Tingkat keasaman cenderung merupakan faktor substansial yang dapat mengatur persediaan nutrien dalam kultur. Sebagai contoh pH yang terlalu tinggi
dapat membuat CO
2
bebas tidak dapat digunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis,
dan fosfor
akan membentuk
endapan De
la Noue
dan De Pauw 1988. Pada volume kultur yang lebih besar akan menghasilkan kepadatan
maksimum yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada volume air pemeliharaan yang lebih besar terjadi penurunan penetrasi dan intensitas cahaya oleh adanya
self shading atau terhalangnya cahaya oleh bayangannya sendiri. Disamping itu pada volume yang lebih besar, perjalanan sel melalui sirkulasi air relatif lebih
panjang sehingga kesempatan mencapai permukaan air akan relatif lebih lama Sutomo 2005.
2.5. Kurva Pertumbuhan Mikroalga
Pengukuran jumlah sel mikroalga secara kuantitatif pada kultur bervolume terbatas untuk menentukan kurva pertumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya adalah dengan perhitungan langsung jumlah sel dengan menggunakan haemositometer, penghitungan berat kering, penghitungan dengan
cara pengukuran volume sel dan penghitungan kepadatan dengan pancaran cahaya Myers 1962. Kurva pertumbuhan mikroalga disajikan pada Gambar 2 Fogg
1975.
Ket : 1. Fase Lag 2. Fase Logaritmik
3. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan
4. Fase Stasioner 5. Fase Kematian
Gambar 2. Kurva pertumbuhan mikroalga
Kurva pertumbuhan mikroalga memiliki bentuk yang sama dengan kurva pertumbuhan
bakteri. Berdasarkan
kurva mikroalga
dapat diketahui
laju pertumbuhan sel sebagai respon dari parameter lingkungan yang ada, misalnya nutrien, temperatur dan cahaya. Pertumbuhan mikroorganisme
dibedakan menjadi beberapa tahapanfase Fogg 1975 yang meliputi : 1 Fase lag atau fase adpatasi. Pada fase ini tidak terjadi kenaikan jumlah sel
karena sel mikroalga sedang beradaptasi dengan media tumbuhnya. Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan. Sel yang ditempatkan dalam medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan
lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru sangat
berbeda dengan yang sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme.
b. Jumlah inokulum. Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa
sebab, misalnya: 1 kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nutriennya rendah, 2 mutan yang baru
terbentuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, 3 kultur yang dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama
seperti sebelumnya. 2 Fase log fase eksponensial. Pada fase ini jumlah peningkatan sel
berlangsung secara cepat. Peningkatan jumlah sel tersebut mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini sel
membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya, selain itu sel paling sensitif terhadap keadaan lingkungan.
3 Fase penurunan laju pertumbuhan. Pada fase ini pertumbuhan sel relatif lambat dan terjadi penurunan dalam pertambahan populasi per satuan waktu
bila dibandingkan dengan fase log. Pada fase ini pertumbuhan populasi jasad renik menjadi lambat karena : 1 zat nutrisi di dalam medium sudah sangat
berkurang, 2 adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Pada fase ini pertumbuhan sel
tidak stabil, tetapi jumlah populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada jumlah yang mati.
4 Fase stasioner. Pada fase ini jumlah sel tidak berubahtetap karena pertambahan kepadatan populasi seimbang dengan pengurangan kepadatan
populasi akibat kematian. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetapi membelah meskipun zat nutrisi sudah mulai habis. Karena
kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel menjadi lebih
tahan terhadap keadaan ekstrem seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.
5 Fase kematian, pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel karena sel mengalami kematian. Pada fase ini sel–sel mikroalga mengalami kematian
karena beberapa sebab yaitu : 1 nutrien di dalam medium sudah habis, 2 energi cadangan di dalam sel sudah habis. Kecepatan kematian dipengaruhi
oleh kondisi nutrien, lingkungan dan jenis jasad renik mikroalga.
2.6. Bakteri