ΣN
2
= jumlah sel dalam 80 kotak kecil ulangan ke-2 5.10
4
= konstanta haemacytometer neubauer untuk pengamatan pada 80 kotak k
ecil e. Hasil perhitungan diplotkan pada grafik hingga diperoleh kurva pertumbuhan
dengan umur kultur hari sebagai sumbu x dan log kepadatan sel
sel ml
sebagai sumbu y.
3.4.2. Penghitungan konstanta laju pertumbuhan
Konstanta laju pertumbuhan suatu mikroalga adalah suatu ukuran pertambahan biomassa dalam rentang waktu tertentu dan ditentukan dari
fase eksponensial. Besarnya konstanta laju pertumbuhan menggambarkan tingkat kesuksesan relatif suatu mikroalga dalam beradaptasi terhadap lingkungan
alaminya atau media kultur buatan. Lamanya fase eksponensial dalam suatu kultur tergantung pada ukuran inokulum, konstanta laju pertumbuhan, dan kemampuan
media serta kondisi kultur dalam mendukung pertumbuhan alga. Rumus laju pertumbuhan mikroalga adalah sebagai berikut Prescott et al. 2002 :
k = ln x
t
x
o
ln2 x t Keterangan :
k = konstanta laju tumbuh mikroalga pembelahan selhari x
t
= kepadatan sel pada hari t selml x
o
= kepadatan awal hari selml t = waktu hari
3.4.3. Uji aktivitas senyawa antibakteri metode difusi agar
Sebelum melakukan pengujian aktivitas senyawa antibakteri, terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan, yaitu pembuatan media tumbuh bakteri.
Media tumbuh yang digunakan untuk mengkultur bakteri yaitu NB Nutrient Broth, Mueller-Hinton Agar MHA dan media TSA Tryptone Soya Agar.
Media TSA digunakan untuk menyimpan stok bakteri dalam bentuk agar miring. NB digunakan untuk mengkultur bakteri sebelum dilakukan pengujian, sedangkan
medium Mueller-Hinton Agar digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang dicobakan pada pengujian senyawa antibakteri.
Penyegaran bakteri dilakukan sehari sebelum pengujian senyawa antibakteri, yaitu dengan cara memasukan 1 lup biakan bakteri dari stok
agar miring ke dalam 9 ml medium NB steril. Setelah itu inokulum diinkubasi dalam inkubator selama 18 jam pada suhu 37
o
C untuk bakteri S. aureus dan suhu ruang untuk bakteri V. harveyi.
Sebelum dilakukan pengujian antibakteri, terlebih dahulu diukur OD Optical Density menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
600 nm. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas senyawa antibakteri dari ekstrak kasar intraseluler C. gracilis yang sudah didapatkan. Tahapan pengujian
aktivitas antibakteri Bell, 1984 adalah sebagai berikut: 1 Biakan bakteri pada media NB dipipet sebanyak 20
µ l dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi 15 ml Mueller-Hinton Agar MHA cair steril. Medium MHA yang telah mengandung bakteri selanjutnya dihomogenkan
menggunakan vortex dan dituang ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan sampai padat pada suhu kamar.
2 Masing-masing ekstrak senyawa antibakteri C. gracilis dan kloramfenikol kontrol positif sebesar 0,015 g dilarutkan ke dalam metanol sebanyak 0,5 ml.
Kemudian sebanyak 10 µ
l ekstrak diteteskan pada paper disc steril konsentrasi 300
µ gdisc dan didiamkan beberapa saat hingga menjadi agak
kering
.
3 Paper disc yang sudah kering diletakkan secara teratur di atas medium agar yang telah membeku. Pada permukaan cawan diberi label untuk masing-
masing jenis perlakuan. 4 Cawan petri yang berisi kultur bakteri dan ekstrak senyawa antibakteri
dimasukkan dalam inkubator dengan posisi terbalik selama 18 jam pada suhu 30
o
C untuk bakteri V. harveyi dan suhu 37
o
C untuk bakteri S. aureus. Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri,
jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang besar. Ketentuan kekuatan antibakteri sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti
sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm kuat, daerah hambatan 5-10 mm sedang, daerah hambatan 5 mm atau kurang lemah Davis dan Stout diacu
dalam Rachdiati 2003.
Secara umum, konsentrasi standar yang digunakan oleh NCI National Cancer Institute USA, ekstrak kasar dikatakan aktif jika dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 20 µ
gml sedangkan ekstrak murni sebesar 4
µ gml Jamaludin 2005. Perhitungan ekstrak pada uji aktivitas senyawa
antibakteri dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.4.4. Uji aktivitas senyawa antibakteri teknik tabung pengenceran