Analisis Keefektifan Metode Analisis Data

40 ≤ P 60 = Cukup Baik 20 ≤ P 40 = Kurang Baik 0 ≤ P 20 = Tidak Baik Modul IPA Terpadu berpendekatan Starter Experiment Approach dikatakan baik, apabila hasil persentase tanggapan guru dan siswa menunjukkan kriteria minimal baik.

3.5.3 Analisis Keefektifan

Keefektifan suatu pembelajaran dapat diketahui dari hasil pembelajaran yang dicapai. Kefektifan dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa indikator sebagai berikut.

3.5.3.1 Peningkatan Hasil belajar siswa

Peningkatan hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus indeks gain ternormalisasi Hake, 2004 Keterangan: postes = persentase nilai postes pretes = persentase nilai pretes Dengan ketegori tingkat perolehan indeks gain sebagai berikut: g 0,70 = Tinggi 0,30 ≤ g ≤ 0,70 = Sedang g 0,30 = Rendah Sedangkan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberi modul IPA terpadu dan sesudah diberi modul IPA terpadu terdapat perbedaan signifikan atau tidak, dapat dianalisis dengan menggunakan uji paired t test, dengan rumus Sudjana, 2005 : dengan: Sudjana, 2005 Keterangan: : rata-rata hasil postes : rata-rata hasil pretes S 1 2 : varians postes S 2 2 : varians pretes : jumlah sampel postes 2 : jumlah sampel pretes dk ditentukan dengan cara n 1 + n 2 – 2. Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel dengan taraf signifikansi 5, jika t hitung t tabel maka disimpulkan ada peningkatan nilai yang signifikan. Sebelum menghitung harga signifikansi pada uji paired t test, perlu dihitung terlebih dahulu normalitas dan homogenitas suatu data, karena syarat bisa menggunakan uji paired t test adalah berdistribusi normal dan homogen. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian yaitu nilai pre test dan pos test tersdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat yaitu: Sudjana, 2005 Keterangan: x 2 : Chi kuadrat O i : Frekuensi observasi E i : Frekuensi yang diharapkan K : banyaknya kelas yang diharapkan Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki kesamaan varian dari data pre test dan pos test yang telah dilakukan. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus: Sudjana, 2005 Taraf signifikansi 5 dengan dk pembilang n, apabila maka dinyatakan homogen.

3.5.3.2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Peningkatan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis dengan rumus indeks gain ternormalisasi Hake, 2004 pada masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis. Keterangan: postes = persentase nilai postes pretes = persentase nilai pretes Dengan ketegori tingkat perolehan indeks gain sebagai berikut: g 0,70 = Tinggi 0,30 ≤ g ≤ 0,70 = Sedang g 0,30 = Rendah

3.5.3.3 Perhitungan Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM

Perhitungan nilai KKM dilakukan untuk mengetahui angka klasikal kriteria ketuntasan minimal peserta didik. Angka KKM dapat dihitung dengan rumus: Arikunto, 2007 Keterangan: NA = Nilai Akhir NT = Rata-rata Nilai Tugas NE = Nilai Evaluasi Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Indikator keberhasilan penelitian ini adalah jumlah persentase kelulusan peserta didik secara klasikal minimal ≥ 85 peserta didik memenuhi angka KKM yang ditentukan sekolah yaitu ≥ 72 Mulyasa, 2007. Ketuntasan klasikal diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Retnaningsih, 2012 Keterangan: P = ketuntasan klasikal belajar ∑ni = jumlah peserta didik tuntas belajar secara individual nilai ≥ 72 ∑n = jumlah total peserta didik 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian pada pemgembangan modul IPA terpadu tema Kalor berpendekatan Starter Experiment Approach untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa telah dilaksanakan dan diperoleh beberapa data yang diperlukan dalam penelitian. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengetahui layak-tidaknya modul yang diterapkan dan keefektifan penggunaan modul dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut adalah uraian hasil penelitian.

4.1.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian pengembangan modul IPA terpadu berpendekatan Starter Experiment Approach dilaksanakan di SMP Negeri 1 Wonokerto dengan tiga tahapan yaitu uji coba skala kecil, uji coba skala besar dan penerapan. Uji coba skala kecil dan besar merupakan tahapan dalam pengembangan modul IPA terpadu yang dikembangkan sebelum diterapkan pada kelas penerapan. Uji coba skala kecil dilakukan untuk mengetahui kesiapan modul sebelum digunakan pada uji coba skala besar. Uji coba skala kecil dilaksanakan pada satu pertemuan dalam proses pembelajaran pada kelas VII 6 dengan jumlah terbatas yaitu 10 anak. Dalam uji coba skala kecil siswa diminta untuk mengisi angket tentang tanggapan terhadap modul tersebut. Sebelum mengisi angket siswa diberikan draft modul yang telah divalidasi oleh pakar untuk dibaca dan dipelajari. Kemudian, dari hasil tanggapan siswa tersebut dilakukan revisi kembali atas kekurangan modul pada uji coba skala kecil sehingga dapat digunakan dalam uji coba skala besar. Uji coba skala besar merupakan tahapan pengembangan yang menghasilkan modul akhir sehingga dapat diterapkan pada kelas penerapan. Proses pelaksanaan uji coba skala besar dilakukan pada kelas VII 4 dengan jumlah yang lebih besar