C. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Setelah Berlakunya UU Yayasan
Pasal 2 UU Yayasan menegaskan bahwa “Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas”. UU Yayasan tidak mengenal organ
Pendiri, sebab, jika merujuk kepada Pasal 1 angka 1 dan Pasal 14 ayat 2 huruf d UU Yayasan, kekayaan awal Yayasan dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendiri atau para
Pendiri dalam bentuk uang atau benda. Ketika Pendiri telah memisahkan hartanya sebahagian untuk mendirikan Yayasan, maka setelah memperoleh pengesahan dari
Menteri Kehakiman dan HAM, tanggung jawab Pendiri beralih menjadi tanggung jawab Pembina, Pengurus, dan Pengawas, sebagaimana penegasan Pasal 12 ayat 1
dikaitkan dengan ketentuan Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan. Batasan tanggung jawab Pendiri, hanya sampai pada batas ketika akta pendirian telah disahkan Menteri sebagai
badan hukum. Jika Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan, maka untuk merubah akta pendirianAnggaran Dasar Yayasan untuk disesuaikan terhadap
UU Yayasan dilakukan organ Yayasan yang dapat dilihat dalam Anggaran Dasar atau akta terakhir Yayasan tersebut, yang pada umumnya dilakukan oleh Pengurus yang
sekaligus Pendiri Yayasan guna untuk membentuk organ Yayasan menurut UU Yayasan yakni Pembina, Pengurus dan Pengawas yang kemudian dituangkan dalam
akta notarial, selanjutnya Pembina Yayasan tersebut mengadakan rapat Pembina untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan tersebut yang juga dituangkan dalam
akta notarial dan selanjutnya Pengurus melalui notaris yang membuat akta notarial mengajukan permohonan pengesahan kepada Dirjen Administrasi Hukum Umum,
Kemenhukham.
Universitas Sumatera Utara
Menurut ketentuan Pasal 11 ayat 1 UU Yayasan, menegaskan bahwa Yayasan akan berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya memperoleh pengesahan dari
Menteri Hukum dan HAM. Berarti sejak disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM barulah Yayasan dapat dikatakan sebagai badan hukum. Sehingga dengan demikian
organ-organ Yayasan akan bertanggung jawab sesuai dengan pertanggungjawaban layaknya sebuah badan hukum. Kewenangan Menteri dalam Pasal 11 ayat 2 UU
No.16 Tahun 2001, memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM
yang wilayah kerjanya sesuai dengan tempat kedudukan Yayasan itu didirikan telah dihapus dalam Pasal 11 UU No. 28 Tahun 2004 dengan menetapkan hanya melalui
Menteri sehingga ditiadakan kewenangan Kanwil Kemenkumham dalam hal ini. Prosedur pengesahan akta pendirian Yayasan menurut UU Yayasan sampai
disahkannya akta tersebut oleh Menteri Kehakiman dan HAM, jika ditinjau dari pasal- pasal yang terkandung dalam UU Yayasan dilakukan oleh organ Pendiri Yayasan
bukan organ Pengurus Yayasan. Tanggung jawab Pengurus terhadap penyesuaian akta pendirian Yayasan atau perubahan Angaran Dasar ditentukan dalam ketentuan Pasal
24 ayat 2 UU Yayasan, yakni: Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan permohonannya
oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung
sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan Anggaran Dasar yang disetujui. Penjelasan: Permohonan pengumuman dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia dapat diajukan secara langsung atau dikirim melalui surat tercatat.
Universitas Sumatera Utara
Dengan perpedoman pada ketentuan Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan di atas, akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan
Anggaran Dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia oleh Pengurus. Apabila selama pengumuman belum
dilakukan oleh Pengurus, maka Pengurus Yayasan bertanggung jawab secara tanggung renteng atas seluruh kerugian Yayasan. Tanggung jawab dimaksud adalah pemberian
sanksi perdata kepada Pengurus jika pengurus tidak melaksanakan kewajibannya untuk mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Tanggung jawab renteng dibebankan kepada setiap Pengurus Yayasan tanpa terkecuali. Jika Pengurus ada lima orang, maka terhadap kelimanya harus sama-sama
ikut memikul tanggung jawab, bukan tanggung jawab secara pribadi yang digantungkan kepada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan, kelalaian atau
pelanggaran, maka tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada individu Pengurus yang melakukan kesalahan itu. Termasuk tanggung jawab terhadap pihak
ketiga Yayasan yang bersangkutan, Masyarakat, danatau Negara
98
Mengenai dasar alasan pertimbangan penegakan prinsip tanggung jawab secara tanggung renteng dalam UU Yayasan untuk mengenakan sanksi perdata.
Pertimbangannya bertujuan agar semua Pengurus tanpa terkecuali saling ikut jika terdapat
dokumen laporan tahunan ternyata tidak benar dan menyesatkan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 51 UU Yayasan, maka Pengurus dan Pengawas secara
tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.
98
Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 222.
Universitas Sumatera Utara
menekuni secara terus-menerus pengurusan Yayasan secara solidaritas tanpa mempersoalkan bidang tugas yang diberikan kepadanya, sehingga para Pengurus
secara keseluruhan harus bersatu dan penuh tanggung jawab dan bekerjasama mengurusi kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.
Para Pengurus harus sadar bahwa setiap saat tanggung jawab secara tanggung renteng selalu menanti, meskipun kesalahan, kelalaian atau pelanggaran itu dilakukan
oleh Pengurus yang lainnya, meskipun hal itu terjadi di luar bidang tugasnya serta terjadi di luar pengetahuannya atau walaupun Pengurus tersebut tidak ambil bagian
sedikit pun atas peristiwa itu, tetap saja harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian yang terjadi.
Penerapan tanggung jawab secara renteng menurut M. Yahya Harahap, berbeda dengan prinsip tanggung jawab pribadi yang digantungkan kepada faktor siapa pelaku
yang melakukan kesalahan, kelalaian atau pelanggaran, tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada Pengurus yang melakukan kesalahan itu. Menurut tanggung
jawab secara pribadi, tidak dilibatkan Pengurus yang lain secara tanggung renteng.
99
Tanggung jawab renteng berlaku terhadap Pengurus Yayasan yang tidak menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang diurusnya sesuai dengan ketentuan dalam
UU Yayasan. Mengenai perubahan akta pendirian Yayasan, dapat dipahami maksud ketentuan dalam Pasal 14 ayat 1 UU Yayasan, disebutkan bahwa akta pendirian
Yayasan memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain dianggap perlu. Makna dari
99
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 385.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 14 Ayat 1 ini adalah berubahnya akta pendirian Yayasan, harus berubah pula ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar Yayasan.
100
Mengenai siapa yang bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang berdiri sebelum UU Yayasan, tidak tegas diperintahkan kepada Pengurus
melainkan UU Yayasan memerintahkannya kepada organ Pendiri. Dalam hal ini menjadi persoalan dihadapi bagi Yayasan-yayasan jika para Pendirinya sudah
meninggal dunia, sehingga dapat menimbulkan kebingungan pada praktiknya. Hendaknya UU Yayasan memerintahkan dalam hal ini kepada Pengurus, namun
ketentuan dalam UU Yayasan, tidak satu pasal pun yang menegaskan perintah untuk menyesuaikan akta Yayasan kepada Pengurus bagi Yayasan yang didirikan sebelum
lahirnya UU Yayasan. Apabila dirujuk pada Ketentuan Peralihan dalam Pasal 71 ayat 1 huruf a dan
b UU Yayasan, pada saat UU Yayasan diberlakukan, maka Yayasan yang: a.
Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau
b. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan
dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai berlakunya Undang-
Undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Menurut ketentuan di atas, kepada organ mana UU Yayasan mewajibkan untuk menyesuaikan Anggaran Dasar yang tersurat di dalam akta pendirian tidak dijelaskan
dalam pasal ini. Apabila diteliti pada ketentuan Pasal 24 ayat 1 dan 2 UU Yayasan
100
Ade Surya Meliya, Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya UU No 16 Tahun 2001 Jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Tesis, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal 14.
Universitas Sumatera Utara
hanya memerintahkan kepada Pengurus dalam hal mengumumkan akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar
yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, ketentuan ini merupakan suatu kewajiban bagi Pengurus.
Sementara menurut ketentuan Pasal 12 ayat 1 UU Yayasan, akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar
yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM, diajukan oleh Pendiri atau Kuasanya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri. Sedangkan
Pendiri hanya berkewajiban mengumumkan akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak
tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan Anggaran Dasar yang disetujui.
Tanggung jawab renteng berlaku kepada Pegurus jika Pengurus tidak melakukan atau mengambil tindakan terhadap hal di atas. Pengurus lah yang
sebenarnya harus bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan. Dasar hukumnya berdasarkan ketentuan
Pasal 35 UU Yayasan, bahwa dalam pasal tersebut ditegaskan “Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan
Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan”.
Universitas Sumatera Utara
Kalimat “Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan” di atas, dapat dipahami maknanya bahwa ketentuan Pasal 35 UU Yayasan
mengisyaratkan kewenangan besar dalam mengurusi Yayasan berada di tangan Pengurus. Sehingga Pengurus bisa saja bertindak di luar daripada ketentuan dalam UU
Yayasan atau dalam hal mengeluarkan kebijakan yang dianggapnya tepat dengan berlandaskan pada unsur itikad baik goeder trouw atau good faith.
101
Walaupun Pengurus memiliki kewenangan besar dalam mengurusi Yayasan, jika ada tindakan Pengurus yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar, dianggap merupakan tindakan yang melampaui batas kapasitas kepengurusan oleh Pengurus. Tindakan yang tidak sesuai dengan
kapasitas ini berkaitan dengan asas atau doktrin ultra vires yang dikenal dalam hukum Perseroan. Tindakan Pengurus yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan
adalah tindakan di luar kewenagan.
102
Perbuatan ultra vires pada prinsipnya adalah perbuatan yang batal demi hukum dan oleh karena itu tidak mengikat Yayasan.
103
Oleh sebab itu, karena UU Yayasan memerintahkan penyesuaian akta pendirian Yayasan yang berdiri sebelum UU Yayasan hanya kepada Pendiri, maka terhadap
Pendiri Yayasan-yayasan yang telah meninggal dunia, menurut Penulis berpandangan bahwa Pengurus dapat bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang
101
Ibid., hal. 373.
102
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 66.
103
Fred B.G. Tumbuan, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Serta Kedudukan RUPS Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995”, Makalah Kuliah S2 Fakultas
Hukum Universitas Indonesia Tahun Ajaran 2001-2002, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
berdiri sebelum UU Yayasan, jika para Pendirinya tersebut sudah tidak ada atau telah meninggal dunia.
Apabila ditelaah dan dibandingkan antara UU Yayasan dengan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, tampak perbedaan kedudukan organ
antara Yayasan dengan Perseroan Terbatas PT. Dalam UU Yayasan, organ yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan adalah Pengurus sedangkan
menurut UUPT adalah Direksi. Yayasan bertujuan non profit sedangkan PT berorientasi profit. Namun, perintah undang-undang baik UU Yayasan dan UUPT
tetap mengamanahkan tanggung jawab penuh kepada Pengurus jika badan hukum Yayasan dan Direksi jika badan hukum PT atas kepengurusannya untuk kepentingan
dan tujuan badan hukum dimaksud dan berhak mewakili badan hukum itu baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Ketentuan mengenai hal itu, dapat ditemukan dalam penegasan Pasal 35 ayat 1 UU Yayasan, ditegaskan bahwa: ”Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh
atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan”, dengan demikian karena
perintah UU Yayasan mengenai tanggung jawab mirip dengan tanggung jawab yang diamanahkan UUPT kepada Direksi, maka sebahagian asas-asas dan prinsip-prinsip
tanggung jawab sebagaimana yang dikenal dalam UUPT, dapat pula diterapkan dalam kepengurusan Yayasan. Pasal 97 ayat 1 dan ayat 2 UUPT memerintahkan kepada
Direksi untuk mengurusi perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Begitu pula halnya dalam kepengurusan Yayasan menurut Pasal 35 ayat 2 UU
Universitas Sumatera Utara
Yayasan ditegaskan bahwa: “Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan”.
Apabila ditelaah lebih seksama, prinsip yang tersirat di dalam ketentuan Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU Yayasan di atas, terdapat suatu prinsip ”wajib dipercaya”
atau fiduciary duty yang dalam hal ini Pengurus Yayasan wajib dipercaya dalam mengurusi Yayasan. Sebagaimana Alvi Syahrin, mengatakan sebagai berikut:
Yayasan sangat bergantung pada organ Pengurus sebagai organ yang dipercaya untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan fungsinya. Antara Yayasan
dengan organ Pengurus terdapat hubungan pemegang kepercayaan fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties, yang berarti keberadaan organ
adalah semata-mata demi kepentingan dan tujuan Yayasan. Hal tersebut dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 UU Yayasan.
104
Tanggung jawab penuh dan dengan itikad baik semacam ini, tidak dikenal sebelum lahirnya UU Yayasan. Hal ini menegaskan bahwa kepengurusan Yayasan
oleh Pengurus setelah keluarnya UU Yayasan, harus dilakukan secara loyal duty of loyality,
105
artinya Pengurus harus melaksanakan tugasnya hanya untuk dan atas nama kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan. Berdasarkan
ketentuan Pasal 35 ayat 1 UU Yayasan, berarti Pengurus Yayasan adalah sebagai pemegang amanah fiduciary yang harus berperilaku sebagaimana layaknya
pemegang kepercayaan yang menurut sistem common law hubungan itu dapat didasarkan pada teori fiduciary duty.
106
104
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op. Cit., hal. 67.
105
Joel Seligman, Corporations Cases and Materials, Boston Toronto: Little, Brown and Company, 1995, hal. 230.
106
Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari Tanggung Jawab Pengurus Bank
dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
Sistem common law mengakui bahwa orang yang memegang kepercayaan fiduciary secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya.
Oleh sebab itu, hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada standar perilaku yang tinggi.
107
Standar ini berkaitan dengan unsur moral yang tidak limitatif ditegaskan dalam Pasal 35 ayat 2 UU Yayasan, akan tetapi ukuran itikad
baik dapat dipahami dari sistem common law berpandangan berikut ini:
108
1. Wajib dipercaya;
2. Wajib melaksanakan pengelolaan untuk tujuan yang wajar duty to act for a
profer purpose; 3.
Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan statutory duty; 4.
Wajib loyal loyality duty; dan 5.
Wajib menghindari benturan kepentingan avoid conflict of interest. Kewajiban-kewajiban di atas dapat diterapkan kepada Pengurus Yayasan untuk
berhati-hati prudence. Kewajiban berhati-hati merupakan alasan yang tepat yang harus dilakukan Pengurus untuk melakukan kepengurusan Yayasan dengan itikad baik.
Pelanggaran terhadap prinsip ini, menurut Pasal 39 ayat 1 UU Yayasan, Pengurus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Yayasan. Sehingga organ
Pengurus dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya secara pribadi terhadap
Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan, Diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 4-5. Lihat juga:
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op. Cit., hal. 71. Lihat juga: Ade Surya Meliya, Op. Cit, hal. 117.
107
Ibid, hal. 5.
108
M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 374-377. Lihat juga: Chandra Lubis, Unsur Itikad Baik Dalam Pengelolaan Perseroan Oleh Direksi, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 7, dan hal, 59.
Universitas Sumatera Utara
perbuatan yang dilakukannya. Namun, apabila dipahami maksud dari penegasan ketentuan Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan, Pengurus dapat terlepas dari segala
pertanggungjawaban apabila dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahannya dan kelalaiannya. Prinsip dalam Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan ini
diadopsi dari prinsip ketentuan keputusan bisnis Business Judment Rule yang dikenal dalam hukum perusahaan.
109
Selain dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan dan kelalaiannya, Pengurus juga telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan
kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud yayasan, tidak mempunyai benturan langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
mengakibatkan kepailitan atau kerugian, dan telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutan kerugian tersebut.
Dengan berlandaskan pada pelaksanaan tanggung jawab Pengurus Yayasan secara penuh dan itikad baik ini serta dapat dibuktikannya bahwa kerugian atau
kepailitan dalam Yayasan bukan karena kelalaian dan kesalahan Pengurus tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Pengurus telah melakukan kepengurusan Yayasan
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan, dengan kata lain, Pengurus dapat berlindung
dibalik ketentuan Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan. Sehingga terhadap Pengurus yang demikian tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya. Hal ini mempertegas bahwa
109
Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Op. Cit., hal. 9. Lihat juga: Chandra Lubis, Op. Cit., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
apabila Pengurus telah menjalankan fiduciary duty dengan hati-hati atau prudence secara benar dan dapat dibuktikan secara dokumentatif maka Pengurus akan terhindar
dari tuntutan dan sanksi hukum perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 UU Yayasan yakni Pengurus harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atau secara
pribadi.
D. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Menurut PP No.63 Tahun 2008 Tentang Yayasan