Isi Pementasan Kethoprak Proses Interaksi Simbolis antara Masyarakat Pelaku Ritual dengan Leluhur

81

4.3.3.2 Isi Pementasan Kethoprak

Interaksi simbolis antara pemain dan penonton terjadi saat lakon cerita dimainkan. Penonton juga akan mengerti cerita yang diusung saat lakon dimainkan. Pemain kethoprak tidak selalu membawakan dialognya dengan serius walaupun sebenarnya perannya menjadi lakon yang tegas. Terkadang di sela-sela dialog guyon dengan penonton. Misalnya pemain mengatakan pada tuan rumah yang nanggap, “iki lho sing tak gethingi, wayahe metu segane metu, wayahe mlebu segane mlebu omah, kapan entuke” celetukan ini membuat penonton tertawa. Ada juga interaksi yang terjadi saat perang toyak, yang awalnya terjadi perang dengan serius dan terlihat seperti nyata, tetapi karena munculnya pemain dengan wajah lucu secara tiba-tiba, adegan perang menjadi guyonan. Terkadang banyak celotehan antar pemain dari pada perangannya. Terdapat beberapa dialog dalam perang yang membuat penonton semakin menikmati pertunjukan bahkan sampai tertawa terpingkal-pingkal. Inilah sebagian cuplikan dialog antar pemain saat perang, sebagai berikut: Pemain 1: mancal iku nganggo sikil Pemain 2: lha aku mau nganggo opo? Pemain 1: kowe mau nganggo gundulmu Pemain 2: ooo..iyo yo lali aku…dengan gaya bicara yang lucu. Inilah yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal melihat apa yang dilakukan salah satu pemain yang ndagel saat perang. Kemudian ada juga adegan menjatuhkan pemain yang ndagel ini dari panggung 82 dijlungupno, sehingga membuat penonton menjerit karena mereka pikir itu sungguh-sunguh, padahal hanya dibuat-buat. Seperti gambar berikut saat guyonan dalam adegan perang toyak: Gambar 8. 1 pemain dijlungupno oleh 2 pemain dalam perang toyak Foto. Adni Liuvivi Oktoviana, 12 Mei 2010 Ada juga atraksi-atraksi seperti salto, meloncat ditunjukan oleh para pemain ketoprak saat perang. Penonton pun terkadang bertepuk tangan atas keahlian para pemain. Masih dalam adegan perang, tetapi para pemainnya berganti kostum hewan. Adegan ini biasanya disebut kewan-kewanan. 83 Gambar 9. Pemain dalam adegan perang berganti kostum hewan Foto. Adni Liuvivi Oktoviana, 12 Mei 2010 Adegan yang cocok untuk suasana malam hari, yang tentunya ditunggu oleh penonton adalah dangdutan yang dibawakan oleh pemain wanita kethoprak yang disebut emban. Emban-emban ini mempunyai pimpinan yang disebut mbok mban. Penampilan emban-emban ini merupakan selingan yang disisipkan dalam lakon cerita. Dengan busana yang gemerlap, penyanyi dangdut bernyanyi dengan suara merdu dan dengan goyangan pinggul. Terkadang penyanyi berinteraksi dengan mengajak penonton bernyanyi. Simbol-simbol yang digunakan penyanyi seperti mengarahkan micropone ke arah penonton, membuat penonton mengerti bahwa penyanyi sedang mengajak untuk bernyanyi bersama. Sesekali mbok mbannya berkata “yoo digoyang mas, monggo bapak-bapak…”. Lagu-lagu yang dibawakan pun adalah lagu yang cukup dikenal oleh masyarakat, misalnya alun-alun 84 nganjuk, jambu alas, perahu layar. Ada juga penonton yang meminta dinyanyikan lagu kesukaannya. Tetapi setelah menyanyi emban-emban ini tetap berperan dalam lakon cerita yang dimainkan. Gambar 10. Emban-emban kembali masuk dalam lakon cerita Foto. Adni Liuvivi Oktoviana, 12 Mei 2010 Dagelan yang disajikan ditengah-tengah pertunjukan juga merupakan bagian yang ditunggu penonton, interaksi ini cepat dimengerti oleh penonton bahwa inilah bagian yang membuat suasana segar kembali. 85 Gambar 11. Dua Pelawak Tengah menghibur Warga Foto. Amran, 12 Mei 2010 Sebenarnya dalam pertunjukan kethoprak adegan yang paling disukai oleh penonton adalah adegan-adegan di luar lakon cerita yang dimainkan. Penonton merasa lebih tertarik melihat kethoprak dikarenakan terdapat selingan-selingan adegan, seperti perang toyak, dagelan, dangdutan yang menyajikan keunikan dan kelucuan.

4.3.3.3 Akhir Pementasan Kethoprak