Pembangunan Berkelanjutan dan Sistem Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Berkelanjutan dan Sistem Pertanian

Pembangunan berkelanjutan sustainable development merupakan konsep pembangunan yang sudah diterapkan di berbagai negara di dunia. Konsep ini berusaha untuk memberikan solusi optimal dari berbagai kepentingan yang berbeda dalam pelaksanaan pembangunan. Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali diperkenalkan oleh the World Commission on Environment and Development WCED pada tahun 1987 dengan laporannya berjudul “Our Common Future ” Kay dan Alder, 1999. Laporan ini dibuat oleh sekelompok ahli yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland, sehingga laporan tersebut sering disebut sebagai Laporan Brundtland The Brundtland Report. Dalam laporan tersebut terkandung definisi pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membatasi peluang generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan pengertian ini, Beller 1990 mengemukakan prinsip “justice of fairness” yang bermakna manusia dari berbagai generasi yang berbeda mempunyai tugas dan tanggung jawab satu terhadap yang lainnya seperti layaknya berada di dalam satu generasi. Munasinghe 1993 mengemukakan bahwa pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi tiga dimensi, yaitu: secara ekonomi dapat efisien serta layak, secara sosial berkeadilan, dan secara ekologis lestari ramah lingkungan. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah kuantitas modal alam natural capital yang dapat menyediakan suatu hasil berkelanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam. Konsep lain yang masih berkaitan dengan hal tersebut adalah konsep pemanfaaatan sumberdaya yang berkelanjutan sustainable use of resources yang bermakna bahwa pemanenan, ekstraksi, ataupun pemanfaatan sumberdaya tidak boleh melebihi jumlah yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam kurun waktu yang sama. Cicin-Sain dan Knecht 1998 mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan mencakup tiga penekanan, yaitu: 1 pembangunan ekonomi untuk 14 meningkatkan kualitas kehidupan manusia; 2 pembangunan yang sesuai dengan lingkungan; dan 3 pembangunan yang sesuai dengan keadilan kesejahteraan, yaitu keadilan penyebaran keuntungan dari pembangunan yang mencakup: a intersocietal equity misalnya antar kelompok dalam masyarakat, menghargai hak khusus masyarakat lokal dan lain-lain; b intergenerational equity yaitu tidak membatasi peluang atau pilihan bagi generasi mendatang; c international equity yaitu memenuhi kewajiban terhadap bangsa lain dan terhadap masyarakat internasional mengingat adanya kenyataan saling ketergantungan secara global. Sanim 2006 mengemukakan bahwa pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki 3 tiga tujuan utama yang satu dengan lainnya saling terkait, yaitu: tujuan ekonomi efisiensi dan pertumbuhan, tujuan sosial kepemilikankeadilan dan tujuan ekologi kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan mempunyai indikator-indikator: culture-ecology interface , didefinisikan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan fungsi yang integratif dari nilai-nilai sosial budaya yang menyatu terhadap ekosistem. Indikator yang termasuk dalam perubahan etika lingkungan, komitmen untuk menjaga keseimbangan political-cultural dan ecoturism; culture-economy interface, menggambarkan fungsi tujuan di dalam nilai-nilai non-market dan keputusan untuk menjaga konservasi lingkungan untuk tujuan budaya. Nilai-nilai kultural ekonomi lebih tinggi, demikian juga refleksinya terhadap politik, institusi dan struktur hukum; dan economy-ecology interface, menggambarkan fungsi tujuan dalam termin dari nilai-nilai ekonomi dan cost-benefit analysis Rustiadi et al ., 2004. Pandangan pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Moffatt dan Hanley 2001, mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan bagian penting yang harus mengintegrasikan komponen-komponen sumberdaya, yaitu komponen ekonomi, komponen sosial budaya dan komponen lingkungan secara serasi dan seimbang. Pemanfaatan komponen-komponen sumberdaya secara serasi dan seimbang dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pada saat sekarang tanpa mengurangi kesempatan dan pemenuhan kehidupan generasi pada saat mendatang. 15 Konservasi merujuk pada pengarahan kegiatan manusia yang melibatkan penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alami agar dapat dicapai maslahat berkelanjutan terbesar bagi generasi manusia masa kini sambil mempertahankan potensi sumberdaya bersangkutan memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi masa depan. Jadi inti konservasi ialah mengelola sumberdaya alami sedemikian rupa sehingga pilihan-pilihan pemanfaatannya terpertahankan bagi generasi masyarakat mendatang Weber dan Margheim, 2000. Nugroho 2002 mengemukakan bahwa sistem pertanian konservasi memiliki ciri–ciri yaitu 1 Sistem usahatani yang dilakukan pada lahan tersebut harmoni secara ekologi, yang artinya sistem produksi dilakukan dengan tidak menyebabkan kerusakan secara ekologi atau tidak merusakmengganggu keseimbangan ekosistem. 2 Produksi yang dihasilkan cukup tinggi dengan menggunakan teknologi tepat guna. 3 Produksi yang dihasilkan memberikan pendapatan dan kesejahteraan secara ekonomi. 4 Sistem produksi yang dilakukan dapat diterima dan dilakukan oleh petani dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia sesuai dengan perkembangan teknologi. 5 Kerusakan akibat sistem produksi yang dilakukan dapat diminumkan, dan kerusakan tersebut juga dapat diimbangi oleh proses pemulihan sumberdaya lahan secara alami, sehingga tingkat produksi yang tinggi, pendapatan dan kesejahteraan petani dapat dipertahankan serta ditingkatkan secara berkelanjutan. Senada dengan pendapat Nugroho 2002 tersebut, Sinukaban 1996 mengemukakan bahwa sistem pertanian berkelanjutan paling tidak harus memenuhi 3 tiga persyaratan yaitu : 1 Pendapatan petani atau produksi usahatani harus cukup tinggi sehingga petani tersebut bergairah meneruskan usahanya, 2 Erosi dalam sistem usahatani terebut harus kecil atau lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan agar produktifitas yang tinggi dapat dipertahankan atau ditingkatkan secara terus meneruslestari dan 3 Teknologi pertanian atau sistem produksi yang dianjurkan harus dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani secara terus-menerus dengan pengetahuan dan sumberdaya lokal tanpa bantuan atau intervensi dari luar secara substansi dan terus-menerus. Dengan kata lain, suatu sistem pertanian yang berkelanjutan adalah yang produktifitasnya 16 cukup tinggi sehingga menguntungkan petani, mempraktekan tindakan konservasi tanah dan air yang tepat dan menggunakan teknologi yang terjangkau oleh petani. Usahatani merupakan suatu industri biologis yang memanfaatkan materi dan proses hayati untuk memperoleh laba yang layak bagi pelakunya yang dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem praproduksi, produksi, panen, pascapanen, distribusi, dan pemasaran Adnyana, 2001. Suatu sistem usahatani dikatakan berkelanjutan jika dalam pengelolaannya menerapkan teknologi maju yang ramah lingkungan atau tidak menimbulkan eksternalitas negatif pada lingkungan, baik lingkungan biofisik maupun lingkungan sosial ekonomi, pada tingkat mikro maupun makro. Menurut Adnyana 2001 beberapa strategi yang dapat diterapkan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan sistem usahatani berkelanjutan, yaitu: 1. Sistem usahatani yang ingin dicapai sedapat mungkin diwujudkan melalui pemanfataan sumberdaya internal untuk mensubstitusi penggunaan sumberdaya eksternal. 2. Mengurangi penggunaan pupuk buatan yang bersumber dari sumberdaya yang tidak dapat pulih pupuk anorganik. 3. Menekan intensitas penggunaan pestisida dan herbisida serta penerapan pengendalian hama terpadu PHT secara massal. 4. Memperluas penerapan rotasi tanaman dan diversifikasi horizontal untuk meningkatkan kesuburan tanah, pengendalian hama dan penyakit, meningkatkan produktifitas dan menekan resiko. 5. Mempertahankan residu tanaman maupun input eksternal serta penanaman tanaman penutup tanah guna mempertahankan kelembaban dan kesuburan tanah.

2.2. Perubahan Penggunaan Lahan

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 17 413

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12