Pelaku Upacara Komponen Ritual Keagamaan dalam Tradisi Ritual Sedekah Bumi

70 Sesaji selalu ada karena dalam setiap ritual sejak jaman nenek moyang suatu keharusan menyertakan sesaji, sehingga masyarakat merasa harus selalu memakai sesaji untuk menghormati apa yang pernah dilakukan oleh leluhur yang telah melahirkan budaya sejak dahulu. Sesaji menjadi berperan kuat dalam setiap ritual dan sampai jaman modern pun sesaji tidak dapat ditinggalkan, karena mereka berpikir jika ditinggalkan berarti tidak menghormati kebudayaan yang sudah lahir sejak zaman dulu.

4.2.3.4 Pelaku Upacara

Orang-orang yang melakukan tradisi ritual sedekah bumi terbagi menjadi dua kelompok yaitu pelaku inti dan pelaku pendukung. Pelaku inti terdiri dari modin, kamituwo Dukuh Rumbut Malang dan bayan. Sedangkan pelaku pendukung adalah jamaah ritual sedekah bumi. Pelaku inti, seperti modin memiliki tugas pokok yaitu memimpin jamaah ritual bersih desa dalam menjalankan ritual. Modin memimpin doa dalam acara kenduren sebagai prosesi awal tradisi ritual sedekah bumi. Doa yang dipanjatkan berbeda dengan doa-doa dalam pengajian atau ritual-ritual keagamaan yang lain. Doa intinya adalah untuk menolak balak segala bencana. 71 Gambar 6. Modin Dukuh Rumbut Malang Saat Memimpin Ritual Foto. Adni Liuvivi Oktoviana, 12 Mei 2010 Seperti terlihat pada gambar, pelaku inti yaitu modin memakai kaos berkerah berwarna putih, bawahan memakai sarung dan memakai peci sebagai penutup kepala. Kamituwo mendampingi modin berperan sebagai saksi dari kenduren yang dilaksanakan, maka dari itu kamituwo harus hadir, jika tidak maka kenduren harus diundur dari waktu yang telah ditentukan. Jika kenduren diundur yang ditakutkan adalah acaranya tidak sesuai harapan, karena kenduren ini merupakan titik awal dari pelaksanaan ritual sedekah bumi. Kamituwo bertugas mendampingi modin dalam memimpin jalannya ritual. Tokoh masyarakat kamituwo ini merupakan tokoh tertinggi di Dukuh Rumbut Malang, sehingga dalam tradisi ritual ini hadirnya kamituwo 72 merupakan perwujudan nyata yang menjadi simbol dari penghormatan pada sesepuh yang pada dasarnya adalah makhluk gaib. Kamituwo dalam menyaksikan jalannya ritual mengenakan pakaian kemeja berwarna putih dengan bawahan celana kain warna hitam. Putih melambangkan kesucian, mungkin karena itulah pak Wo, memakai baju putih sebab ritual sifatnya suci. Gambar 7. Kamituwo Dukuh Rumbut Malang Saat mendampingi Modin Foto. Adni Liuvivi Oktoviana, 12 Mei 2010 Pelaku pendukung yang selalu ikut serta dan merupakan penduduk dalam adalah masyarakat Dukuh Rumbut Malang sendiri. Masyarakat berperan sebagai jamaah tradisi ritual sedekah bumi yang terdiri dari anak- anak, remaja, dewasa dan orang tua baik laki-laki maupun perempuan. Jamaah yang mengikuti ritual mengenakan pakaian sehari-hari asalkan bersih karena memasuki tempat sakral. Ada yang memakai baju lengan pendek, celana panjang atau pendek, dan memakai daster. 73 Mayoritas warga yang mengikuti ritual adalah para petani, tetapi yang tidak bermatapencaharian sebagai petani juga ikut bergabung dalam ritual sedekah bumi, bahkan tidak menutup kemungkinan warga desa tetangga diperbolehkan ikut melihat jalannya ritual. Warga Dukuh Rumbut Malang sangat antusias dalam mengikuti serangkaian acara dalam tradisi sedekah bumi ini, dari membuat makanan, mengikuti kenduren, arak-arakan penari, sampai pertunjukan kethoprak semalam suntuk. Akan tetapi dibalik keantusiasan warga dalam mengikuti serangkaian ritual sedekah bumi, ada beberapa warga tidak ikut menyaksikan ritual ini. Mereka mengganggap bahwa kabumi adalah perbuatan syirik. Salah satu warga yang bernama pak Ali, beliau adalah orang yang taat pada syariat- syariat agama islam. Sebenarnya pak Ali tidak menyukai tradisi sedekah bumi terlalu dipentingkan, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan, pak Ali tetap menghormati hidupnya tradisi ini. Menurut modin Dukuh Rumbut Malang wawancara 12 Mei 2010 bahwa sebenarnya seorang muslim tidak diperkenankan melakukan tradisi-tradisi yang masih berhubungan dengan kepercayaan dinamisme dan animisme, karena keyakinan harus pada 1 dzat yaitu Allah SWT. Akan tetapi pak Aliahmadi sebagai modin hanya melontarkan satu kalimat yaitu “kulo namung sopir sing ngangkut penumpang. Kulo nggih nglakoke bis sesuai panjaluke sing numpak”. Maksudnya modin hanya bertugas untuk mengarahkan, tidak berhak menyalahkan kebudayaan yang telah ada, karena ini merupakan kepentingan bersama. 74 Jadi selama masih berjalan dalam jalur islam, tradisi-tradisi yang ada termasuk tradisi ritual sedekah bumi akan tetap dilestarikan oleh warga Dukuh Rumbut Malang.

4.3 Kethoprak sebagai Media Interaksi Simbolis dalam Tradisi Ritual Sedekah Bumi