Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Setelah Berlakunya UU Yayasan

C. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Setelah Berlakunya UU Yayasan

Pasal 2 UU Yayasan menegaskan bahwa “Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas”. UU Yayasan tidak mengenal organ Pendiri, sebab, jika merujuk kepada Pasal 1 angka 1 dan Pasal 14 ayat 2 huruf d UU Yayasan, kekayaan awal Yayasan dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendiri atau para Pendiri dalam bentuk uang atau benda. Ketika Pendiri telah memisahkan hartanya sebahagian untuk mendirikan Yayasan, maka setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM, tanggung jawab Pendiri beralih menjadi tanggung jawab Pembina, Pengurus, dan Pengawas, sebagaimana penegasan Pasal 12 ayat 1 dikaitkan dengan ketentuan Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan. Batasan tanggung jawab Pendiri, hanya sampai pada batas ketika akta pendirian telah disahkan Menteri sebagai badan hukum. Jika Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan, maka untuk merubah akta pendirianAnggaran Dasar Yayasan untuk disesuaikan terhadap UU Yayasan dilakukan organ Yayasan yang dapat dilihat dalam Anggaran Dasar atau akta terakhir Yayasan tersebut, yang pada umumnya dilakukan oleh Pengurus yang sekaligus Pendiri Yayasan guna untuk membentuk organ Yayasan menurut UU Yayasan yakni Pembina, Pengurus dan Pengawas yang kemudian dituangkan dalam akta notarial, selanjutnya Pembina Yayasan tersebut mengadakan rapat Pembina untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan tersebut yang juga dituangkan dalam akta notarial dan selanjutnya Pengurus melalui notaris yang membuat akta notarial mengajukan permohonan pengesahan kepada Dirjen Administrasi Hukum Umum, Kemenhukham. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuan Pasal 11 ayat 1 UU Yayasan, menegaskan bahwa Yayasan akan berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Berarti sejak disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM barulah Yayasan dapat dikatakan sebagai badan hukum. Sehingga dengan demikian organ-organ Yayasan akan bertanggung jawab sesuai dengan pertanggungjawaban layaknya sebuah badan hukum. Kewenangan Menteri dalam Pasal 11 ayat 2 UU No.16 Tahun 2001, memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM yang wilayah kerjanya sesuai dengan tempat kedudukan Yayasan itu didirikan telah dihapus dalam Pasal 11 UU No. 28 Tahun 2004 dengan menetapkan hanya melalui Menteri sehingga ditiadakan kewenangan Kanwil Kemenkumham dalam hal ini. Prosedur pengesahan akta pendirian Yayasan menurut UU Yayasan sampai disahkannya akta tersebut oleh Menteri Kehakiman dan HAM, jika ditinjau dari pasal- pasal yang terkandung dalam UU Yayasan dilakukan oleh organ Pendiri Yayasan bukan organ Pengurus Yayasan. Tanggung jawab Pengurus terhadap penyesuaian akta pendirian Yayasan atau perubahan Angaran Dasar ditentukan dalam ketentuan Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan, yakni: Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan permohonannya oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan Anggaran Dasar yang disetujui. Penjelasan: Permohonan pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dapat diajukan secara langsung atau dikirim melalui surat tercatat. Universitas Sumatera Utara Dengan perpedoman pada ketentuan Pasal 24 ayat 2 UU Yayasan di atas, akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui, wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia oleh Pengurus. Apabila selama pengumuman belum dilakukan oleh Pengurus, maka Pengurus Yayasan bertanggung jawab secara tanggung renteng atas seluruh kerugian Yayasan. Tanggung jawab dimaksud adalah pemberian sanksi perdata kepada Pengurus jika pengurus tidak melaksanakan kewajibannya untuk mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Tanggung jawab renteng dibebankan kepada setiap Pengurus Yayasan tanpa terkecuali. Jika Pengurus ada lima orang, maka terhadap kelimanya harus sama-sama ikut memikul tanggung jawab, bukan tanggung jawab secara pribadi yang digantungkan kepada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan, kelalaian atau pelanggaran, maka tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada individu Pengurus yang melakukan kesalahan itu. Termasuk tanggung jawab terhadap pihak ketiga Yayasan yang bersangkutan, Masyarakat, danatau Negara 98 Mengenai dasar alasan pertimbangan penegakan prinsip tanggung jawab secara tanggung renteng dalam UU Yayasan untuk mengenakan sanksi perdata. Pertimbangannya bertujuan agar semua Pengurus tanpa terkecuali saling ikut jika terdapat dokumen laporan tahunan ternyata tidak benar dan menyesatkan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 51 UU Yayasan, maka Pengurus dan Pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan. 98 Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 222. Universitas Sumatera Utara menekuni secara terus-menerus pengurusan Yayasan secara solidaritas tanpa mempersoalkan bidang tugas yang diberikan kepadanya, sehingga para Pengurus secara keseluruhan harus bersatu dan penuh tanggung jawab dan bekerjasama mengurusi kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan. Para Pengurus harus sadar bahwa setiap saat tanggung jawab secara tanggung renteng selalu menanti, meskipun kesalahan, kelalaian atau pelanggaran itu dilakukan oleh Pengurus yang lainnya, meskipun hal itu terjadi di luar bidang tugasnya serta terjadi di luar pengetahuannya atau walaupun Pengurus tersebut tidak ambil bagian sedikit pun atas peristiwa itu, tetap saja harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian yang terjadi. Penerapan tanggung jawab secara renteng menurut M. Yahya Harahap, berbeda dengan prinsip tanggung jawab pribadi yang digantungkan kepada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan, kelalaian atau pelanggaran, tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada Pengurus yang melakukan kesalahan itu. Menurut tanggung jawab secara pribadi, tidak dilibatkan Pengurus yang lain secara tanggung renteng. 99 Tanggung jawab renteng berlaku terhadap Pengurus Yayasan yang tidak menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang diurusnya sesuai dengan ketentuan dalam UU Yayasan. Mengenai perubahan akta pendirian Yayasan, dapat dipahami maksud ketentuan dalam Pasal 14 ayat 1 UU Yayasan, disebutkan bahwa akta pendirian Yayasan memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain dianggap perlu. Makna dari 99 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 385. Universitas Sumatera Utara Pasal 14 Ayat 1 ini adalah berubahnya akta pendirian Yayasan, harus berubah pula ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar Yayasan. 100 Mengenai siapa yang bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang berdiri sebelum UU Yayasan, tidak tegas diperintahkan kepada Pengurus melainkan UU Yayasan memerintahkannya kepada organ Pendiri. Dalam hal ini menjadi persoalan dihadapi bagi Yayasan-yayasan jika para Pendirinya sudah meninggal dunia, sehingga dapat menimbulkan kebingungan pada praktiknya. Hendaknya UU Yayasan memerintahkan dalam hal ini kepada Pengurus, namun ketentuan dalam UU Yayasan, tidak satu pasal pun yang menegaskan perintah untuk menyesuaikan akta Yayasan kepada Pengurus bagi Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan. Apabila dirujuk pada Ketentuan Peralihan dalam Pasal 71 ayat 1 huruf a dan b UU Yayasan, pada saat UU Yayasan diberlakukan, maka Yayasan yang: a. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau b. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai berlakunya Undang- Undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang ini. Menurut ketentuan di atas, kepada organ mana UU Yayasan mewajibkan untuk menyesuaikan Anggaran Dasar yang tersurat di dalam akta pendirian tidak dijelaskan dalam pasal ini. Apabila diteliti pada ketentuan Pasal 24 ayat 1 dan 2 UU Yayasan 100 Ade Surya Meliya, Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya UU No 16 Tahun 2001 Jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Tesis, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal 14. Universitas Sumatera Utara hanya memerintahkan kepada Pengurus dalam hal mengumumkan akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, ketentuan ini merupakan suatu kewajiban bagi Pengurus. Sementara menurut ketentuan Pasal 12 ayat 1 UU Yayasan, akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM, diajukan oleh Pendiri atau Kuasanya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri. Sedangkan Pendiri hanya berkewajiban mengumumkan akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan Anggaran Dasar yang disetujui. Tanggung jawab renteng berlaku kepada Pegurus jika Pengurus tidak melakukan atau mengambil tindakan terhadap hal di atas. Pengurus lah yang sebenarnya harus bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan. Dasar hukumnya berdasarkan ketentuan Pasal 35 UU Yayasan, bahwa dalam pasal tersebut ditegaskan “Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan”. Universitas Sumatera Utara Kalimat “Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan” di atas, dapat dipahami maknanya bahwa ketentuan Pasal 35 UU Yayasan mengisyaratkan kewenangan besar dalam mengurusi Yayasan berada di tangan Pengurus. Sehingga Pengurus bisa saja bertindak di luar daripada ketentuan dalam UU Yayasan atau dalam hal mengeluarkan kebijakan yang dianggapnya tepat dengan berlandaskan pada unsur itikad baik goeder trouw atau good faith. 101 Walaupun Pengurus memiliki kewenangan besar dalam mengurusi Yayasan, jika ada tindakan Pengurus yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang ditentukan dalam Anggaran Dasar, dianggap merupakan tindakan yang melampaui batas kapasitas kepengurusan oleh Pengurus. Tindakan yang tidak sesuai dengan kapasitas ini berkaitan dengan asas atau doktrin ultra vires yang dikenal dalam hukum Perseroan. Tindakan Pengurus yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan adalah tindakan di luar kewenagan. 102 Perbuatan ultra vires pada prinsipnya adalah perbuatan yang batal demi hukum dan oleh karena itu tidak mengikat Yayasan. 103 Oleh sebab itu, karena UU Yayasan memerintahkan penyesuaian akta pendirian Yayasan yang berdiri sebelum UU Yayasan hanya kepada Pendiri, maka terhadap Pendiri Yayasan-yayasan yang telah meninggal dunia, menurut Penulis berpandangan bahwa Pengurus dapat bertindak untuk menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang 101 Ibid., hal. 373. 102 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 66. 103 Fred B.G. Tumbuan, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Serta Kedudukan RUPS Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995”, Makalah Kuliah S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun Ajaran 2001-2002, hal. 19. Universitas Sumatera Utara berdiri sebelum UU Yayasan, jika para Pendirinya tersebut sudah tidak ada atau telah meninggal dunia. Apabila ditelaah dan dibandingkan antara UU Yayasan dengan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, tampak perbedaan kedudukan organ antara Yayasan dengan Perseroan Terbatas PT. Dalam UU Yayasan, organ yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan adalah Pengurus sedangkan menurut UUPT adalah Direksi. Yayasan bertujuan non profit sedangkan PT berorientasi profit. Namun, perintah undang-undang baik UU Yayasan dan UUPT tetap mengamanahkan tanggung jawab penuh kepada Pengurus jika badan hukum Yayasan dan Direksi jika badan hukum PT atas kepengurusannya untuk kepentingan dan tujuan badan hukum dimaksud dan berhak mewakili badan hukum itu baik di dalam maupun di luar pengadilan. Ketentuan mengenai hal itu, dapat ditemukan dalam penegasan Pasal 35 ayat 1 UU Yayasan, ditegaskan bahwa: ”Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan”, dengan demikian karena perintah UU Yayasan mengenai tanggung jawab mirip dengan tanggung jawab yang diamanahkan UUPT kepada Direksi, maka sebahagian asas-asas dan prinsip-prinsip tanggung jawab sebagaimana yang dikenal dalam UUPT, dapat pula diterapkan dalam kepengurusan Yayasan. Pasal 97 ayat 1 dan ayat 2 UUPT memerintahkan kepada Direksi untuk mengurusi perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Begitu pula halnya dalam kepengurusan Yayasan menurut Pasal 35 ayat 2 UU Universitas Sumatera Utara Yayasan ditegaskan bahwa: “Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan”. Apabila ditelaah lebih seksama, prinsip yang tersirat di dalam ketentuan Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU Yayasan di atas, terdapat suatu prinsip ”wajib dipercaya” atau fiduciary duty yang dalam hal ini Pengurus Yayasan wajib dipercaya dalam mengurusi Yayasan. Sebagaimana Alvi Syahrin, mengatakan sebagai berikut: Yayasan sangat bergantung pada organ Pengurus sebagai organ yang dipercaya untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan fungsinya. Antara Yayasan dengan organ Pengurus terdapat hubungan pemegang kepercayaan fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties, yang berarti keberadaan organ adalah semata-mata demi kepentingan dan tujuan Yayasan. Hal tersebut dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 UU Yayasan. 104 Tanggung jawab penuh dan dengan itikad baik semacam ini, tidak dikenal sebelum lahirnya UU Yayasan. Hal ini menegaskan bahwa kepengurusan Yayasan oleh Pengurus setelah keluarnya UU Yayasan, harus dilakukan secara loyal duty of loyality, 105 artinya Pengurus harus melaksanakan tugasnya hanya untuk dan atas nama kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan. Berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat 1 UU Yayasan, berarti Pengurus Yayasan adalah sebagai pemegang amanah fiduciary yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan yang menurut sistem common law hubungan itu dapat didasarkan pada teori fiduciary duty. 106 104 Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op. Cit., hal. 67. 105 Joel Seligman, Corporations Cases and Materials, Boston Toronto: Little, Brown and Company, 1995, hal. 230. 106 Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Universitas Sumatera Utara Sistem common law mengakui bahwa orang yang memegang kepercayaan fiduciary secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya. Oleh sebab itu, hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada standar perilaku yang tinggi. 107 Standar ini berkaitan dengan unsur moral yang tidak limitatif ditegaskan dalam Pasal 35 ayat 2 UU Yayasan, akan tetapi ukuran itikad baik dapat dipahami dari sistem common law berpandangan berikut ini: 108 1. Wajib dipercaya; 2. Wajib melaksanakan pengelolaan untuk tujuan yang wajar duty to act for a profer purpose; 3. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan statutory duty; 4. Wajib loyal loyality duty; dan 5. Wajib menghindari benturan kepentingan avoid conflict of interest. Kewajiban-kewajiban di atas dapat diterapkan kepada Pengurus Yayasan untuk berhati-hati prudence. Kewajiban berhati-hati merupakan alasan yang tepat yang harus dilakukan Pengurus untuk melakukan kepengurusan Yayasan dengan itikad baik. Pelanggaran terhadap prinsip ini, menurut Pasal 39 ayat 1 UU Yayasan, Pengurus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Yayasan. Sehingga organ Pengurus dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya secara pribadi terhadap Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan, Diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 4-5. Lihat juga: Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op. Cit., hal. 71. Lihat juga: Ade Surya Meliya, Op. Cit, hal. 117. 107 Ibid, hal. 5. 108 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 374-377. Lihat juga: Chandra Lubis, Unsur Itikad Baik Dalam Pengelolaan Perseroan Oleh Direksi, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 7, dan hal, 59. Universitas Sumatera Utara perbuatan yang dilakukannya. Namun, apabila dipahami maksud dari penegasan ketentuan Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan, Pengurus dapat terlepas dari segala pertanggungjawaban apabila dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahannya dan kelalaiannya. Prinsip dalam Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan ini diadopsi dari prinsip ketentuan keputusan bisnis Business Judment Rule yang dikenal dalam hukum perusahaan. 109 Selain dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan dan kelalaiannya, Pengurus juga telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud yayasan, tidak mempunyai benturan langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kepailitan atau kerugian, dan telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutan kerugian tersebut. Dengan berlandaskan pada pelaksanaan tanggung jawab Pengurus Yayasan secara penuh dan itikad baik ini serta dapat dibuktikannya bahwa kerugian atau kepailitan dalam Yayasan bukan karena kelalaian dan kesalahan Pengurus tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Pengurus telah melakukan kepengurusan Yayasan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan, dengan kata lain, Pengurus dapat berlindung dibalik ketentuan Pasal 39 ayat 2 UU Yayasan. Sehingga terhadap Pengurus yang demikian tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya. Hal ini mempertegas bahwa 109 Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Op. Cit., hal. 9. Lihat juga: Chandra Lubis, Op. Cit., hal. 7. Universitas Sumatera Utara apabila Pengurus telah menjalankan fiduciary duty dengan hati-hati atau prudence secara benar dan dapat dibuktikan secara dokumentatif maka Pengurus akan terhindar dari tuntutan dan sanksi hukum perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 UU Yayasan yakni Pengurus harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atau secara pribadi.

D. Tanggung Jawab Pengurus Yayasan Menurut PP No.63 Tahun 2008 Tentang Yayasan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Konsekuensi Hukum Yayasan Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 29 152

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2004 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

0 0 7

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26