2.4. Kultivasi Mikroalga
Pertumbuhan organisme uniseluler adalah pertambahan jumlah sel yang berarti juga pertambahan jumlah organisme. Parameter pertumbuhan mikroalga
dapat ditinjau dari kekeruhan, berat kering atau yield, volume sel dan kandungan klorofil Becker 1994. Proses kultivasi mikroalga membutuhkan faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya, yaitu cahaya, suhu, pH, nutrien dan agitasi Becker dan Venkataraman, 1982 diacu dalam De La Noue dan
De Paw 1988. Cahaya merupakan faktor utama yang mempunyai peranan penting untuk
pertumbuhan mikroalga sebagai sumber energi dalam fotosintesis. Intensitas cahaya yang baik bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis berkisar antara
2-3 kilo lux. Cahaya matahari yang diperlukan oleh mikroalga dapat diganti dengan lampu TL atau tungsten Myers 1962. Suhu juga merupakan faktor yang
penting dalam pertumbuhan mikroalga. Suhu optimal untuk pertumbuhan mikroalga berkisar antara 15
o
C dan 30
o
C De la Noue dan De Pauw 1988. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga terdiri dari
makronutrein dan mikronutrien. Makronutrein adalah nutrien yang diperlukan dalam jumlah yang besar yang terdiri dari karbon, nitrogen, fosfor,sulfat dan
potassium. Sedangkan mikronutrien adalah nutrien yang diperlukan dalam jumlah yang kecil meliputi Co, Mo, Mn, Vitamin B
12
dan Thiamin Borowitzka dan Borowitzka 1988.
Pertumbuhan mikroalga akan optimal jika jumlah nutrien yang dibutuhkan cukup tersedia. Di samping itu, perbandingan komposisi antar unsur
hara seperti N dengan P dan N dengan Si juga harus seimbang De la Noue dan De Paw 1988.
Agitasi juga merupakan variabel yang penting dalam pertumbuhan mikroalga. Fungsi agitasi antara lain untuk menghindari sedimentasi dan
photoinhibisi, untuk penyebaran atau sirkulasi nutrien, penyebaran panas, dan meningkatkan efesiensi penyebaran cahaya pada sel-sel mikroalga Markl 1980;
Persoone et al. 1980; Richmond 1986 diacu dalam De La Naue dan De Pauw 1988.
Tingkat keasaman cenderung merupakan faktor substansial yang dapat mengatur persediaan nutrien dalam kultur. Sebagai contoh pH yang terlalu tinggi
dapat membuat CO
2
bebas tidak dapat digunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis,
dan fosfor
akan membentuk
endapan De
la Noue
dan De Pauw 1988. Pada volume kultur yang lebih besar akan menghasilkan kepadatan
maksimum yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada volume air pemeliharaan yang lebih besar terjadi penurunan penetrasi dan intensitas cahaya oleh adanya
self shading atau terhalangnya cahaya oleh bayangannya sendiri. Disamping itu pada volume yang lebih besar, perjalanan sel melalui sirkulasi air relatif lebih
panjang sehingga kesempatan mencapai permukaan air akan relatif lebih lama Sutomo 2005.
2.5. Kurva Pertumbuhan Mikroalga