1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah pengembangan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP?
2. Bagaimanakah kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP? 3.
Bagaimanakah peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa yang hanya
menggunakan buku paket pada pembelajaran IPA Fisika kelas VII SMP?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis pengembangan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar pembelajaran IPA kelas VII SMP.
2. Menganalisis kelayakan LKS Fisika berbasis REACT sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran IPA kelas VII SMP. 3.
Menganalisis peningkatan kemampuan memecahkan masalah antara siswa yang menggunakan LKS Fisika berbasis REACT dengan siswa yang hanya
menggunakan buku paket pada pembelajaran IPA Fisika siswa kelas VII SMP.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi bahwa LKS berbasis REACT dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk melatih kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, produk LKS berbasis REACT dapat dijadikan sebagai contoh pengembangan LKS yang
menuntun siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
1.5. Penegasan Istilah
1. Pengembangan
Pengembangan adalah proses mengorganisasikan materi pembelajaran dan pengembangan proses pembelajaran. Materi pelajaran disusun sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, baik menyangkut data, fakta, konsep, prinsip, dan atau mungkin keterampilan. Sedangkan proses menunjukkan bagaimana
seharusnya siswa mengalami kegiatan belajar Husamah Setyaningrum, 2013: 102.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar Prastowo, 2012: 45. 3.
Kelayakan Bahan Ajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, layak berarti pantas atau patut.
Jadi kelayakan dapat diartikan sebagai sesuatu yang pantas atau patut. Suatu bahan ajar layak digunakan apabila telah memenuhi standar kelayakan bahan
ajar. Penilaian kelayakan bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan standar dari Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP yang mencakup empat
komponen yaitu 1 komponen kelayakan isi, 2 komponen kebahasaan, 3 komponen penyajian, dan 4 komponen kegrafikan. Masing-masing komponen
tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator. Adapun indikator dari tiap komponen dalam penelitian ini yaitu:
1 Komponen kelayakan isi, meliputi: dimensi sikap spiritual, dimensi sikap
sosial, cakupan materi, akurasi materi, kontekstual, dimensi sikap ketrampilan, materi yang disajikan mengandung unsur REACT,
merangsang keingintahuan, mengembangkan kecakapan akademik. 2
Komponen kebahasaan, meliputi: kesesuaian dengan kaidah bahasa yang baik dan benar dan pemenfaatan bahasa secara efektif dan efisien
singkat dan jelas. 3
Komponen penyajian, meliputi: pendukung penyajian materi dan penyajian pembelajaran.
4 Komponen kegrafikan, meliputi: kulit buku dan keterbacaan.
4. LKS Berbasis REACT
Lembar Kerja Siswa LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus di kerjakan oleh siswa yang di dalamnya berisi petunjuk atau langkah-
langkah untuk mengerjakan suatu tugas Depdiknas, 2008: 15. LKS berbasis REACT ini menuntun siswa belajar mengaitkan materi dengan kehidupan nyata,
memberikan fasilitas siswa untuk menemukan konsep dalam kegiatan praktikum dengan membentuk suatu kelompok kecil, menerapkan konsep yang telah
diperoleh melalui latihan soal dan mengaplikasikan pemahaman yang telah diperoleh dengan konsep lain yang sudah dipelajari.
5. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan masalah problem solver merupakan suatu proses mental yang membutuhkan keterampilan lebih untuk dapat memancing
suatu pemikiran atau pemahaman baru sebagai solusi memecahkan suatu masalah Husamah Setyaningrum, 2013: 176.
Pemecahan masalah menurut Gagne 1977: 155, “problem solving is a
natural extension of rule learning, in which the most important part of the proces take places within the learner.”
Jadi kemampuan memecahkan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses mental paling penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu pembelajaran,
dimana proses tersebut membutuhkan keterampilan lebih sehingga dapat menciptakan pemikiran baru yang dapat memecahkan suatu masalah.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi