Berpedoman pada kedua hal di atas, maka skema pendirian Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan sangat singkat sekali dan tidak berbelit-belit, sehingga pada
waktu dulu orang-orang cenderung banyak mendirikan Yayasan.
Skema 1: Pendirian Yayasan Sebelum Lahirnya UU Yayasan
1 4
5
2 3
Pendiri Yayasan melalui Notaris membuat akta pendirian beserta Anggaran
Dasar Yayasan yang akan didirikannya 1, kemudian Notaris mendaftarkan akta pendirian itu kepada Panitera Pengadilan Negeri untuk dicatatkan 4 dan kemudian
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia BNRI. Atau Pendiri secara langsung berdasarkan akta pendirian dari Notaris mendaftarkan kepada Panitera
Pengadilan Negeri 3 untuk dicatatkan atau didaftarkan kemudian diumumkan dalam BNRI. Bahkan pada faktanya pihak Yayasan atau Pendiri Yayasan sama sekali tidak
mendaftarkan akta pendiriannya ke Pengadilan Negeri setempat tetapi melakukan kegiatannya sehari-hari.
2. Setelah Berlakunya UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008
Setelah berlakunya UU Yayasan, penyesuaian akta pendirian Yayasan merupakan suatu kewajiban dan wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1
satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. Selama 5 lima tahun itu sampai pada tenggang waktu tahun 2008, diawali dari pengajuan surat permohonan dari Notaris
yang membuat akta Yayasan dan ditujukan kepada Menteri Hukum dan HAM cq. Pendiri
Notaris Pengadilan Negeri
Diumumkan dalam
TBNRI
Universitas Sumatera Utara
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Dirjen AHU. Dalam permohonan itu, dilampirkan berupa: salinan akta pendirian Yayasan yang dibubuhi materai 2 dua
eksemplar, fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama Yayasan yang telah dilegalisir oleh Notaris, fotokopi surat keterangan domisili Yayasan yang
dikeluarkan oleh lurah atau kepala desa setempat dan dilegalisir oleh Notaris, serta dilampirkan bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP.
Pengesahan akta pendirian ini merupakan kewajiban hukum bagi Pendiri Yayasan bagi Yayasan baru dan Pengurus bagi Yayasan sebelum lahirnya UU
Yayasan. Tanpa ada pengesahan, tidak bisa dikatakan sebagai badan hukum Yayasan. Karena yang disebut Yayasan, sesuai dengan pengertian pada Pasal 1 angka 1 UU
Yayasan adalah mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi Pendiri atau Pengurus untuk tidak mengajukan permohonan pengesahan akta
pendirianperubahan Anggaran Dasarnya kepada Menteri karena segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan sebelum Yayasan
memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung renteng.
Prosedur pengesahan akta pendirian Yayasan diatur pada Pasal 11 UU No.16 Tahun 2001 yang isi pasal tersebut telah mengalami perubahan pada UU No.28 Tahun
2008. Jika pada UU No.16 Tahun 2001, permohonan dapat dilakukan oleh Pendiri atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak
Azasi Manusia atas nama Menteri di wilayah kerjanya tempat kedudukan Yayasan, maka pada Pasal 11 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004, Pendiri atau kuasanya
Universitas Sumatera Utara
mengajukan permohonan secara langsung kepada Menkumham melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut. Perubahan Pasal 11 ayat 2 UU No.28
Tahun 2004 di atas telah mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu Yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menkumham melalui pengajuan oleh
Notaris. Pasal 22 UU Yayasan, menentukan bahwa ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12
secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan perubahan Anggaran Dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas perubahan Anggaran Dasar. Dengan
ditetapkannya Notaris yang mengajukan permohonan kepada Menteri, maka ini merupakan cara Negara memaksa Pendiri agar Yayasan yang didirikannya berstatus
badan hukum. Dengan ditetapkan oleh UU Yayasan seorang Notaris menjadi terikat untuk menjalankan tugas mengurusi permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan
atau perubahan Anggaran Dasar yang dibuatnya kepada Menkumham. Dalam ketentuan Pasal 11 ayat 3 UU No.28 Tahun 2004 menentukan Notaris yang membuat
akta pendirian Yayasan wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada menteri dalam waktu paling lambat 10 sepuluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
Yayasan ditandatangani. Notaris diberi batasan waktu maksimal 10 sepuluh hari setelah
penandatanganan akta pendirian. Waktu 10 sepuluh hari tergolong singkat, karena berpengaruh kepada pihak Pendiri Yayasan, yang harus sudah siap membuat surat
permohonan pengesahan ketika menandatangani akta tersebut. Maka dalam praktek di antara para Notaris yang berpraktek ketika Pendiri Yayasan bagi Yayasan yang baru
Universitas Sumatera Utara
berdiri ataupun Pengurus bagi Yayasan yang sudah berdiri sebelum UU Yayasan menghadap untuk membuat akta pendirian Yayasan ataupun perubahan Anggaran
Dasar, menawarkan sekaligus satu paket dengan surat permohonan pengesahan akta tersebut sehinggan Pendiri Yayasan maupun Pengurus Yayasan tidak merasa repot dan
tinggal membubuhkan tanda tangan.
143
Permohonan yang diajukan oleh Notaris kepada menteri dilakukan secara tertulis ini juga diatur pada Pasal 12 ayat 1 UU Yayasan. Setelah permohonan
pengesahan diterima oleh Menkumham, Pasal 11 UU Yayasan, mengatur bahwa dalam memproses permohonan itu Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait
dalam waktu 7 tujuh hari sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Pengertian dari instansi terkait di sini dapat dilihat dari kegiatan Yayasan dalam
mencapai maksud dan tujuanya. Jika kegiatannya menyangkut bidang kesehatan, maka Menkumham dapat meminta pertimbangan Menteri Kesehatan, jika di bidang
keagamaan, dapat meminta pertimbangan kepada Menteri Agama dan sebagainya. Instansi terkait diwajibkan memberikan petimbangan dimaksud dalam tempo
14 empat belas hari sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima oleh instansi tersebut. Namun, dalam meminta pertimbangan kepada instansi terkait bukan
merupakan keharusan jika menurut pertimbangan Menteri permohonan itu telah dapat diberikan pengesahan, maka tidak perlu meminta pertimbangan dari instansi itu.
Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan setelah dipertimbangkan oleh Menkumham, terdapat 2 dua kemungkinan, yaitu diterima atau ditolak. Jika
143
Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
permohonan tersebut diterima, maka Menteri memberikan pengesahan terhadap akta pendirian Yayasan. Apabila permohonan pengesahan ditolak maka alasan penolakan
harus sesuai dengan Pasal 13 ayat 2 UU Yayasan yang menegaskan bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang yang
berlaku dan peraturan pelaksanaannya. Pengesahan terhadap permohonan, diberikan atau ditolak, dilakukan dalam
jangka waktu maksimal 30 tiga puluh hari sejak tanggal penerimaan permohonan secara lengkap.
144
Apabila permohonan pengesahan di tolak oleh Menteri, menteri wajib memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohon mengenai
penolakan pengesahan akta pendirian Yayasan tersebut. Jika Menteri dalam memproses permohonan itu meminta
pertimbangan dari instansi terkait maka pemberian atau penolakan dilakukan dalam tempo 14 empat belas hari sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan
tersebut diterima.
145
144
Pasal 12 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004.
Alasan penolakan permohonan pengesahan adalah bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan
ketentuan dalam UU Yayasan danatau PP No.63 Tahun 2008. Meskipun telah diatur demikian, namun belum ada kepastian hukum jika dalam waktu yang telah ditentukan
selama 30 tiga puluh hari belum diterima permohonan itu secara lengkap Menteri belum memberikan jawaban. Sehingga hal ini menimbulkan tidak adanya kepastian
hukum, dan seharusnya ada pengaturan, bahwa jika seandainya dalam jangka waktu
145
Pasal 13 ayat 1 UU No.16 Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
tersebut Menteri tidak memberikan jawaban tentang diterima atau tidaknya permohonan pengesahan itu, maka permohonan pengesahan itu dianggap telah
diterima oleh Menteri.
146
Dalam UU Yayasan tampak bahwa pada saat pemberitahuan penolakan tanpa diketahui oleh Notaris yang membuat akta pendiriannya. Suatu permohonan
pengesahan akta pendirian diajukan melalui Notaris, setelah mendapatkan keputusan dari Menkumham tidak lagi melalui Notaris. Apakah sudah mendapat surat
pemberitahuan dari Menteri atau belum, Notaris yang pernah mengirim surat permohonan itu otomatis tidak tahu.
147
Berdasarkan penjabaran di atas dan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 22 UU Yayasan, yang menentukan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 12 UU Yayasan, secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan Perubahan Anggaran Dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas Perubahan
Anggaran Dasar. Yayasan-yayasan yang akan mengesahkan Akta pendiriannya tersebut harus mengikuti alur pengesahan akta pendirian Yayasan yang ditetapkan
setelah berlakunya UU Yayasan dapat dilihat pada skema sebagai berikut: Demikian juga jika permohonan yayasan
tersebut untuk menjadi badan hukum diterima, Menteri juga langsung memberitahukan secara tertulis kepada pemohon, tidak lagi melalui notaris yang membuat akta
pendiriannya.
148
146
Anwar Borahima, Op. Cit, hal. 47.
147
Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 42.
148
http:www.docstoc.comdocs21605599ALIR-PENGESAHAN-AKTA-PENDIRIAN- PERSETUJUAN, diakses tanggal 21 Februari 2012. Didownload dari Blog Kementerian Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Skema 2: Pengesahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Berlakunya UU Yayasan
Sumber: Dirjen Kemenkumham RI 2012
Apabila pengesahan akta pendirian yang diusulkan tersebut diterima, maka akan diumumkan di Berita Negara Republik Indonesia BNRI, jika tidak diterima
karena tidak memenuhi persyaratan menurut UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008, maka Yayasan tersebut harus memenuhi persyaratan itu sampai tenggang waktu atau
dan Kebudayaan, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Kopertis XII untuk wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Surat permohonan dari Notaris pembuat
akta ditujukan kepada Menteri
Hukum dan HAM: 1.
Asli salinan akta 2.
Surat keterangan domisili
3. Fotocopy NPWP
4. Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Loket
Penerimaan
Kasi Dok: 1.
Cek nama Yayasan
2. Diagendakan
Kasi BHS: Mendistri-
busikan kepada
Korektor
Korektor: Konsep
surat atau SK
Kasi BHS: Diteliti dan
diparaf Kasubdit BH:
Diteliti ulang dan diparaf
Kasi Dok: 1.
Pengetikan 2.
Dihubungi via telepon
3. Agenda
Direktur perdata: 1.
Diparaf untuk SK 2.
Menandatangani surat pemberitahuan
untuk memperbaiki sesuai catatan dan
melengkapi persyaratan.
Dirjen AHU: SK dan Surat
pencatatan pemberitahuan untuk
ditandatangani Subbag TU
Perdata: Penyerahan
SKSurat langsung ke pemohon atau
pengiriman SKSurat via pos
ke pemohon
Universitas Sumatera Utara
batas yang ditentukan yakni tahun 2008. Khusus untuk Yayasan-yayasan yang tidak memenuhi persyaratan hingga lewat batas waktu yang ditentukan tahun 2008 tersebut,
menurut Pasal 71 ayat 3 UU Yayasan, maka Yayasan tersebut harus dibubarkan dan asetnya harus dilikuidasi dan diserahkan kepada Yayasan lain yang memiliki maksud
dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang dibubarkan itu. Proses pengumuman Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan, dilakukan oleh
otoritas Pengurus Yayasan, namun belum ada aturan-aturan yang mewajibkan untuk diumumkan sebagai badan hukum. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui
kegiatan apa yang dilakukan oleh Yayasan tersebut. Dapat dikatakan bahwa Yayasan- yayasan tidak bersifat transparan pada saat itu. Menurut UU Yayasan, pengumuman itu
harus dilakukan oleh otoritas Menteri Menkumham cq Dirjen AHU dan bukan lagi dilakukan oleh Pengurus Yayasan akan tetapi Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan,
permohonannya diajukan oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia. Pengurus menurut ketentuan ini hanya
bertindak sebagai pemohon.
149
Hal ini dikarenakan pada masa dulu Yayasan-yayasan cenderung atau dengan sengaja tidak mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum atau tidak
melakukan pengumuman pada Lembaran Berita Negara Republik Indonesia. Maksud dan tujuan pengumuman tersebut, agar pendirian Yayasan dimaksud diketahui oleh
masyarakat.
149
Setelah Yayasan memperoleh status badan hukum, selanjutnya akta pendirian yang telah disahkan oleh Menkumham wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 24 ayat 2 UU No.16 Tahun 2001, permohonan untuk diumumkan dalam TBNRI diajukan oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada
Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau
perubahan Anggaran Dasar disetujui. Namun, pasal ini mengalami perubahan pada Pasal 24 ayat 2 UU No. 28 Tahun 2004, pengumuman dalam TBNRI tersebut
dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan disahkan atau perubahan Anggaran
Dasar disetujui oleh menteri. Tenggang waktu yang diberikan oleh Pasal 24 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004
hanya 14 empat belas hari karena dapat dipahami bahwa pengumuman tersebut merupakan kewajiban Menteri, maka pelaksanaannya dilakukan tanpa melalui
prosedur pengajuan permohonan pengumuman, melainkan secara otomatis Menteri akan segera mengumumkannya. Masalah yang terjadi saat ini adalah tenggang waktu
yang ditentukan sampai pada batas berakhirnya PP No.63 Tahun 2008, masih banyak Yayasan yang belum menyesuaikan akta pendiriannya. Secara umum, disebabkan
karena kelalaian dari Pengurus Yayasan atau ketidaklengkapan dokumen dalam akta sehingga ditolak pengesahan Anggaran Dasarnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Penyesuaian Akta Pendirian atau Anggaran Dasar Yayasan di Provinsi Sumatera Utara Terhadap UU Yayasan dan PP No. 63 Tahun 2008
Berdasarkan penelitian terhadap 41 empat puluh satu Yayasan di Wilayah Hukum Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kota Medan, setelah disahkannya UU
Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008, dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni:
1. Mendirikan Yayasan Baru di atas Yayasan Lama