pertumbuhannya. Salinitas minimum untuk pertumbuhan alga ini adalah 6
o
oo. Isnansetyo dan Kurniastuty 1995.
Liang et al. 2001 melaporkan bahwa jumlah total lipid pada Chaetoceros gracilis, Cylindrotheca fusiformis dan Phaeodactylum tricornutum B114 yang
ditumbuhkan pada intensitas 5000 lux lebih sedikit dibanding yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya 1500 lux. Kemudian, total asam lemak tidak jenuh
polyunsaturated fatty acid pada diatom tersebut menurun seiring dengan bertambahnya intensitas cahaya pada kultur.
2.2. Senyawa Antimikroba
Zat antimikroba khusus untuk menghambat pertumbuhan atau aktivitas bakteri disebut zat antibakteri. Zat ini dapat bersifat bakterisidal membunuh
bakteri dan bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Cara kerja antibiotik dalam menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri adalah
merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam
nukleat, menghambat
sintesis asam
nukleat dan
protein Pelczar dan Chan 2005b.
Senyawa - senyawa antibakteri, antivirus, dan anti jamur telah ditemukan di ribuan spesies mikroalga. Hellebust 1879 yang diacu Stewart 1974
menyatakan bahwa mikroalga memiliki substansi organik yang berlimpah di dalam selnya, yang disebut dengan metabolit intraseluler dan menghasilkan
metabolit ekstraseluler yang disekresikan dari sel ke medium pertumbuhannya.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa komponen algasidal allelopatik yang dihasilkan oleh mikroalga mempunyai fungsi sebagai
autoinhibitor. Pembentukan autoinhibitor terjadi karena perubahan kondisi lingkungan kultur seperti pH dan kondisi nutrien yang menyebabkan
pembentukan senyawa allelopatik Metting and Pyne 1986. Allelopatik merupakan gejala kemampuan tumbuhan mengeluarkan zat untuk mematikan
tumbuhan atau tanaman pesaing disekitarnya dalam mengamankan kelangsungan hidupnya Sadjad 1993.
Perubahan kondisi lingkungan kultur pada mikroalga seperti penurunan intensitas cahaya dan konsentrasi CO
2
menyebabkan sel menghasilkan senyawa autoinhibitor. Pembentukan senyawa autoinhibitor dapat mempersingkat
pertumbuhan sel dalam kultur karena pertumbuhan sel menjadi menurun Fogg 1975.
Aktivitas antimikrobial tergantung pada spesies mikroalga dan metode ekstraksi senyawa aktifnya. Metabolit sekunder yang berupa karbon organik lebih
banyak dihasilkan pada fase lag dan fase stasioner dibanding fase log. Akan tetapi, tidak pada setiap kondisi suatu metabolit dapat dihasilkan, tergantung pada
pH, salinitas, kondisi aerobanaerob, cahaya dan nutrient Hellebust 1879 diacu dalam Stewart 1974.
Sintesa dan akumulasi metabolit sekunder pada mikroalga dipengaruhi oleh kondisi kultur, seperti siklus pencahayaan gelap-terang, suhu, salinitas dan
konsentrasi nutrien nitrogen pada beberapa mikroalga dan silikon pada diatom Metting dan Pyne 1986.
Suhu 35 C, pH 8 dan inkubasi selama 15 hari merupakan kondisi yang
bagus untuk pertumbuhan dan produksi senyawa antibakteri dari mikroalga. Selain itu, aktivitas antimikrobial tergantung pada spesies mikroalga dan metode
ekstraksi senyawa aktifnya Noaman et al. 2004. Hashimoto 1979 menyatakan bahwa turunan asam akrilat acrylic acid pada alga umumnya menyebabkan
aktivitas antibakteri. Asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah ini tersebar luas pada alga coklat dan alga hijau serta sejumlah phytoplankton. Asam
akrilat dibentuk dari β-dimetilpropiothetin yang diubah menjadi dimetil sulfida dan asam akrilat.
2.3. Ekstraksi Senyawa Antimikroba