BAB II TANGGUNG JAWAB PENGURUS YAYASAN TERHADAP YAYASAN
YANG DIDIRIKAN SETELAH BERLAKUNYA UU YAYASAN DAN PP NO. 63 TAHUN 2008
A. Yayasan Sebagai Badan Hukum
Badan hukum adalah suatu lembaga atau badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan seperti menerima dan
memiliki harta kekayaan sendiri, dapat digugat, dan menggugat di muka hakim.
61
Menurut hukum perdata, ada dua subyek hukum yang dikenal yaitu orang persoon dan badan hukum rechtspersoon. Kedua subyek hukum ini sebagai pengemban hak
dan kewajiban. Terhadap keduanya, hukum mewajibkan tanggung jawab terhadap segala tindak tanduk perbuatan subyek hukum yang menyangkut hukum.
62
Badan hukum meliputi organisasi atau perkumpulan yang memiliki kekayaan sendiri yang dipisahkan dari para pendirinya dan ikut serta dalam lalu lintas hukum
dengan perantaraannya manusia. Badan hukum itu adalah orang yang diciptakan oleh Badan
hukum memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan subjek hukum lainnya seperti manusia yang memerlukan persyaratan tertentu untuk dapat dikatakan memiliki
kemampuan hukum rechts bevoegdheid. Badan hukum juga memerlukan syarat yaitu: memiliki kekayaan yang dipisahkan, memiliki tujuan tertentu, memiliki
kepentingan tertentu, dan memiliki organisasi tertentu.
61
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hal. 18.
62
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 1982, hal. 19-21.
Universitas Sumatera Utara
hukum dan biasanya orang memiliki tempat tinggal domicili, begitu pula suatu badan hukum juga memiliki tempat tinggal.
63
Badan hukum juga disebut dengan korporasi atau disebut juga legal personality namun korporasi lebih luas daripada badan hukum sebab termasuk perkumpulan yang
tidak berbadan hukum. Korporasi dapat memiliki harta kekayaan sebagaimana halnya manusia dapat menuntut dan dapat dituntut dalam kasus perdata dan pidana. Dalam
perkembangannya korporasi sebagai subjek hukum yang dapat melakukan tindak pidana dan sekaligus dapat mempertanggugjawabkan dalam hukum pidana dan hukum
perdata sudah merupakan realitas.
64
Secara umum, masih terdapat perbedaan pendapat para pakar yang mengatakan Yayasan adalah badan hukum dan sebahagian lainnya berpendapat hal-hal yang
menonjol dalam Yayasan adalah unsur dan syarat yang harus dimiliki Yayasan terutama mengenai adanya pemisahan harta kekayaan yang dipisahkan. Jauh
sebelumnya, Pitlo, dalam G.H.S. Loemban Tobing, pernah berkomentar tentang badan hukum Yayasan, berikut ini:
Sebagaimana halnya untuk tiap-tiap perbuatan hukum, maka untuk pendirian Yayasan harus ada sebagai dasar suatu kemauan yang sah. Pertama-tama harus
ada maksud untuk mendirikan suatu Yayasan, selanjutnya perbuatan hukum itu
63
Ibid.
64
Chidir Ali, Op. cit, hal. 65. Korporasi berasal dari kata corporatio atau corporation artinya secara luas adalah suatu kesatuan menurut hukum atau suatu badan susila yang diciptakan menurut
undang-undang suatu negara untuk menjalankan suatu usaha atau aktifitas atau kegiatan lainnya yang sah. Badan ini dapat dibentuk untuk selama-lamanya atau untuk sesuatu jangka waktu terbatas,
mempunyai nama dan identitas yang dengan nama dan identitas itu dapat dituntut di muka persidangan pengadilan, dan berhak akan mengadakan suatu persetujuan menurut kontrak dan melaksanakan fungsi
lainnya yang seseorang dapat melaksanakannya menurut undang-undang suatu negara. Pada umumnya suatu korporasi dapat merupakan suatu organisasi pemerintah, swasta, atau setengah pemerintah dan
lainnya partikulir.
Universitas Sumatera Utara
harus memenuhi tiga syarat materil yakni adanya pemisahan kekayaan, tujuan dan organisasi, serta suatu syarat formal yakni surat.
65
Status hukum Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan sebagaimana dikatakan Scholten, Yayasan berstatus tidak jelas apakah berstatus badan hukum atau tidak.
Scholten sendiri menghendaki Yayasan harus berbadan hukum, namun, menurutnya masalah di dalam Yayasan tidak ada pengesahan dari Pemerintah Menteri Kehakiman
dan HAM dan tidak ada peraturan tertulis yang mengatakan Yayasan sebagai badan hukum.
66
Scholten, mengatakan: “Yayasan adalah satu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan tersebut harus berisikan pemisahan suatu
kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan menunjukkan cara kekayaan itu diurus dan digunakan”.
67
Dalam pandangan Lemaire, Yayasan diciptakan dengan suatu perbuatan hukum, yakni dengan pemisahan harta kekayaan untuk tujuan yang tidak
mengharapkan keuntungan altruis tische doel serta penyusunan suatu organisasi berikut pengurus, dengan mana sungguh-sungguh dapat terwujud tujuannya dengan
alat-alat itu. Sehingga dengan demikian, mengalami kesulitan untuk dapat
mengatakan bahwa Yayasan adalah badan hukum.
68
Yayasan adalah suatu badan hukum yang didirikan dengan suatu perbuatan hukum, yang tidak bertujuan untuk membagikan harta kekayaan danatau
Selanjutnya, Bregstein, menyikapi Yayasan dengan mengatakan sebagai berikut:
65
G.H.S. Loemban Tobing, “Beberapa Tinjauan Mengenai Yayasan”, Makalah Disampaikan pada Penataran Corporation Law, Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret, tanggal 5-17 Maret, 1990, hal. 5.
66
Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 5.
67
G.H.S. Loembang Tobing, Loc. Cit.
68
Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
penghasilannya kepada pendiri atau penguasanya di dalam Yayasan atau kepada orang-orang lain, terkecuali sepanjang yang mengenai terakhir ini, yang
demikian adalah untuk kegunaan tujuan idiil.
69
Meijers, tidak tegas mendefinisikan Yayasan mengarah kepada badan hukum sebagaimana dikatakannya bahwa unsur-unsur dalam suatu Yayasan meliputi:
1. Penetapan tujuan dan organisasi oleh para pendirinya;
2. Tidak memiliki anggota;
3. Tidak ada hak bagi pengurusnya untuk mengadakan perubahan yang berakibat
jauh dalam tujuan dan organisasi; dan 4.
Perwujudan dari suatu tujuan, terutama dengan modal yang dimasukkan untuk itu.
Tampak dari pendapat Meijers di atas, tidak mengarahkan pandangannya kepada Yayasan itu sebagai badan hukum. Van Aveldoorn, juga masih berpandangan
bahwa Yayasan itu tidak mengarah kepada badan hukum sebab dikatakannya “tidak dapat ditunjuk sesuatu subjek”, berikut pendapatnya:
Yayasan stichting adalah harta yang mempunyai tujuan tertentu, tetapi dengan tiada empunya. Adanya harta yang demikian adalah suatu kenyataan
bahwa dalam pergaulan hukum ia diperlakukan seolah-olah ia suatu purusa. Jadi, konstruksi yuridisnya adalah ada harta dengan tujuan tertentu, tetapi tidak
dapat ditunjuk sesuatu subjek, sehingga dalam pergaulan diperlakukan seolah- olah adalah subjek hukum.
70
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, pada masa dulu masih banyak perbedaan pandangan apakah Yayasan itu termasuk badan hukum atau tidak. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena ketidakjelasan status hukum Yayasan sebagai badan
69
G.H.S. Loemban Tobing, Loc. Cit., hal. 5.
70
Van Aveldroon, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1983, hal. 209.
Universitas Sumatera Utara
hukum di dalam peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, status badan hukum Yayasan tidak ditentukan dalam undang-undang secara khusus pada waktu itu,
melainkan berpijak pada yurisprudensi dan hukum kebiasaan, sementara di Belanda jelas ditentukan status badan hukum Yayasannya.
Akibat ketidakjelasan status Yayasan apakah sebagai badan hukum atau tidak, secara otomatis berakibat pada tanggung jawab pengurusnya yang tidak jelas. Peng
urus amat bergantung pada kebijakan para pendirinya, apa yang diperintahkan pendiri yang merangkap seolah sebagai pemilik, maka pengurus harus menurutinya, sekalipun
umumnya pendiri Yayasan sekaligus merangkap sebagai Pengurus Yayasan dimaksud. Berdasarkan pendapat para ahli dan dari substansi yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan yang ada, baik di Belanda maupun di Indonesia dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang dimiliki Yayasan adalah:
1. Badan hukum;
2. Tidak memiliki anggota;
3. Ada harta kekayaan yang dipisahkan; dan
4. Memiliki tujuan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
Oleh sebabnya, pada badan-badan, perkumpulan-perkumpulan yang tidak dengan tegas dinyatakan sebagai badan hukum, maka penetapan kedudukan sebagai
badan hukum dapat ditentukan dengan cara melihat pada hukum-hukum yang mengaturnya dan jika dari peraturan itu diambil kesimpulan adanya sifat-sifat, ciri-ciri
atau dengan arti lain terdapatnya unsur-unsur badan hukum, maka badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu dikatakan suatu badan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pendapat di atas, mengarahkan pemikiran pada teori yang paling tepat untuk menempatkan Yayasan sebagai badan hukum berdasarkan teori kekayaan
bertujuan. Teori ini membenarkan bahwa Yayasan merupakan suatu badan hukum, sebab menurut teori ini, hak-hak dari suatu badan hukum sebenarnya hak-hak yang
tidak jelas pemiliknya dan sebagai penggantinya adalah satu harta kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan. Seperti pada Yayasan, tujuan yang dimaksud adalah untuk
kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
71
Walaupun banyak teori tentang badan hukum, namun tidak seluruhnya cocok untuk diterapkan pada semua badan hukum. Teori yang ada tersebut harus disesuaikan
dengan karakteristik yang dimiliki oleh badan hukum tertentu. Teori propriete collective misalnya, cocok diterapkan untuk badan hukum yang mempunyai anggota,
tetapi untuk Yayasan teori dimaksud tidak banyak manfaatnya. Teori harta kekayaan bertujuan doelvermogens theorie hanya tepat untuk badan hukum diterapkan
terhadap Yayasan sebab Yayasan bukan organisasi yang berbasis keanggotaan. Karakterisitik Yayasan meliputi: bersifat privat, bukan bagian dari pemerintah, bukan
organisasi yang berbasis keanggotaan, entitas yang otonom self governing entity, tidak mencari keuntungan, dan bertujuan melayani kepentingan publik.
72
71
Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 71.
Selain teori harta kekayaan bertujuan, teori harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang dalam
jabatannya dapat pula diterapkan pada badan hukum yayasan. Hal ini dikarenakan teori ini mendekati teori kekayaan bertujuan.
72
Materi Perkuliahaan pada Mata Kuliah Hukum Perusahaan yang Disampaikan oleh Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI, pada tanggal 16 dan 23 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
Teori propriete collective yang diajarkan Marcel Planiol, menyebutkan badan hukum pada hakikatnya merupakan hak dan kewajiban para anggota bersama-sama.
Kekayaan badan hukum adalah kekayaan bersama semua anggotanya yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak hanya menjadi pemilik sebagai pribadi untuk
masing-masing bagiannya dalam satu kesatuan yang tidak dapat dibagi, sehingga masing-masing pribadi anggota adalah pemilik harta kekayaan yang terorganisasi
dalam badan hukum tersebut.
73
Teori organ yang diajarkan Otto van Gierke memandang bahwa badan hukum sebagai suatu yang nyata realiteit, bukan fiksi. Pandangan ini diikuti L.C. Polano.
Menurut teori organ badan hukum adalah suatu organisme yang riil, yang menjelma sungguh-sungguh dalam pergaulan hukum, yang dapat membentuk kemauan sendiri
dengan perantaraan alat-alat yang ada padanya pengurus, anggota-anggotanya seperti manusia biasa, yang memiliki panca indera dan sebagainya.
74
Dalam beberapa yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, juga telah dikenal Yayasan sebagai badan hukum, seperti dapat dijumpai dalam
Putusan Mahkamah Agung No. 152 KSip1969 tanggal 26 Nopember 1969, Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Juni 1973 No.124 KSip1973, Putusan Mahkamah
Argumentasi dari para ahli tampak memposisikan Yayasan sebagai badan hukum karena Yayasan memenuhi
untuk dikatakan sebagai badan hukum, walaupun tidak semua pendapat itu mengatakan demikian.
73
Ridwan Syahrani, Op. cit, hal. 35.
74
Ibid., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
Agung tanggal 08 Juli 1975 No. 476 KSip1975, Putusan Mahkamah Agung tanggal 20 April 1977 No. 601 KSip1975.
75
Kedudukan Yayasan sebagai badan hukum berdasarkan yurisprudensi di atas harus memenuhi syarat-syarat tertentu dan
kedudukan Pengurus Yayasan dalam hukum acara perdata,
76
hanya saja tidak diketahui dengan pasti pada saat kapan Yayasan memperoleh status sebagai badan
hukum.
77
Secara khusus mengenai Yayasan dikatakan sebagai badan hukum, dapat ditemukan dalam UU No.16 Tahun 2001 yang telah direvisi melalui UU No.28 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas UU No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan UU Yayasan, yaitu: “Undang-undang ini menegaskan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum
yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat sosial, kemanusiaan dan keagamaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan
dalam undang-undang ini”,
78
Apabila ditelaah penjelasan dari paragraf pertama Penjelasan Umum UU Yayasan, bahwa Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar atas
kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung, karena belum ada undang-undang yang mengaturnya. Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat
mendirikan Yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial,
yang kemudian ditemukan pula dalam PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Yayasan.
75
Chidir Ali, Loc. Cit., hal. 91-92.
76
H.P. Panggabean, Loc. Cit., hal. 11.
77
Anwar Borahima, Op.cit., hal. 69.
78
Paragraf kedua Penjelasan Umum UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga ada kalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Sejalan dengan kecenderungan tersebut
timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar,
sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau pihak lain, maupun adanya dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para Pendiri
atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena belum ada hukum positif mengenai Yayasan
sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa Yayasan-yayasan pada masa dulu
sebelum diundangkan UU Yayasan, telah ada dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki harta kekayaan;
2. Mempunyai tujuan tertentu;
3. Memiliki kepentingan sendiri;
4. Berlindung dalam sebuah nama organisasi atau perkumpulan;
5. Memiliki pendiri baik sendiri maupun kolektif yang merangkap sebagai
Pengurus; 6.
Memiliki pengurus dan tidak memiliki Pengawas dari pihak pemerintah. Itulah sebabnya dengan kondisi yang demikian Yayasan-yayasan pada masa
sebelum lahirnya UU Yayasan cenderung bermasalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum
Universitas Sumatera Utara
dalam Anggaran Dasar, sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau pihak lain, maupun Yayasan yang digunakan untuk menampung kekayaan dari para Pendiri atau
pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Berdasarkan perkembangannya dan mengingat eksistensi Yayasan-yayasan di
Indonesia telah banyak memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa, walapun pendiriannya selama ini dilakukan berdasarkan hukum kebiasaan dalam masyarakat,
karena belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur, maka untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar Yayasan-yayasan berfungsi sesuai
dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, Yayasan-yayasan tersebut diatur sebagai badan hukum
sebagaimana yang diatur dan ditentukan secara khusus dalam UU Yayasan. Dalam perspektif UU Yayasan, pendirian Yayasan dilakukan dengan akta
notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang
ditunjuk.
79
Memperhatikan kontruksi sebuah Yayasan, dapat digolongkan ke dalam perkumpulan dan perkumpulan itu sendiri adalah badan hukum walapun dalam KUH
Dengan demikian setelah adanya akta pendirian yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM barulah Yayasan tersebut dinyatakan memperoleh
status badan hukum. Persoalannya adalah bagaimana eksistensi Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan?, yang tentunya kondisi demikian berdampak
pada ketidakjelasan tanggung jawab dari para Pengurus Yayasan.
79
Paragraf ketiga Penjelasan Umum UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Perdata tidak tegas ditentukan sebagai badan hukum, namun dapat dirujuk pada ketentuan khusus lex spesialis yang mengatur bidang tertentu.
80
Sebagaimana dalam buku karangan M. Yahya Harahap, disinggung mengenai perhimpunan atau
perserikatakan orang, dimisalkannya sebuah badan keagamaan yang lazim disebutnya sebagai perkumpulan.
81
Perkumpulan adalah perhimpunan atau perserikatan orang zedelijke lichamen, corporate body baik yang didirikan dan diakui oleh kekuasaan umum seperti
daerah otonom, badan keagamaan, atau yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan yang baik.
82
Perkumpulan diatur dalam Buku Ketiga Bab XIX KUH Perdata yang terdiri atas Pasal 1653-1665 KUH Perdata. Perkumpulan diakui sebagai badan hukum
rechtspersoon, legal person misalnya ditemukan dalam Pasal 1653 KUH Perdata.
83
Selain perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan orang-orang sebagai perkumpulan-perkumpulan,
baik perkumpulan- perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum,
maupun perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang
atau kesusilaan yang baik.
84
Berdasarkan ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata di atas, secara yuridis, ada 2 dua cara menentukan ada atau tidaknya suatu badan hukum: pertama, dinyatakan
dengan tegas uitdrukkelijk bahwa suatu organisasi adalah badan hukum; kedua, tidak secara tegas disebutkan tetapi dengan peraturan sedemikian rupa bahwa badan itu
80
Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 57-58.
81
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 6.
82
Ibid.
83
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 1990, hal. 363.
84
Ibid. Lihat juga: Pasal 1653 KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
adalah badan hukum, oleh karena itu, dengan peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa badan tersebut adalah badan hukum. Badan hukum dengan
konstruksi keperdataan yang diatur dalam Pasal 1653 KUH Perdata tersebut meliputi semua perkumpulan swasta yang menurut Stb. 1870-64 dianggap sebagai badan
hukum dan diperlukan pengesahan aktanya sebagai syarat formal yang harus dipenuhi oleh perkumpulan yang berbadan hukum. Jadi, untuk mendirikan suatu badan hukum,
mutlak diperlukan pengesahan pemerintah.
85
Menurut ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata di atas, dapat pula dikelompokkan badan hukum itu ke dalam 3 tiga macam yaitu: pertama; badan hukum yang
diadakan oleh pemerintahkekuasaan umum daerah tingkat I, daerah tingkat IIKotamadya, misalnya bank-bank yang didirikan oleh negara dan sebagainya; kedua,
badan hukum yang diakui oleh pemerintahkekuasaan umum, misalnya perkumpulan- perkumpulan, gereja-gereja, dan organisasi-organisasi agama lainnya; dan ketiga,
badan hukum yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan, seperti Perseroan Terbatas PT, perkumpulan
asuransi, perkapalan, Yayasan, dan lain-lain.
B. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Sebelum Berlakunya UU Yayasan