Setelah Berlakunya UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008

Berpedoman pada kedua hal di atas, maka skema pendirian Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan sangat singkat sekali dan tidak berbelit-belit, sehingga pada waktu dulu orang-orang cenderung banyak mendirikan Yayasan. Skema 1: Pendirian Yayasan Sebelum Lahirnya UU Yayasan 1 4 5 2 3 Pendiri Yayasan melalui Notaris membuat akta pendirian beserta Anggaran Dasar Yayasan yang akan didirikannya 1, kemudian Notaris mendaftarkan akta pendirian itu kepada Panitera Pengadilan Negeri untuk dicatatkan 4 dan kemudian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia BNRI. Atau Pendiri secara langsung berdasarkan akta pendirian dari Notaris mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri 3 untuk dicatatkan atau didaftarkan kemudian diumumkan dalam BNRI. Bahkan pada faktanya pihak Yayasan atau Pendiri Yayasan sama sekali tidak mendaftarkan akta pendiriannya ke Pengadilan Negeri setempat tetapi melakukan kegiatannya sehari-hari.

2. Setelah Berlakunya UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008

Setelah berlakunya UU Yayasan, penyesuaian akta pendirian Yayasan merupakan suatu kewajiban dan wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. Selama 5 lima tahun itu sampai pada tenggang waktu tahun 2008, diawali dari pengajuan surat permohonan dari Notaris yang membuat akta Yayasan dan ditujukan kepada Menteri Hukum dan HAM cq. Pendiri Notaris Pengadilan Negeri Diumumkan dalam TBNRI Universitas Sumatera Utara Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Dirjen AHU. Dalam permohonan itu, dilampirkan berupa: salinan akta pendirian Yayasan yang dibubuhi materai 2 dua eksemplar, fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama Yayasan yang telah dilegalisir oleh Notaris, fotokopi surat keterangan domisili Yayasan yang dikeluarkan oleh lurah atau kepala desa setempat dan dilegalisir oleh Notaris, serta dilampirkan bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Pengesahan akta pendirian ini merupakan kewajiban hukum bagi Pendiri Yayasan bagi Yayasan baru dan Pengurus bagi Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan. Tanpa ada pengesahan, tidak bisa dikatakan sebagai badan hukum Yayasan. Karena yang disebut Yayasan, sesuai dengan pengertian pada Pasal 1 angka 1 UU Yayasan adalah mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi Pendiri atau Pengurus untuk tidak mengajukan permohonan pengesahan akta pendirianperubahan Anggaran Dasarnya kepada Menteri karena segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung renteng. Prosedur pengesahan akta pendirian Yayasan diatur pada Pasal 11 UU No.16 Tahun 2001 yang isi pasal tersebut telah mengalami perubahan pada UU No.28 Tahun 2008. Jika pada UU No.16 Tahun 2001, permohonan dapat dilakukan oleh Pendiri atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atas nama Menteri di wilayah kerjanya tempat kedudukan Yayasan, maka pada Pasal 11 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004, Pendiri atau kuasanya Universitas Sumatera Utara mengajukan permohonan secara langsung kepada Menkumham melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut. Perubahan Pasal 11 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004 di atas telah mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu Yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menkumham melalui pengajuan oleh Notaris. Pasal 22 UU Yayasan, menentukan bahwa ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12 secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan perubahan Anggaran Dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas perubahan Anggaran Dasar. Dengan ditetapkannya Notaris yang mengajukan permohonan kepada Menteri, maka ini merupakan cara Negara memaksa Pendiri agar Yayasan yang didirikannya berstatus badan hukum. Dengan ditetapkan oleh UU Yayasan seorang Notaris menjadi terikat untuk menjalankan tugas mengurusi permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan atau perubahan Anggaran Dasar yang dibuatnya kepada Menkumham. Dalam ketentuan Pasal 11 ayat 3 UU No.28 Tahun 2004 menentukan Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada menteri dalam waktu paling lambat 10 sepuluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani. Notaris diberi batasan waktu maksimal 10 sepuluh hari setelah penandatanganan akta pendirian. Waktu 10 sepuluh hari tergolong singkat, karena berpengaruh kepada pihak Pendiri Yayasan, yang harus sudah siap membuat surat permohonan pengesahan ketika menandatangani akta tersebut. Maka dalam praktek di antara para Notaris yang berpraktek ketika Pendiri Yayasan bagi Yayasan yang baru Universitas Sumatera Utara berdiri ataupun Pengurus bagi Yayasan yang sudah berdiri sebelum UU Yayasan menghadap untuk membuat akta pendirian Yayasan ataupun perubahan Anggaran Dasar, menawarkan sekaligus satu paket dengan surat permohonan pengesahan akta tersebut sehinggan Pendiri Yayasan maupun Pengurus Yayasan tidak merasa repot dan tinggal membubuhkan tanda tangan. 143 Permohonan yang diajukan oleh Notaris kepada menteri dilakukan secara tertulis ini juga diatur pada Pasal 12 ayat 1 UU Yayasan. Setelah permohonan pengesahan diterima oleh Menkumham, Pasal 11 UU Yayasan, mengatur bahwa dalam memproses permohonan itu Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam waktu 7 tujuh hari sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Pengertian dari instansi terkait di sini dapat dilihat dari kegiatan Yayasan dalam mencapai maksud dan tujuanya. Jika kegiatannya menyangkut bidang kesehatan, maka Menkumham dapat meminta pertimbangan Menteri Kesehatan, jika di bidang keagamaan, dapat meminta pertimbangan kepada Menteri Agama dan sebagainya. Instansi terkait diwajibkan memberikan petimbangan dimaksud dalam tempo 14 empat belas hari sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima oleh instansi tersebut. Namun, dalam meminta pertimbangan kepada instansi terkait bukan merupakan keharusan jika menurut pertimbangan Menteri permohonan itu telah dapat diberikan pengesahan, maka tidak perlu meminta pertimbangan dari instansi itu. Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan setelah dipertimbangkan oleh Menkumham, terdapat 2 dua kemungkinan, yaitu diterima atau ditolak. Jika 143 Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 40. Universitas Sumatera Utara permohonan tersebut diterima, maka Menteri memberikan pengesahan terhadap akta pendirian Yayasan. Apabila permohonan pengesahan ditolak maka alasan penolakan harus sesuai dengan Pasal 13 ayat 2 UU Yayasan yang menegaskan bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku dan peraturan pelaksanaannya. Pengesahan terhadap permohonan, diberikan atau ditolak, dilakukan dalam jangka waktu maksimal 30 tiga puluh hari sejak tanggal penerimaan permohonan secara lengkap. 144 Apabila permohonan pengesahan di tolak oleh Menteri, menteri wajib memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohon mengenai penolakan pengesahan akta pendirian Yayasan tersebut. Jika Menteri dalam memproses permohonan itu meminta pertimbangan dari instansi terkait maka pemberian atau penolakan dilakukan dalam tempo 14 empat belas hari sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan tersebut diterima. 145 144 Pasal 12 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004. Alasan penolakan permohonan pengesahan adalah bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam UU Yayasan danatau PP No.63 Tahun 2008. Meskipun telah diatur demikian, namun belum ada kepastian hukum jika dalam waktu yang telah ditentukan selama 30 tiga puluh hari belum diterima permohonan itu secara lengkap Menteri belum memberikan jawaban. Sehingga hal ini menimbulkan tidak adanya kepastian hukum, dan seharusnya ada pengaturan, bahwa jika seandainya dalam jangka waktu 145 Pasal 13 ayat 1 UU No.16 Tahun 2001. Universitas Sumatera Utara tersebut Menteri tidak memberikan jawaban tentang diterima atau tidaknya permohonan pengesahan itu, maka permohonan pengesahan itu dianggap telah diterima oleh Menteri. 146 Dalam UU Yayasan tampak bahwa pada saat pemberitahuan penolakan tanpa diketahui oleh Notaris yang membuat akta pendiriannya. Suatu permohonan pengesahan akta pendirian diajukan melalui Notaris, setelah mendapatkan keputusan dari Menkumham tidak lagi melalui Notaris. Apakah sudah mendapat surat pemberitahuan dari Menteri atau belum, Notaris yang pernah mengirim surat permohonan itu otomatis tidak tahu. 147 Berdasarkan penjabaran di atas dan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 22 UU Yayasan, yang menentukan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 UU Yayasan, secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan Perubahan Anggaran Dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas Perubahan Anggaran Dasar. Yayasan-yayasan yang akan mengesahkan Akta pendiriannya tersebut harus mengikuti alur pengesahan akta pendirian Yayasan yang ditetapkan setelah berlakunya UU Yayasan dapat dilihat pada skema sebagai berikut: Demikian juga jika permohonan yayasan tersebut untuk menjadi badan hukum diterima, Menteri juga langsung memberitahukan secara tertulis kepada pemohon, tidak lagi melalui notaris yang membuat akta pendiriannya. 148 146 Anwar Borahima, Op. Cit, hal. 47. 147 Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 42. 148 http:www.docstoc.comdocs21605599ALIR-PENGESAHAN-AKTA-PENDIRIAN- PERSETUJUAN, diakses tanggal 21 Februari 2012. Didownload dari Blog Kementerian Pendidikan Universitas Sumatera Utara Skema 2: Pengesahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Berlakunya UU Yayasan Sumber: Dirjen Kemenkumham RI 2012 Apabila pengesahan akta pendirian yang diusulkan tersebut diterima, maka akan diumumkan di Berita Negara Republik Indonesia BNRI, jika tidak diterima karena tidak memenuhi persyaratan menurut UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008, maka Yayasan tersebut harus memenuhi persyaratan itu sampai tenggang waktu atau dan Kebudayaan, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Kopertis XII untuk wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Surat permohonan dari Notaris pembuat akta ditujukan kepada Menteri Hukum dan HAM: 1. Asli salinan akta 2. Surat keterangan domisili 3. Fotocopy NPWP 4. Penerimaan Negara Bukan Pajak Loket Penerimaan Kasi Dok: 1. Cek nama Yayasan 2. Diagendakan Kasi BHS: Mendistri- busikan kepada Korektor Korektor: Konsep surat atau SK Kasi BHS: Diteliti dan diparaf Kasubdit BH: Diteliti ulang dan diparaf Kasi Dok: 1. Pengetikan 2. Dihubungi via telepon 3. Agenda Direktur perdata: 1. Diparaf untuk SK 2. Menandatangani surat pemberitahuan untuk memperbaiki sesuai catatan dan melengkapi persyaratan. Dirjen AHU: SK dan Surat pencatatan pemberitahuan untuk ditandatangani Subbag TU Perdata: Penyerahan SKSurat langsung ke pemohon atau pengiriman SKSurat via pos ke pemohon Universitas Sumatera Utara batas yang ditentukan yakni tahun 2008. Khusus untuk Yayasan-yayasan yang tidak memenuhi persyaratan hingga lewat batas waktu yang ditentukan tahun 2008 tersebut, menurut Pasal 71 ayat 3 UU Yayasan, maka Yayasan tersebut harus dibubarkan dan asetnya harus dilikuidasi dan diserahkan kepada Yayasan lain yang memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang dibubarkan itu. Proses pengumuman Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan, dilakukan oleh otoritas Pengurus Yayasan, namun belum ada aturan-aturan yang mewajibkan untuk diumumkan sebagai badan hukum. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kegiatan apa yang dilakukan oleh Yayasan tersebut. Dapat dikatakan bahwa Yayasan- yayasan tidak bersifat transparan pada saat itu. Menurut UU Yayasan, pengumuman itu harus dilakukan oleh otoritas Menteri Menkumham cq Dirjen AHU dan bukan lagi dilakukan oleh Pengurus Yayasan akan tetapi Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan, permohonannya diajukan oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia. Pengurus menurut ketentuan ini hanya bertindak sebagai pemohon. 149 Hal ini dikarenakan pada masa dulu Yayasan-yayasan cenderung atau dengan sengaja tidak mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum atau tidak melakukan pengumuman pada Lembaran Berita Negara Republik Indonesia. Maksud dan tujuan pengumuman tersebut, agar pendirian Yayasan dimaksud diketahui oleh masyarakat. 149 Setelah Yayasan memperoleh status badan hukum, selanjutnya akta pendirian yang telah disahkan oleh Menkumham wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 24 ayat 2 UU No.16 Tahun 2001, permohonan untuk diumumkan dalam TBNRI diajukan oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan Anggaran Dasar disetujui. Namun, pasal ini mengalami perubahan pada Pasal 24 ayat 2 UU No. 28 Tahun 2004, pengumuman dalam TBNRI tersebut dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan disahkan atau perubahan Anggaran Dasar disetujui oleh menteri. Tenggang waktu yang diberikan oleh Pasal 24 ayat 2 UU No.28 Tahun 2004 hanya 14 empat belas hari karena dapat dipahami bahwa pengumuman tersebut merupakan kewajiban Menteri, maka pelaksanaannya dilakukan tanpa melalui prosedur pengajuan permohonan pengumuman, melainkan secara otomatis Menteri akan segera mengumumkannya. Masalah yang terjadi saat ini adalah tenggang waktu yang ditentukan sampai pada batas berakhirnya PP No.63 Tahun 2008, masih banyak Yayasan yang belum menyesuaikan akta pendiriannya. Secara umum, disebabkan karena kelalaian dari Pengurus Yayasan atau ketidaklengkapan dokumen dalam akta sehingga ditolak pengesahan Anggaran Dasarnya. Universitas Sumatera Utara B. Penyesuaian Akta Pendirian atau Anggaran Dasar Yayasan di Provinsi Sumatera Utara Terhadap UU Yayasan dan PP No. 63 Tahun 2008 Berdasarkan penelitian terhadap 41 empat puluh satu Yayasan di Wilayah Hukum Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kota Medan, setelah disahkannya UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008, dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni:

1. Mendirikan Yayasan Baru di atas Yayasan Lama

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Konsekuensi Hukum Yayasan Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 29 152

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2004 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

0 0 7

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26