Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING

TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM

BANDA ACEH

TESIS

OLEH

IGA HERLITA 087033017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh IGA HERLITA 087033017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010

Iga Herlita 087033017


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING,

ENABLING, REINFORCING TERHADAP

PEMANFAATAN BUKU KIA DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

Nama Mahasiswa : Iga Herlita Nomor Induk Mahasiswa : 087033017

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Fikarwin Zuska) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 27 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Fikarwin Zuska

Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

2. Drs. Eddy Syahrial, M.S


(6)

ABSTRAK

Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei

cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam

Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan

Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing

(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan

antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing

(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.

Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.


(7)

ABSTRACT

At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.

This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.

The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.

It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Dr. Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.


(9)

3. Dr. Fikarwin Zuska, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis ini dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

4. Drs. Edy Syahrial, M.S dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes sebagai komisi penguji

tesis.

5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh beserta seluruh jajarannya.

7. Kepala Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, dan petugas kesehatan yang

bertugas di wilayah Puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

8. Kedua orang tua: Alm Purn. Kolonel, H. T. Mahmuda dan Hj. Cut Nurhayati

yang tiada henti memberi, mendukung menghantarkan saya ke cita-cita yang telah dipilih sendiri oleh saya sebagai bidan.

9. Suami tersayang dan anak-anak tercinta, yang telah turut memberikan doa

serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama ibu dalam masa-masa menempuh pendidikan S2, semoga Allah memberikan waktu yang lebih panjang untuk kita.

10.Rekan -rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.


(10)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan pengorbanan, bantuan dan dukungan selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan diucapkan terimakasih.

Medan, September 2010


(11)

RIWAYAT HIDUP

Iga Herlita, lahir pada tanggal 8 juli 1971 di Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Alm, Purn, Kolonel. H. Mahmuda dan Hj. Nurhayati.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) pada tahun 1978 dan diselesaikan pada tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) pada tahun 1984 dan selesai pada tahun 1987, Sekolah Perawat Kesehatan pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1990, Program Pendidikan Bidan(DI bidan) pada tahun 1991, dan diselesaikan pada tahun 1992, Akademi kebidanan(DIII bidan) pada tahun 1997, diselesaikan pada tahun 2000, Strata Satu(S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Makkah pada tahun 2004, diselesaikan pada tahun 2007, Strata Dua(S2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 1992 sampai tahun 1997 menjadi staf Puskesmas Jeumpa Bireuen Aceh Utara, pada tahun 2000 sampai tahun 2002 menjadi staf di Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, tahun 2002 menjadi staf pada Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh dan staf keperawatan Rumah Sakit Umum Meuraxa pada tahun 2002 sampai dengan sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 11

2.2. Perilaku individu ... 12

2.3. Bidan ... 16

2.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA ... 18

2.5. Landasan Teori ... 24

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 27

3.6. Metode Pengukuran ... 28


(13)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Analisis Univariat ... 34

4.3. Analisis Bivariat ... 37

4.4. Analisis Multivariat ... 41

BAB V. PEMBAHASAN ... 43

5.1. Pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal... 43

5.2 Pengaruh Faktor Predisposing terhadap pemanfaatan buku KIA... 46

5.3. Pengaruh Faktor Enabling terhadap pemanfaatan buku KIA ... 49

5.4. Pengaruh Faktor Reinforcing terhadap pemanfaatan buku KIA .... 49

5.5. Faktor Paling Dominan Berpengaruh dengan pemanfaatan buku KIA ... 51

5.6. Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... ... 54

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Metode pengukuran ... 32

4.1. Distribusi ketenagaan di Puskesmas Kota Alam tahun ... 34

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Predisposing dalam pemanfaatan buku KIA ... 35

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA ... 36

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Reinforcing dalam Pemanfaatan buku KIA... ... 37

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care ... 37

4.6. Hubungan Faktor Predisposing dengan pemanfaatan buku KIA ... 39

4.7. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA ... 40

4.8. Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA ... 40

4.9. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel independen terhadap Dependen... 41

4.10. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel independen terhadap Dependen... 42


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Skema Teori Stimulus Organisme Respons... 15 2. Skema terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku... 21 3. Kerangka Konsep Penelitian ... 25


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... ... ... 59

2. Hasil Output Statistik ... ... 66

3. Surat Keterangan Izin Penelitian ... ... 78


(17)

ABSTRAK

Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei

cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam

Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan

Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing

(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan

antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing

(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.

Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.


(18)

ABSTRACT

At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.

This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.

The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.

It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002). Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara Negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali lebih besar dari Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Philipina (Anwar, 2002).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian ibu tersebut berjalan sangat lamban yaitu menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan yang cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti di Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tengara Timur 554, Maluku 796 dan Papua mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh sendiri mempunyai AKI berkisar 224 per 100.000 kelahiran hidup . Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam segi geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan sumber daya manusia. Hasil penelitian di 12 Rumah sakit mengenai sebab-sebab kematian ibu bersalin diketahui bahwa 94,4% kematian ibu merupakan akibat langsung kehamilan, komplikasi kehamilan serta persalinan. Penyebab utama


(20)

kematian ibu bersalin, 80% adalah perdarahan, infeksi dan toxaemia (Depkes, 1992). Prawiroharjo, 2002 dalam kutipan Suryani hampir 70% ibu hamil menderita anemia (HB < 11 gram %) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya.

Mc Carthy and Maine (1992) dalam kutipan Nurbety mengemukan bahwa determinan kesakitan dan kematian ibu yang meliputi status kesehatan, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan serta faktor- faktor yang tidak terduga. Saraswati, 2002 berpendapat kematian ibu juga berkaitan erat dengan masalah sosio budaya, ekonomi, tradisi dan kepercayaan masyarakat, keadaan geografis, status wanita serta tingkat pendidikan masyarakat, hal ini melatarbelakangi kematian ibu yang menderita komplikasi obstetri, yang dikenal “3 terlambat” yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan dan terlambat mendapat penanganan yang memadai di fasilitas rujukan.

Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu resiko tinggi, dimana ibu hamil dengan keadaan preeklamsi mempunyai 2 dari 3 gejala pre eklamsi ditandai dengan (hipertensi, protein urine positif, bengkak di kaki), Saefuddin, 2000 yang di kutip Mufdillah mengatakan, apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian ibu. Hal ini dapat timbul sejak kehamilan dan diperburuk dengan adanya kehamilan. Dengan demikian banyak dari kasus kematian tersebut yang seharusnya


(21)

dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan keadaan resiko tinggi lainnya seperti tinggi badan yang kurang (140 cm), penyakit menular seksual (PMS) umur yang terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering melahirkan dan kurang gizi dapat di deteksi lebih awal melalui pemeriksaan kehamilan sedini mungkin serta mendapat pelayanan yang adekuat (Mufdillah, 2009)

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah pelayanan Antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (DepKes, 1996).

Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal (pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relative murah. Namun meskipun biaya pelayanan relative murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan tersebut, kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi dan ditangani (Depkes, 1996).


(22)

Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan AKI. Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas(Mufdillah, Asri, 2009). Bidan merupakan tenaga kesehatan utama dalam pelayanan antenatal, penolong proses persalinan di desa-desa(Bidan desa), Puskesmas dan Rumah sakit. Ikatan Bidan Indonesia(IBI) mencatat dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang mememiliki bidan. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penempatan bidan di desa yaitu agar masyarakat mau memanfaatkan jasa bidan dalam pertolongan persalinan (Depkes,1996). Kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan antenatal datang pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun(Saraswati, 2002). Istiarti, 1996 Mengemukan hal yang sama salah satu faktor tingginya angka kematian maternal disebabkan, 80% kelahiran masih ditolong oleh dukun.

Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antara berbagai tingakatan system pelayanan kesehatan masyarakat yang di mulai dari bidan desa, upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (Muninjaya,1999).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan gerakan sayang ibu (GSI), Strategi Making Pregnency Safer dan pengadaan buku KIA (Depkes, 2003). Sejak tahun 1993-1994


(23)

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal, pemerintah melalui kerjasama dengan Japan International Coorpertion Agency (JICA) guna mengembangkan buku kesehatan ibu dan anak (Jepang sendiri sudah mulai mengunakan buku KIA sejak tahun 1948 dan terbukti mampu menurunkan AKI terendah di dunia saat ini adalah Jepang sebesar 7,1 per 1000 kelahiran hidup). Setelah proses pengembangan awal selama sepuluh tahun, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diluncurkan lagi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang (Depkes, 2003).

Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA diperkenalkan oleh JICA pada tahun 1994 dan diuji coba di salah satu kota di Jawa Tengah perkembangan sangat baik yakni melampau cakupan propinsi yang telah direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi Nasional (Purwanto, 2009). Menurut Purwanto pada tahun 2006, hampir semua propinsi mengunakan buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2007, pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6 juta ibu hamil .

Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga, selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu/keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah (Depkes,


(24)

dan JICA, 2003). Buku KIA juga di harapkan berdampak positif bagi kesehatan dan perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun. Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil, serta memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA (Anonim, 2008).

Kenyataan nya, hasil penelitian Hasanbasri dan Ernoviana di Kota Sawalunto menunjukan bahwa, 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nur Elly dan kawan-kawan di Bengkulu apabila pemanfaatan diukur dari tanpa melihat jumlah materi maka tingkat pemanfaatannya cukup tinggi (66,7%) dan apabila pemanfaatan diukur dari seluruh materi penyuluhan yang ada (10 materi), maka pemanfaatan masih sangat rendah (2,2%).

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sudah mulai mengunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal pada tahun 1997. Pemerintah kota Banda Aceh sebagai salah satu Kabupaten Kota di daerah NAD juga telah mengadopsi pengunaan buku KIA pada tahun 2003. Pengamatan Survey awal, dari 9 Puskesmas yang berada di wilayah Kota Banda Aceh, Puskemas Kota Alam yang paling rendah cakupan K1 dan K4. Diketahui jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 823 orang atau 68%, dan kunjungan (K4) sebesar 613 orang atau 51% dari jumlah sasaran sebesar 1,206 orang(DinKes Kota Banda Aceh, 2007).


(25)

Upaya–upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu salah satu nya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada didalam buku KIA harus dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester akhir (K3 dan k4). Tetapi sejauh ini belum di peroleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, Ibu bayi dan ibu anak balita).

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa, materi penyuluhan yang termuat didalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas di peroleh informasi bahwa penyebab belum di manfaatkannya buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas, sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil diwilayah puskesmas Kota Alam diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil tetapi di suruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak di mengerti boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.

Kondisi tersebut tidak mendukung sepenuhnya upaya percepatan AKI dan AKB maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh predisposing, enabling,


(26)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diketahui bahwa masih ada petugas KIA (bidan) yang belum memberikan penyuluhan/konseling dengan memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan didalam pelayanan Antenatal. Dengan demikian peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimana pengaruh predisposing, enabling, reinforcing terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

1.3. Tujuan penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposing, enabling, reinforcing terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

1.4. Hipotesis penelitian

1. Ada pengaruh predisposing factor (pengetahuan, sikap, dan pendidikan),

terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

2. Ada pengaruh Enabling factor (ketersediaan Buku KIA/ sarana) terhadap

pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

3. Ada pengaruh Reinforcing factor (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.


(27)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada pemerintah kota Banda Aceh

untuk menentukan kebijakan dalam standar operasional prosedur (SOP) pada pelaksanaan Penyuluhan agar dapat memanfaatkan Buku KIA dalam pelayanan antenatal oleh bidan.

2. Sebagai bahan informasi bagi bidan puskesmas, pentingnya Buku KIA

dijadikan acuan dalam pelaksanaan program KIA khususnya dalam pemberian pelayanan antenatal kepada ibu hamil

3. Menambah wawasan kepada penulis dalam aplikasi keilmuan serta bahan


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Depkes RI dan JICA, (2003) Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)

Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan


(29)

informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).

2.1.1 Pemanfaatan Buku KIA

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making

pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994

dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).

Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).


(30)

Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).

Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

2.2. Perilaku Individu

Menurut Green (1980) yang di kutip Soekidjo perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour cause), selanjutnya menurut Soekidjo,


(31)

Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b) faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari uraian diatas Soekidjo menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971) dalam Soekidjo, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1) mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial); dan kalau menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap: 1) individu menerima informasi dan pengetahuan


(32)

berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap

decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep

baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

2.2.1 Perubahan perilaku individu

Hosland et.al. (1953) dalam kutipan Soekidjo mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses Perubahan Perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.


(33)

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan perilaku).

‐ Penerimaan  ‐Pengertian  ‐ Perhatian  Organisme: 

Stimulus

(Perubahan  praktek)  Reaksi 

(Perubahan skrip) 

Reaksi 

Sumber: Soekidjo, (2007)

Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons

Agar upaya pembentukan atau perubahan perilaku terjadi sebagaimana yang diharapkan diperlukan suatu strategi perubahan perilaku. WHO seperti yang dikutip oleh Soekidjo(2007) mengelompokkan strategi perubahan perilaku menjadi tiga kelompok, yaitu:


(34)

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan, cara ini ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

2. Pemberian Informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai

hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Cara ini akan memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri bukan karena paksaan.

3. Diskusi dan partisipasi, cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua

tersebut di atas dimana di dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat satu arah saja, tetapi juga keaktifan berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.

2.3. Bidan

Kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM. Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO dan

Federation of International Gynecologist Obsetrition (FIGO). Definisi tersebut

secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui koggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti


(35)

program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (regfister) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Mufdillah dan Asri, 2009).

Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)

Mempertimbangkan aspek social budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara republic Indonesia serta memiliki kompetinsi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapatkan lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan


(36)

masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kepmenkes RI, 2004).

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Mufdillah dan Asri, 2009).

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Buku KIA 2.4.1 Faktor Predisposing (Predisposing Faktor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2.4.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau berlangsung lama (Soekidjo, 2007). Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,


(37)

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenanya). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan


(38)

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada

6. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat

self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk

pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

2.4.1.2 Sikap

Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut Berkowitz (1972) dalam kutipan Azwar sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologis (Azwar, 1995)

Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau seseoorang bersikap positif terhadap


(39)

sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.

Sedangkan Edgley (1980) yang di kutip Azwar mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Soekidjo (1997) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.

Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Soekidjo(2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:

(terbuka)  Tingkah laku 

    Reaksi 

stimulus  Rangsang 

stimulus Proses 

(tertutup) Sikap 

Sumber : Soekidjo, (2007)


(40)

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.

2.4.1.3 Pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan

melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 1990). Menurut Heru, yang di kutip

Laksmono dan Tirto, makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan


(41)

seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

2.4.2 Faktor Pemungkin( Enabling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di Puskesmas. Nurdin, 1998 berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan jabatan seseorang, azas keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut menjamin adanya suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan harus tepat guna yang diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan (Laurenta, 2001).

2.4.3 Faktor Penguat (Reinforcing Faktor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Syamsudin, 2003 mengemukakan bahwa salah satu tugas


(42)

pimpinan adalah melakukan supervisi/penilaian terhadap evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian (appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan (adequency) yang berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di programkan. Rosidin dalam Putra, 2008, menyimpulkan bahwa supervisi yang baik dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.

2.5 Landasan Teori

Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA, di samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo (1990), yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan

reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain

pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini buku KIA. Sedangkan faktor


(43)

reinforcing (faktor penguat) mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku

bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan, serta sanksi yang diberikan (Notoatmodjo, 1990).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

2. Sikap 3. Pendidikan

Faktor Enabling:

Ketersediaan buku KIA/sarana

Faktor Reinforcing:

Penilaian/ Supervisi Faktor predisposing:

1. Pengetahuan

Pemanfaatan buku KIA


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional, merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, Penelitian dimulai dengan penelusuran daftar pustaka, survei awal, persiapan proposal penelitian, pelaksanakan penelitian, sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini berlangsung Desember 2009 dan diharapkan selesai bulan Juli 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh bidan yang melakukan pelayanan antenatal yang berjumlah 30 orang di puskesmas kota alam Banda Aceh.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 30 orang tenaga bidan, dengan kriteria yang memberikan pelayanan antenatal di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.


(45)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Kuesioner tersebut telah di uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur, yakni dengan cara memberikan kuiesioner pada Bidan Puskesmas Ule Kareng sebanyak 10 buah. Kuesioner diadopsi dari hasil penelitian Sri Wahyuni (2009) dan modifikasi oleh peneliti. Data yang diperoleh dalam bentuk data sekunder dari Dinkes Kota Banda Aceh, Yaitu: Gambaran umum Puskesmas Kota Alam Banda Aceh yang meliputi profil puskesmas dan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional a. Variabel Dependen

Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal

b. Variabel Independen

1. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar

pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Buku KIA berisikan informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.


(46)

2. Sikap tanggapan atau pandangan responden yang dinyatakan dalam pernyataan terhadap memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir responden sampai pada saat

penelitian berlangsung

4. Ketersediaan buku KIA adalah ada tidaknya sarana buku KIA, serta

pemanfaatannya oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal.

5. Supervisi adalah pernyataan responden mendapatkan penilaian dan bimbingan

dari atasan responden tentang pemanfaatan buku KIA

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut:

I. Variabel Dependen

Untuk mengukur tingkat pemanfaatan buku KIA. Diukur dari item pertanyaan yang terdiri dari 8 pertanyaan. Skala pengukuran adalah Ordinal. Dengan hasil ukur di manfaatkan (nilai 1), bila tidak dimanfaatkan (nilai 0).

a. Jika dimanfaatkan di beri nilai ( 1). b. Jika tidak dimanfaatkan diberi nilai ( 0).

Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam dua kategori yaitu: a. Baik jika nilai (skor) > 4


(47)

II. Variabel Independen 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab dengan benar pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Diukur dari item pertanyaan pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, dengan skala pengukuran ordinal, total skor 10 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika dijawab benar di beri nilai ( 1). b. Jika salah diberi nilai ( 0).

Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: a. Kurang baik jika nilai (skor) < 4

b. Sedang jika nilai (skor) 4 s/d 8

c. Baik jika nilai (skor) > 8

2. Sikap

Sikap adalah tangapan atau pandangan responden yang berhubungan dengan memanfaatkan buku KIA . Diukur dari item pertanyaan yang terdiri 10 pertanyaan, menggunakan skala Likert. Total skor tertinggi 50 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika jawaban sangat setuju diberi (nilai 5). b. Jika jawaban setuju diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban ragu-ragu diberi (nilai 3).

d. Jika jawaban tidak setuju diberi (nilai 2). e. Jika jawaban sangat tidak setuju diberi (nilai 1). Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut:


(48)

a. Kurang baik jika nilai (skor) < 10-19

b. Sedang jika nilai (skor) 20 s/d 38

c. Baik jika nilai (skor) > 38

3. Pendidikan

Pendidikan terakhir dari responden, diukur dengan skala ordinal, dengan hasil ukur 1(D-1 Bidan), 2(D-III Bidan), 3(D-IV Bidan).

4. Sarana

Sarana adalah tersedianya buku KIA, di ukur dari 8 item pertanyaan, mengunakan skala pengukuran Likert. Total skor tertinggi 40, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5).

b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3).

d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2).

e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).

Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut: a. Baik jika nilai (skor) > 20

b. Tidak baik jika nilai (skor) < 8-19

5. Supervisi

Adalah pernyataan responden tentang pernah dan tidak pernah mendapatkan penilaian dan bimbingan dari atasan responden tentang pemanfaatan buku KIA.


(49)

Diukur dari item pertanyaan supervisi yang terdiri 4 pertanyaan, menggunakan skala pengukuran Likert. Total skor tertinggi 20, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5). b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3). d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2). e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).

Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut: a. Baik jika nilai (skor) > 10

b. Tidak baik jika nilai (skor) < 4-9

Kategori penilaian di atas berdasarkan metode penelitian Arikunto, 2002. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Metode Pengukuran

No Nama variabel Cara ukur Skala ukur Kategori Hasil ukur 1 Pemanfaatan Buku KIA

Wawancara ordinal 1. Ya, dimanfaatkan (1) 2. Tidak di manfaatkan (0)

1. Baik 2. Tidak baik 2 Pengetahuan Wawancara Ordinal 1. Jawaban benar(1)

2. Jawaban salah (0)

1. Baik ( > 8 ) 2. Sedang (4 – 8 ) 3. Kurang (< 4 ) 3 Sikap Wawancara Ordinal 1. Sangat tidak etuju

2. Tidak setuju 3. Ragu-ragu 4. Setuju 5. Sangat setuju

1. Baik ( > 38 ) 2. Sedang (20 – 38 ) 3. Kurang (< 20 ) Pendidikan Wawancara Ordinal 1. D-I

2. D-III 3. D-IV

1. D-I Kebidanan 2. D-III Kebidanan 3. D-IV Kebidanan 5 Sarana Wawancara Interval 1. Belum tersedia

2. Kurang tersedia 3. Cukup tersedia 4. Tersedia 5. Sangat tersedia

1. Baik 2. Tidak baik

6 Supervisi Wawancara Interval 1. Sangat tidak baik 2. Tidak baik 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik

1. Baik 2. Tidak baik


(50)

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah mengunakan uji regresi berganda pada taraf kepercayaan 95% .Dengan pertimbangan tehnik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Kecamatan Kota Alam merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas wilayah 62.057 Ha, terletak antara 05°30’45’ sampai 05°,37’16 Lintang Utara dan pada bujur 95° sampai 16’ 15’ Bujur Timur dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan adalah ; Sebelah utara dengan Kecamatan Selat Malaka, sebebelah selatan dengan Kecamatan Baiturrahman, sebelah timur dengan Syiahkuala, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kutaraja.

4.1.2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu sektor penting yang sangat menentukan kualitas derajat kesehatan masyarakat di daerah ini. Pemenuhan derajat kesehatan masyarakat tidak terlepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia seperti gedung dan prasarana kesehatan lainnya. Kecamatan Kota Alam saat ini memiliki sarana diantaranya dua unit Puskesmas, 4 Puskesmas pembantu, 11 Posyandu. Jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Kota Alam Kota Banda Aceh tahun 2008 adalah sebanyak 56 orang. Secara terperinci terlihat pada tabel berikut:


(52)

Tabel 4.1. Distribusi tenaga kesehatan Puskesmas Kota Alam Banda Aceh Tahun 2008

No Tenaga kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum (orang) 3

2 Dokter Gigi (orang) 1

3 Sarjana kesehatan masyarakat (orang) 5

4 Perawat bidan (orang) 30

5 Tenaga Kesehatan Gizi (orang) 1

6 Tenaga Analis Kesehatan/Lab (orang) 2

7 Tenaga Farmasi (orang) 4

8 Petugas sanitasi (orang) 1

9 Tenaga Teknis Kesehatan Lainnya (orang) 9

Jumlah 56

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh , 2008

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Faktor Predisposing

Analisis univariat merupakan salah satu analisis data hasil penelitian dengan mendistribusikan variabel penelitian dalam tabel distribusi. Faktor Predisposing merupakan faktor pendukung yang berasal dari individu terhadap pemanfaatan buku KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal care bagi ibu hamil. Faktor tersebut terdiri dari pendidikan, pengetahuan dan sikap responden. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2


(53)

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan variabel faktor predisposing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

No Faktor Predisposing Frekuensi Persentase (%)

1 Pengetahuan Baik Sedang Kurang baik 12 15 3 40 50 10

Jumlah 30 100

2 Sikap Baik Sedang Kurang baik 15 14 1 50 46,7 3,3

Jumlah 30 100

3 Pendidikan

D-1 Kebidanan D-III Kebidanan D-IV 13 15 2 43,3 50 6,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukkan mayoritas responden bidan mempunyai pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care termasuk kategori sedang sebanyak 15 responden (50%), sebanyak 12 responden (40%) kategori baik, dan hanya 3 responden (10%) yang mempunyai pengetahuan kategori kurang baik, sedangkan sikap responden tentang pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care relatif tidak ada perbedaan persentase antara sikap yang baik dan sedang, masing-masing 15 responden (50%) dan 14 responden (46,7%), dan hanya 1 responden (3,3%) termasuk sikap kategori kurang baik. Berdasarkan pendidikan responden mayoritas 15 responden (50%) D-III, 13 responden (43,3%) berpendidikan D-I, dan hanya 2 responden (6,7%) berpendidikan D-IV.


(54)

4.2.2. Faktor Enabling

Faktor enabling merupakan faktor yang memungkinkan seseorang (bidan) untuk memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care di Puskesmas, yaitu ketersediaan sarana buku KIA. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden mengatakan bahwa mayoritas ketersediaan sarana buku KIA kategori baik, yaitu sebanyak 22 responden (73,3%), dan responden yang mengatakan kurang baik 8 responden (26,7%) seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

No Faktor Enabling Frekuensi Presentase (%)

1 Ketersediaan buku KIA Baik

Tidak baik

22 8

73,3 26,7

Jumlah 30 100

4.2.3. Faktor Reinforcing

Faktor Reinforcing merupakan faktor yang menguatkan seseorang untuk memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care. Faktor tersebut adalah supervisi (penilaian) terhadap perilaku bidan dalam memanfaatkan buku KIA di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,3% responden mengatakan penilaian yang dilakukan pihak Puskesmas baik, dan 36% responden yang mengatakan tidak baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut:


(55)

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Reinforcing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

No Faktor Reinforcing Frekuensi Persentase (%)

1 Supervisi/penilaian Baik

Tidak baik

19 11

63,3

36,7

Jumlah 30 100

4.2.4. Pemanfaatan Buku KIA

Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA dalam pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil pemanfaatan buku KIA, 46,7% responden memanfaatkan buku KIA pada saat pelayanan antenatal, dan 53,3% responden tidak memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care, seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan variabel Pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan antenatal care di puskesmas Kota Alam Kota Banda Aceh.

No Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik Baik

16

14

53,3 46,7

Jumlah 30 100

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang dilakukan melalui uji chi square dengan nilai p=0,05. Variabel yang memiliki nilai p < 0,05 adalah variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan buku KIA.


(56)

4.3.1 Hubungan faktor Predisposing dengan Pemanfaatan buku KIA

Hasil penelitian berdasarkan Pengetahuan, diketahui proporsi responden yang memanfaatkan buku KIA 16,7% terdapat pada responden dengan pengetahuan kategori baik, 66,7%, terdapat pada responden dengan kategori sedang, responden dengan pengetahuan kurang baik yaitu 66,7%. Hasil uji statistik menunjukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,027 (p<0,05).

Berdasarkan sikap, diketahui proporsi responden yang memanfaatkan buku KIA 66,7% terdapat pada responden dengan sikap kategori baik, 28,6% terdapat pada responden dengan sikap sedang, dibandingkan responden dengan sikap kurang baik yaitu 0%. Hasil uji statistik menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,077 (p>0,05).

Berdasarkan pendidikan, diketahui proporsi responden dengan pendidikan D-I kebidanan 38,3% yang memanfaatkan buku KIA, pendidikan D-III kebidanan yakni 53,3%, responden berpendidikan D-IV kebidanan yaitu 50%. Hasil statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,730 (p >0,05). Seperti pada Tabel 4.6.


(57)

Tabel 4.6. Hubungan faktor predisposing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Baik Tidak baik Total % p

n % n %

Pengetahuan

a. Baik 2 16,7 10 83,3 12 100 0,027* b. Sedang 10 66,7 5 33,3 15 100

c. Kurang baik 2 66,7 1 33,3 3 100 Sikap

a. Baik 10 66,6 5 33,3 15 100 0,077 b. Sedang 4 28,6 10 71,4 14 100 c. Kurang baik 0 0 1 100 1 100

Pendidikan

a. D-1 Kebidanan 5 38,5 8 61,5 13 100 0,730 b. D-III Kebidanan 8 53,3 7 46,7 15 100

c. D-IV Kebidanan 1 50 1 50 2 100

Keterangan:*) signifikan pada taraf nyata 95% (p<0,05)

4.3.2. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA

Faktor enabling tersebut adalah ketersediaan buku KIA, yaitu pendapat responden mengenai ketersediaan buku KIA di puskesmas untuk kepentingan pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang memanfaatkan buku KIA 59,1% menyatakan bahwa ketersediaan sarana baik, sedangkan responden yang menyatakan ketersediaan sarana kurang baik 12,5%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan signifikan antara ketersediaan buku KIA dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai 0,039 (p<0,05). Seperti pada Tabel 4.7.


(58)

Tabel 4.7. Hubungan faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Baik Tidak baik Total % p

n % n %

Ketersediaan sarana

a. Baik 13 59,1 9 40,9 22 100 0,039* b. Tidak baik 1 12,5 7 87,5 8 100

4.3.2 Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA

Faktor reinforcing merupakan faktor yang memungkinkan untuk

memanfaatkan buku KIA dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan variabel supervisi oleh manajemen puskesmas, diketahui responden yang memanfaatkan buku KIA 21,1% memperoleh penilaian secara baik dari manajemen puskesmas, responden yang memperoleh penilaian kategori kurang baik yakni 90,9%. Hasil statistik menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hubungan faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Baik Tidak baik Total % p

n % n %

Supervisi/penilaian

a. Baik 4 21,1 15 78,9 19 100 0,000 b. Tidak baik 10 90,9 1 9,1 11 100


(59)

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat, dengan ketentuan variabel-variabel independen pada analisis bivariat menunjukan nilai p<0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independen terhadap dependen. Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat empat variabel independen yang mempunyai nilai signifikan p<0,25, yaitu (1) variabel pengetahuan, (2) Sikap (3) Sarana, (4) Supervisi Adapun hasil pengujian keempat variabel tersebut dengan mengunakan uji regresi berganda seperti pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel Independen Terhadap Dependen

Variabel Exp B P

Pengetahuan Sikap Sarana

Supervisi/penilaian Konstanta

0,140 9,930 20,876 0,032 3,615

0,126 0,083 0,408 0,024*

Dari tabel 4.9. diatas menunjukan bahwa variabel sarana menunjukan adanya pengaruh dengan nilai Exp (B) 20,876, namun karena nilai p 0,408 tidak signifikan maka variabel sarana harus dikeluarkan, sedangkan variabel pengetahuan, sikap dan supervisi akan diuji kembali dalam analisis multivariat. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 4.10.


(60)

Tabel 4.10. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel Independen Terhadap Dependen

Variabel Exp B P

Pengetahuan Sikap

Supervisi/penilaian Konstanta

0,107 12,115

0,022 174,684

0,067 0,041* 0,016*

Berdasarkan Tabel 4.10, diketahui Hasil uji regresi berganda menunjukan bahwa terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh signifikan dengan pemanfaatan buku KIA, yaitu faktor predisposing (sikap) p=0,041, dan faktor reinforcing (penilaian) p=0,016, artinya kedua faktor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan buku KIA, dimana adanya faktor predisposing (sikap) yang baik dari dalam diri bidan dan faktor reinforcing (penilaian) dari kepala Puskesmas, maka akan besar pula kemungkinan bidan memanfaatkan buku KIA. Sedangkan faktor predisposing (sikap) paling dominan berpengaruh yang ditunjukan oleh nilai exp(B) tertinggi 12,115. Artinya semakin baik faktor predisposing (sikap) pada bidan, semakin besar pula pemanfaatan buku KIA.


(61)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care di Puskesmas bidan wajib memanfaatkan buku KIA. Buku KIA adalah Kartu Ibu Hamil yang berisi pencatatan kesehatan ibu dan anak setelah dilakukanya pelayanan antenatal care. Buku KIA diharapkan bisa mendidik ibu/keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan Kesehatan Ibu Anak di rumah, serta menjembatani komunikasi antara ibu dan bidan dalam meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu

berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemanfaatan buku KIA, menunjukan bahwa 46,7% bidan memanfaatkan buku KIA, namun demikian masih ada 53,3% lagi yang tidak memanfaatkan buku KIA. Pemanfaatan buku KIA tersebut dipengaruhi oleh Faktor Predisposing (pengetahuan, sikap), faktor Enabling(sarana), dan

Reinforcing (penilaian) berkala dan rutin terhadap perilaku bidan terhadap

pemanfaatan buku KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal care.

Faktor Predisposing (pengetahuan, sikap dan pendidikan) dimana, bidan tahu manfaat buku KIA untuk memantau berat badan, mampu mendeteksi secara dini dan tindak lanjut KEP, bisa menjelaskan jenis-jenis makanan tambahan, cara pencegahan diare dan cara pembuatan oralit. Bidan merasa materi yang terdapat didalam buku KIA bidan sudah paham yaitu pada tindakan 7T, Timbang berat badan, ukur Tekanan


(62)

darah, Tinggi fundus uteri, Tetanus Toxoid, dan Temuwicara/ konseling. Pada hakekatnya pemanfaatan buku KIA merupakan inti daripada konseling bagaimana tehnik/cara bidan dalam menyampaikan pesan-pesan yang ada didalam buku KIA agar ibu hamil mau melaksanakan pesan pesan yang ada dalam buku KIA tersebut (pemberian informasi yang terus menerus secara perlahan diharapkan dapat berdampak positif). Selanjutnya, bila pemanfaatan materi penyuluhan sebatas pada masalah yang ditemukan pada saat pemeriksaan kehamilan atau menunggu bila ibu bertanya, hal ini merupakan keterbatasan upaya pemanfaatan buku KIA yang disebabkan tidak punya waktu yang cukup (anggapan konseling membutuhkan waktu yang terlalu lama), kurangnya minat (materi yang ada dalam buku KIA terlalu banyak yang harus dijelaskan, dan bidan sudah tahu apa yang inggin disampaikan jadi tidak perlu mengunakan buku KIA), atau mungkin tidak tahu penting nya pemanfaatan buku KIA (dimana bidan berpendapat tidak perlu memanfaatkan buku KIA, menunjukan materi dan gambar-gambar yang tercantum dalam buku KIA, pengalaman yang lama sudah cukup untuk memberikan pelayanan yang baik), dengan adanya sistematis dan terarah pasti lebih menarik mengunakan materi yang bergambar. Notoatmodjo mengatakan pengunaan alat bantu termasuk gambar dapat mengerahkan sebanyak mungkin indra kepada obyek, sehingga sasaran dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan kepercayaan yang positif terhadap pesan yang disampaikan.

Buku KIA merupakan sarana komunikasi yang baik antara ibu hamil dan bidan. Jika konseling tidak tersampaikan dengan tepat sasaran maka akan


(63)

dikhawatirkan ibu hamil tidak melaksanakan pesan-pesan yang ada di dalam buku KIA, hal ini tidak sejalan dengan tujuan dari pemanfaatan buku KIA tersebut, tujuan buku KIA adalah untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak. Yang mana jika tujuan dari pengadaan buku KIA tidak tepat guna, AKI yang diharapkan dapat ditekan turun tidak tercapai, walaupun buku KIA bukan satu-satunya cara untuk menekan AKI banyak faktor lain yang melatarbelakanginya (misalnya kondisi sosial, ekonomi dan budaya, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain). Hasil penelitian Wahyuni bahwa responden lebih mementingkan pendistribusian daripada pemanfaatan dengan alasan bahwa pemanfaatan tidak diminta laporan pertanggung jawaban, yang perlu dilaporkan hanya pendistribusiannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nur Elly dkk, di Bengkulu dimana terungkap bahwa bidan yang sudah senior, penyuluhan dilakukan tanpa pemanfaatan buku KIA.

Sementara faktor Enabling (sarana buku KIA) di mana juga sangat

berpengaruh dalam pemanfaatan buku KIA, dengan adanya sarana yang baik besar kemungkinan bidan dapat memanfaatkannya. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan dimana buku KIA tersedia dengan baik, dan terdistribusi dengan baik pula. Dimana stok persediaan buku-buku tersebut masih banyak (bantuan dari LSM/NGO pasca stunami yang menimpa Aceh).

Faktor Reinforcing (penilaian) juga sangat mempengaruhi pemanfaatan buku


(64)

meningkatkan motivasi yang berakhir ke sikap bidan, betapa pentingnya buku KIA tersebut dalam pelayanan ANC.

5.2. Pengaruh Faktor Predisposing terhadap pemanfaatan buku KIA

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan responden mengenai materi yang ada pada buku KIA. Buku KIA berisikan informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan variabel pengetahuan, diketahui mempunyai pengaruh signifikan dengan pemanfaatan buku KIA (p=0,027), dan proporsi responden yang memanfaatkan buku KIA 40% terdapat pada responden dengan pengetahuan kategori baik, 50% terdapat pada responden dengan pengetahuan kategori sedang, dibandingkan responden dengan pengetahuan kurang baik yaitu 10%. Artinya pengetahuan akan mendasari seseorang dalam melakukan perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak


(1)

SUPERVISI *

KIA

SUPERVISI * KIA Crosstabulation

4 15 19

21,1% 78,9% 100,0%

10 1 11

90,9% 9,1% 100,0%

14 16 30

46,7% 53,3% 100,0% Count

% within SUPERVISI Count

% within SUPERVISI Count

% within SUPERVISI BAIK

TIDAK BAIK SUPERVISI

Total

BAIK TIDAK BAIK KIA

Total

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13,659(b) 1 ,000

Continuity

Correction(a) 10,997 1 ,001

Likelihood Ratio 15,197 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 13,204 1 ,000

N of Valid Cases 30

a Computed only for a 2x2 table


(2)

Logistic Regression

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

0 ,0

30 100,0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding 0 1 Original Value

BAIK

KURANG BAIK

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Variables in the Equation

,134 ,366 ,133 1 ,715 1,143

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Classification Tablea,b

0 14 ,0

0 16 100,0

53,3 Observed

BAIK TIDAK BAIK KIA

Overall Percentage Step 0

BAIK

TIDAK BAIK KIA

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is ,500 b.


(3)

Variables not in the Equation

5,762 1 ,016

5,101 1 ,024

5,117 1 ,024

13,659 1 ,000

18,420 4 ,001

ptotk stotk satotk sstotk Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

24,693 4 ,000

24,693 4 ,000

24,693 4 ,000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

16,763a ,561 ,749

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

12 2 85,7

2 14 87,5

86,7 Observed

BAIK TIDAK BAIK KIA

Overall Percentage Step 1

BAIK

TIDAK BAIK KIA

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.


(4)

Variables in the Equation

-1,967

1,284

2,345

1

,126

,140

,011

1,734

2,296

1,324

3,007

1

,083

9,930

,741 132,994

3,039

3,674

,684

1

,408

20,876

,016 7998,894

-3,448

1,525

5,111

1

,024

,032

,002

,632

1,285

4,632

,077

1

,781

3,615

ptotk

stotk

satotk

sstotk

Constant

Step

1

a

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Lower

Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: ptotk, stotk, satotk, sstotk.

a.

Logistic Regression

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

0 ,0

30 100,0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding 0 1 Original Value

BAIK

KURANG BAIK

Internal Value


(5)

Variables in the Equation

,134 ,366 ,133 1 ,715 1,143

Constant Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Classification Tablea,b

0 14 ,0

0 16 100,0

53,3 Observed

BAIK TIDAK BAIK KIA

Overall Percentage Step 0

BAIK

TIDAK BAIK KIA

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is ,500 b.

Variables not in the Equation

5,762 1 ,016

5,101 1 ,024

13,659 1 ,000

17,797 3 ,000

ptotk stotk sstotk Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

23,529 3 ,000

23,529 3 ,000

23,529 3 ,000

Step Block Model Step 1


(6)

Model Summary

17,926a ,544 ,726

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

12 2 85,7

2 14 87,5

86,7 Observed

BAIK TIDAKBAIK KIA

Overall Percentage Step 1

BAIK TIDAK BAIK KIA

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

Variables in the Equation

-2,232

1,220

3,348

1

,067

,107

,010

1,172

2,494

1,222

4,166

1

,041

12,115

1,104 132,903

-3,812

1,586

5,775

1

,016

,022

,001

,495

5,163

2,917

3,133

1

,077 174,684

ptotk

stotk

sstotk

Constan

Step

1

a

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Lower

Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: ptotk, stotk, sstotk.

a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Predisposing Factor, Enabling Factor dan Reinforcing Factor Terhadap Penggunaan Jamban di Desa Gunungtua Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014

0 68 162

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Bagan Batu Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir

1 62 115

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing Terhadap Perilaku Pengurus Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT Semen Andalas Indonesia Belawan Tahun 2004

1 43 125

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Ibu Balita Terhadap Pencegahan Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kelurahan Batangberuh Kecamatan Sidikalang Tahun 2011

1 51 111

Pengaruh Faktor Predisposing Dan Reinforcing Terhadap Keterampilan Berkomunikasi Waria Dalam Menawarkan Kondom Di Kota Medan

1 32 135

Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008

3 82 81

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING,ENABLING DAN REINFORCING TERHADAP PEMAKAIN ALAT PELINDUNG DIRI MASKER DI CV.KALIMA ART JEPARA TAHUN 2013.

0 3 15

Effects of Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factors on Completeness of Child Immunization in Pamekasan, Madura

0 0 13

HUBUNGAN PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING FAKTOR DENGAN PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) PADA BIDAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT KIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Predisposing Enabling dan Einforcing Faktor

0 0 15

Analisis Jalur Tentang Hubungan Antara Faktor Predisposing, Enabling, dan Reinforcing dengan Sanitasi Rumah di Kota Bengkulu - UNS Institutional Repository

0 0 14