Tampak dari serangkaian prosedur tersebut di atas, bahwa organisasi semacam Yayasan termasuk dalam kategori filantropis karena sifat dasarnya untuk berbagai
kasih sayang sesama manusia melalui kegiatan amal. Karena sifat dasarnya tersebut, dalam konteks pemisahan harta kekayaan, maka Pendiri lah yang harus beramal
sedangkan dalam konteks pengelolaan atau pengurusan Yayasan, maka Pengurus lah yang harus beramal melalui kerja kerasnya mengelola Yayasan tanpa mencari
keuntungan ekonomis, secara sukarela membantu memberdayakan masyarakat.
122
Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan struktural, demokratis dan menjujung tinggi Hak Asasi Manusia serta menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang
baik.
123
B. Pengabaian Ketentuan Sanksi Hukum Dalam UU Yayasan Terhadap Yayasan
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya organ Yayasan seperti Pengurus, Pengawas dan Pembina jika melanggar ketentuan sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 5 UU Yayasan, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun. Pasal 5 UU Yayasan, menegaskan larangan membagikan atau
mengalihkan aset Yayasan baik langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan
terhadap Yayasan. Pasal 5 UU Yayasan menentukan sebagai berikut:
122
Hendra Nurtjahjo, Op. cit, hal. 82.
123
Ibid, hal. 82-83.
Universitas Sumatera Utara
1. Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.
2. Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat
ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium, dalam hal Pengurus Yayasan:
a. Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan
Pengawas; dan b.
Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh. 3.
Penentuan mengenai gaji, upah, atau honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ditetapkan oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan
Yayasan.
Pengenaan ketentuan pidana terhadap Pembina, Pengurus, dan Pengawas, dan karyawan, atau pihak lainnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 UU Yayasan di
atas, dipertegas dalam Pasal 70 UU Yayasan, sebagai berikut: 1.
Setiap anggota organ Yayasan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima
tahun. 2.
Selain pidana penjara, anggota organ Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan
uang, barang, atau kekayaan yayasan yang dialihkan atau dibagikan.
Organ Yayasan dimaksud menurut ketentuan Pasal 70 UU Yayasan dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi perdata.
124
124
http:www.baganintheworld.comtanggung-jawab-hukum-bagi-organ-yayasan, diakses
tanggal 21 Februari 2012.
Kedua sanksi tersebut dikenakan jika organ Yayasan membagikan dan mengalihkan kekayaan Yayasan kepada Pembina,
Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan. Sanksi pidananya berupa hukuman penjara maksimal 5 lima tahun
Universitas Sumatera Utara
vide Pasal 70 ayat 1 dan sanksi perdata berupa mengembalikan kekayaan Yayasan yang dibagikan dan dialihkan itu vide Pasal 70 ayat 2.
Berdasarkan Pasal 70 UU Yayasan di atas, jelas mengisyaratkan bahwa kebijakan sanksi dalam UU Yayasan mengenal sanksi pidana straf. Apabila diteliti
ketentuan pasal-pasal lainnya dalam UU Yayasan yang berkenaan dengan sanksi administratif dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 71 UU Yayasan mengandung
sanksi tindakan maatregel. Pasal 71 UU Yayasan, menegaskan: 1.
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang: a.
Telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau
b. Telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan
kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga tahun terhitung sejak
tanggal Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.
2. Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini, dan
mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat I satu tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku.
3. Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib diberitahukan kepada
Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. 4.
Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada
ayat 2, tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan
atau pihak yang berkepentingan.
Pengenaan sanksi menurut Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan berupa sanksi administratif yakni “tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya” dan
“dapat dibubarkan”. Rentetan ketentuan Pasal 71 UU Yayasan di atas, mulai dari ayat 1 sampai ayat 4 menegaskan bagi Yayasan-yayasan yang berdiri sebelum lahirnya
Universitas Sumatera Utara
UU Yayasan, maka wajib menyesuaikan akta pendiriannya terhadap ketentuan UU Yayasan dan jika tidak disesuaikan atau tidak mampu menyesuaikannya atau lalai atau
sengaja, maka akibat hukumnya ditanggung oleh Yayasan yakni sanksi administratif dengan cara membubarkan Yayasan tersebut dan dilikuidasi aset-asetnya.
Dengan demikian, kebijakan pengenaan sanksi dalam UU Yayasan memiliki kesamaan dengan undang-undang lainnya yakni selain menerapkan sanksi berupa
pidana straf juga menerapkan sanksi berupa tindakan yakni pencabutan izin terhadap Yayasan tersebut melalui likuidasi aset serta menyerahkan aset tersebut kepada
Yayasan lain yang sejenis dan memiliki maksud dan tujuan yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa UU Yayasan menganut pengenaan sanksi “sistem dua jalur” double
track system bukan “sistim satu jalur” single track system. Sebagaimana dikutip dari Mahmud Mulyadi dan Feri Antoni Surbakti
memandang dalam kebijakan penerapan sistem dua jalur adalah penting untuk menginformasikan secara sistematis mengenai prinsip-prinsip atau ide-ide dasar di
mana dalam menetapkan jenis sanksi, tidak hanya meliputi sanksi pidana tetapi sanksi tindakan. Selanjutnya dikatakan bahwa penekanan kesetaraan sanksi pidana
dan sanksi tindakan dalam kerangka double track system, sesungguhnya terkait bahwa unsur pencelaan lewat sanksi pidana dan unsur pembinaan melalui sanksi
tindakan memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
125
125
Mahmud Mulyadi dan Feri Antoni Surbakti, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, Jakarta: Sofmedia, 2010, hal. 91 dan hal 92. Sanksi tindakan lebih menekankan kepada
nilai-nilai kemanusiaan dalam reformasi dan pendidikan kembali pelaku kejahatan sedangkan sanksi pidana lebih menekankan stelsel sanksi dalam hukum pidana yang menyangkut pembuat undang-
undang.
Universitas Sumatera Utara
Hukum pidana pada prinsipnya mengenal adanya sanksi pidana straf dan tindakan maatregel
126
dan kedua jenis sanksi tersebut dikenal serta dianut dalam UU Yayasan, namun ternyata dalam faktanya tidak efektif diterapkan. Selain penerapan
sanksi pidana straf, menurut Jan Remmelink, penerapan sanksi tindakan maatregel, terkadang dalam praktiknya sering juga menimbulkan penderitaan terhadap pelaku.
127
Secara yuridis terdapat ketentuan untuk menerapkan sanksi berupa tindakan melalui pencabutan izin dan likuidasi yang ditentukan pada Pasal 71 UU Yayasan dan
Pasal 39 PP No.63 Tahun 2008. Namun berdasarkan pengamatan, tidak satupun pernah diterapkan kepada Yayasan ketentuan demikian dan Pemerintah tampaknya tetap saja
membiarkan Yayasan-yayasan yang belum atau tidak menyesuaikan akta pendiriannya terhadap UU Yayasan. Pemerintah tidak menerapkan sanksi berupa tindakan
maatregel yang telah ditentukan dalam Pasal 71 UU Yayasan. Pencabutan izin atau tindakan melikuidasi aset Yayasan bertujuan selain menimbulkan
penderitaan bagi pemilik dan atau pendiri Yayasan juga untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar Yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas serta perlindungan terhadap kepentingan masyarakat.
126
Muhammad Eka Putra dan Abul Khair, Sistem Pidana Di Dalam KUHP Dan Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru, Medan: USU Press, 2010, hal. 7.
127
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 458.
Universitas Sumatera Utara
C. Status Hukum Harta Kekayaan Yayasan yang Didirikan Sebelum Lahirnya UU Yayasan Ditinjau Berdasarkan UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008
Bagaimana status harta kekayaan Yayasan yang didirikan jika akta pendiriannya atau anggaran dasarnya tidak disesuaikan dengan UU Yayasan dan PP
No.63 Tahun 2008 serta bagaimana pula status hukum harta kekayaan tersebut jika sudah disesuaikan dengan UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008? Persoalan tersebut
menjadi inti pembahasan dalam sub bab ini. Apabila Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan dan Yayasan
dimaksud tidak menyesuaikan akta pendiriannya terhadap UU Yayasan, maka status hukum Yayasan tersebut tidak dapat disebut sebagai badan hukum. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU Yayasan, baik Yayasan yang didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI maupun Yayasan yang
didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait, hanya tetap diakui sebagai badan hukum paling lama 5 lima tahun
sejak mulai berlakunya UU Yayasan. Jika dihitung masa tenggang waktu yang diberikan oleh UU Yayasan sampai
tahun 2007 dan ditambah satu tahun menurut PP No.63 Tahun 2008, maka status harta kekayaan Yayasan-yayasan yang hingga saat ini belum menyesuaikan akta
pendiriannya terhadap ketentuan UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008 wajib dilikuidasi dan asetnya tersebut harus diserahkan kepada Yayasan lain yang memiliki
maksud dan tujuan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 71 ayat 1 huruf b UU Yayasan mensyaratkan dengan ketentuan paling lambat 5 lima tahun sejak UU Yayasan diberlakukan. Oleh karena ketentuan ini
secara limitatif menentukan batas tenggang waktu penyesuaian akta, maka status hukum Yayasan-yayasan yang masih ada dan belum menyesuaikan akta pendiriannya
dengan UU Yayasan, maka Yayasan tersebut tidak berhak lagi memiliki status sebagai badan hukum. Sehingga tanggung jawab pihak Yayasan ataupun organnya terhadap
segala sesuatu yang menyangkut harta kekayaan atau kerugian yang dialami Yayasan, ditanggung secara pribadi dari orang-orang yang duduk sebagai Pengurus. Hal ini
berarti tanggung jawab terhadap harta kekayaannya, tidak sama dengan tanggung jawab harta kekayaan dalam badan hukum.
Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan sebelum lahirnya UU Yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum
Yayasan yang pada waktu dulu tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga
adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus, dan Pengawas.
128
Alvi Syahrin, mengatakan, Yayasan di masa dulu menjadi semacam holding company yang mendominasi kegiatan ekonomi, menjadikan Yayasan sebagai payung
untuk mendukung aktivitas yang bukan lagi bergerak pada bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Karena tidak diimbangi dengan peraturan itu, menyebabkan masing-
masing pihak ataupun pribadi yang berkepentingan memberikan penafsirannya sendiri- sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Kecenderungan masyarakat yang
128
Paragraf pertama Penjelasan Umum UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
mendirikan Yayasan-yayasan untuk memperkaya diri sendiri, Pengurus, Pembina maupun Pengawasnya untuk tujuan komersil dan menghindari pajak.
129
Penyesuaian akta pendirian Yayasan dengan UU Yayasan sebagai syarat bagi Yayasan untuk dikatakan sebagai badan hukum karena telah memenuhi syarat formil
dan materil. Syarat materil dikatakan badan hukum menurut Jimly Asshiddiqie, adalah: harta kekayaan terpisah; tujuan yang ideal; kepentingan; dan adanya organisasi.
Meskipun pengesahan akta pendiriannya sebagai syarat formil, dalam praktek acapkali sahnya suatu badan hukum berkaitan dengan tanggung jawab hukum Pengurus.
Perbuatan-perbuatan perdata dari tanggung jawab Pengurus yang berbadan hukum sebatas tanggung jawab menurut UU Yayasan dan ADART. Sebaliknya jika badan
hukumnya belum sah, maka tanggung jawabnya bersifat pribadi dari orang-orang yang duduk sebagai Pengurus. Dengan demikian, status harta kekayaan Yayasan yang tidak
sah sebagai badan hukum cenderung bersifat peribadi.
130
Teori kekayaan bertujuan mengungkapkan keterikatakan kekayaan sebuah badan hukum dengan tujuan dan maksud tertentu dari badan hukum yang
bersangkutan. A. Brinz, mengatakan, “Meskipun manusia adalah subyek hukum, posisi sebagai subyek hukum tidak serta merta menjadikannya pemilik atas kekayaan suatu
badan hukum dan hak-hak yang melekat padanya. Hal ini terkait dengan pendirian suatu badan hukum dengan harta kekayaan yang dipisahkan dari pendirinya”.
131
129
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op. Cit., hal. 67.
130
http:www.jimly.compemikiranview14, diakses tanggal 21 Februari 2012.
131
A. Brinz, dalam Rita M.L. J Law Firm, Op. Cit, hal. 47.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori ini, harta kekayaan Yayasan dipisahkan dari pendiri atau pemiliknya dan digunakan untuk tujuan Yayasan atau dengan kata lain, kekayaan itu
menjadi milik tujuannya. Karena tujuan Yayasan adalah untuk sosial, kemanusiaan, dan keagamaan, maka pemilik Yayasan adalah masyarakat bukan individu atau orang
perorangan, sehingga harta kekayaan Yayasan digunakan untuk meningkatkan kepentingan masyarakat.
Apabila teori kekayaan bertujuan menurut A. Brinz tersebut dikaitkan dengan Yayasan-yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan dan sampai saat ini
belum juga menyesuaikan akta pendiriannya terhadap UU Yayasan, dapat dikatakan bahwa harta kekayaan Yayasan tersebut menjadi milik tujuan dari para Pendiri
danatau Pemiliknya bukan milik tujuan Yayasan. Oleh karenanya, status harta kekayaan badan hukum yang demikian, harus dilikuidasi karena maksud dan tujuan
Yayasan tidak sesuai dengan hakikat Yayasan sebagai kegiatan nirlaba dan filantropi. Masalah yang timbul sebelum UU Yayasan berlaku, baik masalah yang
berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau pihak lain, maupun adanya dugaan
bahwa Yayasan digunakan untuk menampung harta kekayaan yang berasal dari para Pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum.
132
132
Paragraf pertama Penjelasan Umum UU Yayasan.
Status harta kekayaan Yayasan sebelum berlakunya UU Yayasan jelas berpihak kepada Pendiri
danatau pemiliknya karena Pendiri danatau Pemiliknya lah yang berkuasa atas segala
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dalam Yayasan yang didirikannya termasuk kepemilikan terhadap harta Yayasan.
Status harta kekayaan Yayasan yang demikian jika dipandang menurut UU Yayasan harus dilikuidasi jika tidak segera disesuaikan akta pendiriannya sebagaimana
Pasal 39 PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan telah menegaskan mengenai hal itu. Apabila akta pendirian Yayasan tersebut telah disesuaikan akta
pendiriannya dengan UU Yayasan, maka secara serta merta status harta kekayaan yang dipisahkan dari Pendiri danatau Pemiliknya itu beralih menjadi harta badan hukum
dan pertanggungjawabannya sebagaimana pertanggungjawaban harta kekayaan badan hukum.
Dalam dunia perbankan, likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus segera dilunasi dalam jangka waktu singkat oleh
bank.
133
Likuiditas disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo waktu tertentu.
134
133
Komaruddin Sastradipoera, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hal. 491.
Ketentuan demikian juga terdapat dalam Pasal 62 ayat 3 huruf b UU Yayasan, Yayasan bubar disebabkan karena tidak mampu
membayar setelah dinyatakan pailit, maka, Pembina menurut ketentuan Pasal 63 ayat 1 UU Yayasan, harus menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan
tersebut. Namun menurut UU Yayasan, likuidasi tidak hanya dapat dilakukan jika tidak mampu membayar setelah dinyatakan pailit, melainkan karena tidak
134
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menyesuaikan akta pendiriannya atau anggaran dasarnya sekalipun wajib dilikuidasi aset-asetnya vide Pasal 71 UU Yayasan dan Pasal 39 PP No.63 Tahun 2008.
Berbeda dengan ketentuan dalam Pasal 62 UU Yayasan yang menegaskan bahwa kekayaan Yayasan dapat dilikuidasi dengan syarat-syarat jika Yayasan karena:
1. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau
tidak tercapai; 3.
Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut. Ketentuan Pasal 62 UU Yayasan tidak menyangkut tentang Yayasan dapat
bubar karena tidak menyesuaikan akta pendiriannya. Penegasan terhadap Yayasan dapat dibubarkan ditemukan dalam Pasal 71 ayat 3 UU Yayasan sebagai berikut:
Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dibubarkan berdasarkan putusan
Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Penjelasan: Pihak yang berkepentingan adalah pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan langsung dengan Yayasan. Lebih jelasnya kata ”dapat dibubarkan” diartikan lebih spesifik dalam Pasal 39
PP No.63 Tahun 2008 yakni ditentukan: Yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-Undang tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71 ayat 4 Undang-Undang dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang.
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya, Yayasan tersebut tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan, yang
menegaskan: Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, tidak dapat menggunakan kata ”Yayasan” di depan namanya dan
dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
Dalam Penjelasan Pasal 39 PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UU
Yayasan, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-Undang” adalah pemberitahuannya 1 satu
tahun setelah pelaksanaan penyesuaian, dengan batas akhir penyesuaiannya 6 Oktober 2008. Masa pemberlakuan penyesuaian akta pendirian Yayasan danatau Anggaran
Dasar Yayasan dihitung sejak tahun 2002 setelah UU No.16 Tahun 2001 yang diberlakukan tanggal 6 Agustus 2001 sampai dengan berlakunya PP No.63 Tahun
2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan tanggal 23 September 2008. Ketentuan dimaksud dapat dilihat dari ketentuan yang ditegaskan dalam Pasal
71 ayat 1 UU Yayasan, bahwa pada saat UU yayasan ini mulai berlaku, Yayasan yang telah:
1. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia; atau 2.
Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan
dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai berlakunya Undang- Undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
Universitas Sumatera Utara
Dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai berlakunya UU Yayasan, maka Yayasan-yayasan yang didirikan sebelum tahun 2001
tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan UU Yayasan. Apabila dihitung selama 5 lima tahun sejak UU Yayasan dinyatakan evektif tahun
2002, maka pada tahun 2007 berakhirlah batas penyesuaian akta pendirian Yayasan dimaksud. Bagaimana dengan kondisi Yayasan-yayasan yang sampai saat ini belum
juga menyesuaikan akta pendiriannya? Sebelum lahirnya UU Yayasan, maka Yayasan yang didirikan oleh Pemerintah sebelum UU Yayasan misalnya BUMN dan BUMD
disahkan melalui surat keputusan pejabat yang berwenang sedangkan Yayasan yang didirikan oleh swasta atau perorangan berdasarkan akta notaris dan didaftarkan di
Pengadilan Negri setempat.
135
Menurut ketentuan Pasal 71 ayat 3 dan Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan dan Pasal 39 PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan, maka terhadap
Yayasan yang demikian harus dibubarkan dan harus melikuidasi harta kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan Pasal 68 UU Yayasan
yaitu diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang bubar, apabila tidak diserahkan kepada Yayasan lain yang
mempunyai maksud dan tujuan yang sama, maka sisa kekayaan hasil likuidasi tersebut diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan tersebut.
135
http:beritasubahoon.blogspot.com201111kedudukan-hukum-yayasan-di-indonesia.html, diakses tanggal 20 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
Bubarnya Yayasan yang disebabkan karena Yayasan tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya sesuai dengan UU Yayasan, jika dikaji secara filosofis dapat
dipertimbangkan karena eksistensi Yayasan tidak boleh merugikan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud itu adalah masyarakat, Yayasan itu sendiri, dan Negara. Dapat
dimengerti, bahwa pada hakikatnya jika Pengurus Yayasan tidak menyesuaikan akta pendirian Yayasan yang diurusnya tersebut, kemungkinan yang terjadi Pengurus
Yayasan mengelola Yayasan itu tidak berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga kecenderungannya bisa menimbulkan kerugian materil dan
immateril terhadap pihak ketiga. Gatot Supramono, mengatakan, jika hal itu terjadi, Pengurus Yayasan dapat dikenakan tindak pidana berdasarkan Pasal 372 KUH Pidana
tentang kejahatan penggelapan atau Pasal 378 tentang kejahatan penipuan.
136
Menurut UU Yayasan, Yayasan-yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan dan telah melewati batas yang ditentukan dalam PP No.63 Tahun 2008
tentang Pelaksanaan UU Yayasan, maka Yayasan-yayasan tersebut harus dibubarkan dan dilakukan likuidasi. Bagi Yayasan-yayasan yang telah memenuhi kriteria sebagai
badan hukum namun terlambat menyesuaikan dengan UU Yayasan maka terhadap Yayasan tersebut tetap harus melakukan likuidasi aset kekayaan Yayasan.
137
Bubarnya Yayasan harus harus diikuti dengan likuidasi terhadap harta kekayaan Yayasan yaitu berupa tindakan pemberesan dengan cara menjual aset-aset
Yayasan dan menyerahkan aset-aset Yayasan tersebut kepada Yayasan lain yang
136
Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 146.
137
http:www.scribd.comdoc40120529PRESENTASI-Patrialis-Akbar, diakses tanggal 20 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
memiliki maksud dan tujuan yang sama atau kepada Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 68 UU Yayasan. Setelah Yayasan bubar, maka akibatnya Yayasan
tersebut tidak dapat melakukan perbuatan hukum lagi, Yayasan tidak dapat melakukan transaksi dengan pihak ketiga, kecuali perbuatan untuk membereskan kekayaannya
dalam rangka likuidasi dengan bantuan likuidator. Agar dapat diketahui publik selama proses likuidasi, maka semua surat keluar harus dicantumkan frase ”dalam likuidasi”
di belakang nama Yayasan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 63 ayat 4 UU Yayasan.
138
Bubarnya Yayasan karena pailit tidak sama dengan bubarnya Yayasan karena tidak menyesuaikan akta pendiriannya. Alasan Yayasan dibubarkan karena pailit
Pasal 62 huruf c angka 2, 3 UU Yayasan merupakan salah satu cara yang digunakan kreditur memaksa debitur untuk membayar utang kepada kreditur-kreditur
melalui putusan pengadilan dan putusan dengan kata lain kepailitan dalam Yayasan mempersoalkan penyelesaian utang-utang yang belum dapat dibayar. Sedangkan
dalam konteks bubarnya Yayasan karena tidak menyesuaikan akta pendiriannya, Yayasan pada saat itu tidak sedang pailit melainkan secara administratif tidak sesuai
dengan prosedur yang ditentukan dalam UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan.
139
Berpedoman pada Pasal 71 ayat 3, Pasal 71 ayat 4 UU Yayasan dan Pasal 40 ayat 2 PP No.63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan, untuk
138
Ibid.
139
Ibid, hal. 149 dan hal. 152.
Universitas Sumatera Utara
memohonkan pembubaran Yayasan dilakukan oleh Kejaksaan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Yayasan untuk mewakili kepentingan umum. Apabila
masih ada Yayasan-yayasan yang belum menyesuaikan akta pendiriannya terhadap UU Yayasan
140
, maka peran Kejaksaan diperlukan untuk mewakili kepentingan umum memohonkan agar Yayasan-yayasan tersebut dibubarkan dan harta kekayaannya harus
dilikuidasi serta diserahkan kepada Yayasan lain atau negara. Permohonan untuk membubarkan Yayasan dimaksud tidak tertutup kemungkinan dilakukan pihak-pihak
yang berkepentingan yakni pihak-pihak yang mempunyai kepentingan langsung dengan Yayasan misalnya masyarakat.
140
Rita M.L. J Law Firm, Op. Cit, hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV SIKAP PEMERINTAH TERHADAP KEBERADAAN YAYASAN YANG