87
pedesaan yang umumnya masih menjunjung tinggi adat tradisi turun temurun dari nenek moyang. Masyarakat berpikir bahwa tradisi yang
dilakukan secara turun temurun tidak boleh dihilangkan, karena masyarakat percaya kesejahteraan dan keselamatan yang diperoleh lahir dari tradisi
yang selalu mereka lakukan secara turun temurun. Kepercayaan masyarakat terhadap adanya roh dan kekuatan gaib juga berasal dari apa yang
diwariskan nenek moyang terdahulu. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menghormati segala sesuatu yang sudah ada sebelum mereka, tetapi
walaupun begitu mereka tetap percaya pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai sang pencipta alam semesta beserta isinya.
Begitu juga seni pertunjukan yang mendampingi suatu tradisi yang memiliki makna melalui adanya simbol-simbol yang mendukung terjadinya
interaksi simbolik pada leluhur, menjadikan kethoprak sebagai media dalam proses interaksinya. Kethoprak merupakan satu kesatuan dengan tradisi
ritual sedekah bumi yang disajikan selalu bersamaan. Simbol-simbol yang dimaknai dapat memunculkan interaksi simbolis dalam tradisi ritual sedekah
bumi. simbol-simbol ini muncul dan tersirat dalam doa kenduren, ambeng makanan dan sesaji, serta tari persembahan.
4.4.1 Makna Doa Kenduren
Doa merupakan simbol harapan sebagai perantara untuk memanjatkan suatu permohonan manusia kepada penciptanya. Dalam
berdoa tentunya berharap agar permintaannya dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga doa yang dipanjatkan dalam ritual sedekah
bumi di Dukuh Rumbut Malang. Terdapat doa khusus yang dibacakan oleh
88
modin dengan disaksikan masyarakat dukuh dalam kenduren. Ini merupakan kunci doa dari serangkaian doa dalam ritual sedekah bumi. Doa kunci yang
dipanjatkan yaitu “Sodakhotul Lidaf’il Bala’ ” yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah Sedekah itu dapat menolak balak, segala bencana karena
sedekah berasal dari niat yang tulus wawancara tanggal 12 Mei 2010 dengan Bapak Aliahmadi selaku modin Dukuh Rumbut Malang.
Doa yang dipanjatkan saat kenduren merupakan suatu simbol yang diwujudkan sebagai interaksi simbolik pada leluhur dalam tradisi ritual
sedekah bumi. Doa dibacakan secara khusuk, doa menghantarkan sebuah ketenangan. Doa yang dipanjatkan semata-mata agar Mbah Rantiyah
danyang dukuh merasa tenang. Mendoakan leluhur yang telah berbeda alam adalah cara yang digunakan masyarakat untuk menghormati dan
mengenangnya. Doa ini juga agar serangkaian ritual terlaksana dengan lancar serta telah dipenuhinya permintaan leluhur untuk nanggap kethoprak
diharapkan simbol-simbol yang diinteraksikan ini dapat diterima oleh laluhur sehingga masyarakat memperoleh kesejahteraan.
Pada dasarnya ritual sedekah bumi di Dukuh Rumbut Malang merupakan upacara bersih desa untuk menolak balak agar terhindar dari
segala marabahaya yang dapat mengganggu kesejahteraan, keselamatan dan ketenteraman masyarakat. Doa tersebut diatas adalah suatu hajat yang
merupakan simbol harapan dari masyarakat dukuh untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Doa tolak balak tersebut merupakan simbol dari
penyelenggaraan tradisi ritual sedekah bumi di Dukuh Rumbut Malang.
89
Simbol melaui doa ini tidak pernah berubah setiap tahunnya dalam tradisi ritual sedekah bumi.
4.4.2 Makna Ambeng Makanan dan Sesaji