nilai probalitas p= 0,015 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan tokoh masyarakat dengan pemberian Imunisasi Hepatitis B.
Tabel 4.15. Hubungan Faktor Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah
Kabupaten Rokan Hilir
No Faktor Penguat
Imunisasi Hepatitis B aiNilai
p Lengkap Tidak Lengkap Total
n n n
1. Peran Petugas Kes
Baik 14 100,0 0 0
14 100,0 0,005 Cukup 32 100,0
Kurang 1 3,6 0 0
27 96,4 32 100,0
28 100,0 2.
Dukungan Tokoh Masy Baik 24 82,7
Cukup 20 68,9 Kurang 3 18,8
5 17,3 9 31,1
13 81,2 29 100,0 0,015
29 100,0 16 100,0
4.6. Hasil Analisis Multivariat
Analisis multivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen dan sekaligus melihat variabel
paling dominan dari variabel independen terhadap dependen dengan pertimbangan pada analisis bivariat uji chi square terdapat variabel. yang mempunyai nilai
p=0.05, untuk mencari faktor predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B dengan melalui langkah-langkah :
1. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
menestimasi peranan variabel masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan kedalam model.
Variabel yang dipilih atau dianggap signifikan yaitu variabel yang mempunyai nilai p kurang 0,025 p 0,025.
3. Setelah diidentifikasi variabel yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian
secara bersama- sama dengan metode enter untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B
dengan nilap p 0,05 dan dimasukkan dalam model persamaan regresi linear berganda.
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B yaitu sikap, fasilitas, peran petugas kesehatan dan
dukungan tokoh masyarakat. Tahap selanjutnya keenam variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariate.
Analisis Multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap pemberian Imunisasi
Hepatitis B. Dalam pemodelan ini semua variabel yang memiliki nilai p 0,25 akan dikeluarkan secara bertahap backward selection seperti pada tabel 4.16 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Pengaruh Faktor Presdiposisi, Pemungkin dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis
B pada Bayi di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
onstant ,069
,090 ,773
,442 kap
,160 ,047
,154 3,364 ,001
silitas ,666
,072 ,660 9,206 ,0001
ran Petugas Kes. ,207
,049 ,313 4,178 ,0005
kungan Toma ,081
,032 -,128 -2,490
,015 Setelah dikeluarkan variabel dengan nilap p 0,05 secara bertahap, maka
didapatkan 1 variabel yang akan masuk sebagai kandidat model yaitu fasilitas. Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh fasilitas.
Variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B adalah fasilitas dengan nilai p= 0,00.
Hasil penelitian ini memiliki persamaan regresi : Y = 0,069 konstanta + 0.160 sikap + 0.666 fasilitas + 0,207 peran
petugas kesehatan + 0,081dukungan tokoh masyarakat. Berdasarkan persamaan ini dapat diperkirakan fasilitas kesehatan paling
berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B. Persamaan regresi Linear Berganda tersebut memprediksikan paling besar
pengaruh fasilitas terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B. Berdasarkan hasil uji regresi Linear Berganda pada Tabel 4.16 dari 4 variabel sikap,fasilitas, peran tenaga
kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat ternyata variabel yang paling berpengaruh yaitu fasilitas dengan nilai p= 0,0001.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan
Hilir
Responden dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan
Hilir. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 74 orang. Berdasarkan Tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
ibu berumur 21 - 34 tahun yaitu sebanyak 57 responden 77,0, Hasil penelitian menunjukkan bahwa batasan – batasan usia dewasa dapat dikelompokkan yaitu masa
dewasa berusia antara 19 – 25 tahun, kedewasaan dan masa tua 25 tahun, jadi dalam penelitian ini ibu yang mempunyai bayi paling banyak berumur 21 – 34 tahun.
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko serta sifat
resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatanpenyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut Noor,N.N,2000.
Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan status sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang tua tentang vaksin
berhubungan dengan status imunisasi anak mereka Ali, Muhammad, 2002. Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa mayoritas umur bayi berumur
6-12 bulan yaitu sebanyak 74 bayi 100. Hasil penelitian ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B. Hal ini sesuai dengan pendapat Markum 1997 Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering
pada bayi dan anak 25-45,9 resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 akan menjadi kronis, pada anak
usia sekolah 23 -46 dan pada orang dewasa 3-10. Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa mayoritas ibu berpendidikan
menengah sebanyak 43 responden 58,1, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu mau membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dan ibu mengerti tentang
imunisasi. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Menurut Azwar 1996, merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih
tepat. Slamet 1999, menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan
kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan pengetahuan semakin bertambah dan semakin
menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Sejalan dengan pendapat Idwar 2001 bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215
Universitas Sumatera Utara
kali untuk pendidikan tamat SLTAke atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTPsederajat. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang
pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui mayoritas pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga IRT sebanyak 49 responden 66,2 Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung membawa anaknya rutin untuk melakukan imunisasi dan rendahnya tingkat ekonomi yang dimiliki ibu ini
dapat berpengaruh terhadap kemampuan responden dalam membawa anaknya untuk diimunisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Setia 2010 bahwa tingkat ekonomi
seseorang juga saat ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memiliki anak. Banyak orang tua yang takut jika banyak anak dapat menimbulkan
masalah ekonomi yang baru dalam kehidupan rumah tangga mereka, sehingga mereka memilih salah satu kontrasepsi yang dianggap dapat mencegah kehamilan.
Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa jumlah anak mayoritasnya 2 anak yaitu 71 responden 95,9. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin
banyak jumlah anak, semakin besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan lengkap di Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya waktu untuk membawa bayinya ke pelayanan kesehatan dikarenakan sibuk dalam mengurus rumah tangga. Hubungan antara
jumlah anak dengan keikutsertaan suami dalam KB memiliki hubungan yang erat karena dalam program KB itu sendiri jumlah anak merupakan salah satu tujuan dalam
Universitas Sumatera Utara
program KB. Data yang ditunjukan Badan Pusat Statistik BPS tahun 2011 penduduk Indonesia yang tinggal di area perkumuhan perkotaan berjumlah 10,95 juta
orang. Pada umumnya jumlah anak yang dimiliki mereka antara 3 anak sampai 6 anak. Hasil penelitian ini tidak didukung pernyataan Siswosudarmo bahwa sesuai
dengan Program Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera NKKBS menganjurkan setiap pasangan keluarga hanya mempunyai dua anak saja catur warga.
5.2. Analisis Bivariat