh siwa pada saat menerima pelajaran sehingga siswa menyadari betul bahwa pengalaman nyata yang diberikan guru benar-benar ada dilingkungan kehidupan sehari-hari.

2) Kerja sama yang saling menunjang


(45)

commit to user

27

proses pembelajaran kontekstual yang sebenarnya dan dilaksanakan secara benar yaitu dimana guru memfasilitasi dan memotivasi siswa sehingga siswa melaksanakan apa perintah guru berdasarkan prinsip pelaksanaan pembelajaran kontekstual.

3) Gembira belajar dengan bergairah

Pembelajaran kontektual di dalam kelas bersifat gembira belajar dengan bergairah yaitu membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran karena ada gairah dalam belajar maka dalam proses pelaksanaan model pembelajaran kontekstual siswa dapat nyaman di dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar.

4) Pembelajaran terintegrasi

Pembelajaran terintegrasi adalah proses pembelajaran yang menyeluruh namun membentuk satu kesatuan dalam kegiatan belajar mengajar dimana antara guru dan siswa bergabung atau berpadu dalam melaksanakan model pembelajaran kontekstual

5) Menggunakan berbagai sumber

Sumber pembelajaran dalam proses pembelajaran kontekstual tidak hanya berasal dari buku yang bersifat teori tetapi sumbernya dapat berupa keadaan lingkungan kehidupan sekitar dan kehidupan sehari hari sebagai objek materi pembelajaran.

6) Siswa aktif dan kritis

Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa secara tidak langsung akan berfikir kritis dan aktif terhadap materi atau objek pembelajaran karena siswa dapat mengembangkan ide atau gagasannya sesua dengan apa yang dilihat dan dialaminya.

7) Menyenangkan tidak membosankan.

Model pembelajaran kontekstual bersifat menyenangkan dan tidak membosankan karena proses pembelajaran dapat dilakukan diluar kelas sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh seperti selalu di dalam kelas saat menerima pelajaran lain.


(46)

commit to user 8) Diskusi dengan teman

Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa dapat berdiskusi, bercerita, dan bertanya kepada siswa lain mengenai apa yang diterima dalam proses pembelajaran karena adanya perbedaan dan persamaan pemahaman siswa akan semakin menghidupkan suasana kegiatan belajar mengajar.

9) Guru kreatif.

Guru dituntut untuk lebuh kreatif dalam membimmbing siswa dalam proses pembelajaran kontekstual karena hal-hal yang baru dalam pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan siswa agar proses pembelajaran kontekstual dapat berjalan maksimal.

d. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa komponen dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang saling terintegrasi atau berhubungan untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto (2009: 17) tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

1) Kontruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi oleh dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu: objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut. Asumsi ini melandasi pembelajaran kontekstual yang pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata yang dibangun oleh individu atau siswa.


(47)

commit to user

29

2) Inkuiri

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencairan dan penemuan melaui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1) merumuskan masalah, 2) mengajukan hipotesa, 3) mengumpulkan data, 4) menguji hipotesis, 5) membuat kesimpulan. Penerapan inkuiri pada pembelajaran kontekstual dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir sistematis akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan kreatifitas.

3) Bertanya

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuan pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam model pembelajaran kontekstual guru tudak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif

4) Masyarakat belajar

Masyarakat belajar adalah Pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam model pembelajaran kontekstual hasil belajar dapat diperoleh dari hasil diskusi dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan melaui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.


(48)

commit to user 5) Pemodelan

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagam suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh membaca berita, membaca lafal bahasa, mengoperasikan instrument memerlukan contoh agar siswa dapat mengerjakan dengan benar. Dengan demikian Pemodelan merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual, karena melalui pembelajaran kontekstual siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. Perlu juga dipahami bahwa Pemodelan tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat memanfaatkan siswa atau sumber lain yang mempunyai pengalaman dan keahlian.

6) Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilauinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif atau negatif. Melaui refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya serta menambah khazanah pengetahuannya.

7) Penilaian nyata

Penailaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental maupun psikomotorik. Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada proses belajar daripada terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan dilakukan secara terintegrasi. Dalam pembelajaran kontekstual keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.


(1)

commit to user

83

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi

pada siswa kelas V SD Negeri 01 Suruhkalang tahun ajaran 2010/2011. Hal ini

terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa

56,18 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 53,13%, siklus I nilai

rata-rata kelas 61,34 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71,88% dan siklus

II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,96 dengan persentase ketuntasan

klasikal sebesar 90,62%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran

kontekstual dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi

pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang tahun ajaran 2010/2011 karena

model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang

menyenangkan, bekerja secara kelompok tetapi lebih menekankan pada individu

dengan memerlukan ketelitian siswa dalam mengamati suatu objek nyata

berdasarkan pengamatan langsung.

B.

Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka implikasi penelitian

tindakan kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri 01

Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011,

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas

IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini

menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

salah satu acuan untuk menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada materi yang sesuai. Dari hasil penelitian ini,


(2)

commit to user

maka penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat dioptimalkan untuk

meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dalam

upaya meningkatkan nilai kemampuan menulis deskripsi maupun materi menulis

karangan yang lainnya. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran yaitu: penggunaan metode,media pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran.

C.

Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa

saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1.

Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi guru, karena kompetensi

tersebut berpengaruh pada kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu,

kepala sekolah disarankan untuk memotivasi guru guna meningkatkan

kompetensinya agar lebih memperluas wawasan mengenai model-model

pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Untuk itu

Peneliti menyarankan penggunaan model pembelajaran kontekstual sebagai

model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas

tinggi sekolah dasar. Penggunaan Model pembelajaran kontekstual dapat

menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi menulis

siswa karena siswa diajak mengamati objek nyata secara langsung sehingga

sangat bermanfaat dan meningkatkan kualitas hasil menulis siswa.

2.

Bagi Guru

Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan

salah satunya dengan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran

menulis deskripsi. Siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi dan tercipta

suasana pembelajaran yang baru dan kondusif. Hal ini membuat siswa tidak


(3)

commit to user

mudah bosan dan tetap semangat untuk mengikuti proses pembelajaran yang

melibatkan situasi dunia nyata atau objek langsung, sehingga memudahkan

siswa untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan karena berhadapan

langsung dengan objek yang akan mereka gambarkan dalam bentuk tulisan.

3.

Bagi Siswa

Siswa harus lebih berperan secara aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran menulis khususnya menulis deskripsi melalui model

pembelajaran kontekstual, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

dengan baik dan hasil yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Di

samping itu siswa perlu memberikan masukan ataupun saran apabila siswa

kurang setuju terhadap cara mengajar guru yang bersangkutan, sehingga

pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dapat berlangsung

secara efektif dan efisien.


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Wahab. 2009.

Metode dan model-medel mengajar.

Bandung :

Alfabeta.

Ahmad Rofiudin dan Darmayati Zuhdi. 2002.

Pendidikan dan Sastra Indonesia di

Kelas Tingg.

Malang : UNM.

Agus suprijono. 2010

. Cooperative Learning (Teori dan aplikasi PAIKEM)

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Burhan Nurgiyantoro, 2010.

Penilaian Pembelajaran Bahasa

. Yogyakarta

:BPFE-Yogyakarta.

Berry Dwi Santi Kismawati. 2010.

Peningkatan Kemampuan Menghitung

Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Kedungwinong I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun

Pelajaran 2009/2010

. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Daryanto. 2005.

Evaluasi Pendidikan

. Jakarta : Rineka Cipta.

Goris Keraf. 2004.

Komposisi.

Semarang : Bineka Putra

Iskandarwassid (2008) dalam (

http://dyahprihastuty.blogspot.com/

diunduh

tanggal 8 februari 2011)

Johnson, B. Elaine. 2009.

Contextual Teaching and Learning

. Diterjemahkan oleh

Ibnu Setiyawan. Bandung : MLC.

J.S. Badudu. 1996.

Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III.

Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama


(5)

commit to user

Miles, Matthew B and Michael Hubbermann. 2007.

Analisis Data Kualitatif

.

Jakarta: UIP.

M. Faisal, dkk. 2009.

Kajian Bahasa Indonesia SD

. Jakarta : Dikti Depdiknas.

Puji santoso, dkk. 2008.

Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Rusman. 2010

. Model-Model Pembelajaran.

Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Rusmiyati, dkk. 2004.

Bahasa Indonesia 4

. Jakarta : Bumi Aksara.

Sarwiji Suwandi. 2009.

Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.

Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru

Sugiyanto. 2009.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

. Surakarta : UNS Press

Sugiyono. 2008.

Metodologi Penelitian Pemdidikan

. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2008.

Penelitian Tindakan Kelas

. Jakarta : Bumi Aksara.

Suparno dan Yunus. 2007.

Keterampilan Dasar Menulis.

Jakarta : Universitas

Terbuka.

St. Y. Slamet. 2007.

Dasar-Dasar Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Dasar

. Surakarta : UNS Press

St. Y. Slamet. 2008.

Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia

. Surakarta :

UNS Press

Tri Yudowibowo. 2010.

Penerapan Strategi pembelajaran Student teams

Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis

Deskripsi Pada Siswa Kelas SMKN 2 Ngawi Tahun Ajaran 20009/2010.

Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(6)

commit to user

_________. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS Press

Ubaidillah Nugraha (2003) dalam (

http://tobukas.wordpress.com

diunduh tanggal 7

februari 2011)

Chaplin (1997: 34)

dalam (http://www.digilib.petra.ac.id

diunduh tanggal 7

Februari 2011)

Robbins (2000: 46-48) dalam

(http://digilib.petra.ac.id

diunduh tanggal 7 Februari 2011)

Keith Davis dalam mangkunegara (2000)

(http://www.digilib.petra.ac.id

diunduh

tanggal 7 Februari 2011)

Ahkmad Sudrajat dalam

(http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com

diunduh tanggal 7

Februari 2011)


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SLARANG LOR 02 TEGAL

0 8 163

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MELEMPAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BULU 01, KEC. POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

7 47 110

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IVC SD NEGERI 03 JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

1 10 210

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 137

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JAPANAN 2 KLATEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 3 136

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 GOMBANG TAHUN AJARAN 2010 2011

0 7 76

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

PENDAHULUAN Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 3 13

MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLON COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 18