40 cukup jelas batasannya; dan 3 dalam perencanaan jangka panjang
memungkinkan untuk dilakukan. Terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pendekatan sistem
untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks yaitu; 1 analisis kebutuhan, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan dari semua stakeholders
dalam sistem; 2 formulasi permasalahan, yang merupakan kombinasi dari semua permasalahan yang ada dalam sistem; 3 identifikasi sistem, bertujuan untuk
menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan semua stakeholders
dalam sistem; 4 pemodelan abstrak, pada tahap ini mencakup suatu proses interaktif antara analisis sistem dengan pembuat keputusan, yang
menggunakan model untuk mengekplorasi dampak dari berbagai altenatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem; 5 implementasi, tujuan
utamanya adalah untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan; dan 6 operasi, pada tahap ini akan dilakukan validasi sistem dan seringkali pada
tahap ini terjadi modifikasi-modifikasi tambahan karena cepatnya perubahan lingkungan di mana sistem tersebut berfungsi Manetch dan Park, 1977.
Lucas 1993 menyatakan bahwa, secara teoritis komponen-komponen dalam suatu sistem saling berhubungan dan memiliki ketergantungan antara
komponen. Sistem harus dipandang secara keseluruhan holistik dan akan bersifat sebagai pengejar sasaran goal seeking sehingga terjadi sebuah
keseimbangan untuk pencapaian tujuan. Sebuah sistem mempunyai masukan input yang akan berproses untuk menghasilkan keluaran. Pada sebuah sistem ada
umpan balik yang berfungsi sebagai pengatur komponen-komponen sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan, dan sistem yang lebih besar dapat
terdiri atas beberapa sistem kecil subsistem yang akan membentuk suatu hirarki.
2.7. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini baik yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu pendekatan
sistem ataupun obyek yang dikaji. Adnyana 2001 melakukan penelitian mengenai pengembangan sistem
usaha pertanian berkelanjutan dengan metode studi pustaka. Hasil penelitiannya
41 menunjukkan bahwa pendekatan pembangunan pertanian konvensional di negara
berkembang termasuk Indonesia dicirikan dengan padat karya, ketergantungan terhadap input kimiawi yang besar, perencanaan sentralistik, dan sistem produksi
yang intensif. Pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan dicirikan oleh pemanfaatan hubungan sinergis antara sub sistem guna menekan penggunaan
input eksternal, desentralisasi, dan lebih mengandalkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.
Ilham dan Saktyanu 1998 melakukan penelitian mengenai perencanaan sistem usahatani terpadu dalam menunjang pembangunan pertanian yang
berkelanjutan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menggunakan metode optimalisasi usahatani menggunakan program linier Linear Programming. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa sistem usahatani berkelanjutan dapat dilakukan dengan sinergitas cabang usahatani, yaitu antara tanaman pangan dan hortikultur
dengan usaha penggemukan sapi. Pola tanam yang optimal adalah padi – padi – kedelai pada lahan sawah dan ubi jalar – kacang tanah – ubi jalar pada lahan
tegalan. Basit 1996 melakukan penelitian untuk menganalisis penerapan teknologi
usahatani konservasi pada lahan kering berlereng di wilayah hulu DAS Jratunseluna, Propinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode Regresi linier
dan Persamaan ekonometrika produksi, penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, konsumsi, produksi yang dapat dijual, investasi, teknologi, pendapatan,
penggunaan modal pendapatan yang dapat dibelanjakan, dan total biaya usahatani. Hasil penelitiannya menunjukkan keberhasilan penerapan teknologi
usahatani konservasi pada lahan kering berlereng dipengaruhi oleh faktor luas lahan yang diusahakan, jumlah anggota keluarga yang terlibat sebagai penyedia
tenaga kerja untuk kegiatan usahatani, status penguasaan lahan, frekuensi penyuluhan, dan keikutsertaan petani dalam proyek pertanian lahan kering.
Wiradinata 1987 melakukan penelitian tentang model simulasi penggunaan lahan kering pertanian secara optimal ditinjau dari segi agrohutani di
Daerah Aliran Sungai Citanduy, Jawa Barat. Penelitiannya menggunakan Metode LECS Land Evaluation Computer System terdiri atas enam modul, yaitu: iklim,
tanah, kesesuaian lahan secara egroekologi, degradasi tanah, pilihan konservasi
42 tanah dan keseuaian lahan dengan menggunakan 22 tanaman pertanian dan 10
jenis kayu hutan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan lahan kering pertanian dikatakan optimal dilihat dari dua aspek, yaitu kelestarian
sumberdaya tanah dan pendapatan. Kelestarian sumberdaya tanah meliputi kesesuaian lahan dan indikator-indikator ketidaksesuaian lahan. Dari aspek
pendapatan ternyata pola tanam tunggal mono cropping tanaman semusim padi ladang, jagung, ubi jalar, ketela pohon, kacang tanah, kedelai dan rumput dapat
memberikan pendapatan bersih yang lebih besar daripada pola agrohutani. Hal ini mungkin dikarenakan ada manfaat tidak langsung yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk uang intangible values dari manfaat pola usahatani agrohutani. Adiatmojo 2008 melakukan penelitian di kawasan transmigrasi Kaliorang
dengan menganalisis tingkat keberlanjutan kawasan ditinjau dari beberapa dimensi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa beberapa dimensi belum
berkelanjutan sedangkan faktor kunci keberhasilan pengembangan usaha di wilayah kajiannya adalah luas lahan yang ditanami dengan komoditi pertanian
unggulan; kemitraan usahatani dalam mendukung kegiatan agribisnis komoditi pertanian unggulan, sarana jalan penghubung, iklim investasi, prasarana dan
sarana kawasan, teknologi budidaya pertanian, dan kualitas sumberdaya manusia khususnya petani dan pelaku usahatani.
Ginting Soeka 2007 melakukan penelitian tentang Rancang Bangun Sistem Pengembangan Transmigrasi Lahan Kering Berkelanjutan di UPT Rantau
Pandan SP 1 dan SP 2 Propinsi Jambi melalui rangkaian metodologi dengan menggunakan survai tanah, survai responden, wawancara mendalam, FGD, survai
pakar dan kesisteman. Selanjutnya analisis data dilakukan melalui metode analisis statistik, model MDS, metode survai tanah dan model dinamik untuk analisis
biofisik, social budaya dan ekonomi. Selanjutnya dilakukan validasi kinerja dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Barlas 1996 dengan
teknik statistik Average Variation Error AVE. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi biofisik di kedua lokasi cukup mengkhawatirkan, rata-rata
pendapatan transmigran masih rendah, kegiatan belum terfokus pada kegiatan usahatani on-farm, sarana pendidikan dan pelayanan kesehatan belum terpenuhi
secara maksimal, sementara ketrampilan transmigran, pelatihan, penyuluhan dan
43 pendampingan masih rendah. Sementara itu pula, pelayanan kelembagaan
pemerintahan dan kelembagaan ekonomi di kedua lokasi belum berfungsi dengan baik. Strategi kebijakan yang direkomendasikan untuk Sistem Pemberdayaan
Ttransmigrasi Lahan Kering Berkelanjutan adalah: 1 kebijakan peningkatan ketrampilan masyarakat transmigran melalui penyuluhan, pendampingan,
teknologi dan bantuan teknis; 2 kebijakan pengembangan komoditi unggulan sesuai dengan karakteristik lokalita; dan 3 kebijakan pengembangan
kelembagaan institutional development Simbolon 2009 melakukan penelitian mengenai Model Analisis Kebijakan
Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan dengsn mengambil studt kasus di lokasi Kawasan Rasau Jaya Propinsi Kalimantan Barat. Metodolologi
yang digunakan melalui 4 empat tahapan yaitu: 1 menganalisis tingkat keberlanjutan pembangunan Kawasan berdasarkan dimensi ekologi, ekonomi,
social, teknologi, serta hukum dan kelembagaan, 2 menganalisis factor pemenuhan kebutuhan stakeholder yang terkait dengan pengembangan kawasan
transmigrasi, 3 menganalisis faktor kunci pengembangan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan berdasarkan factor pengungkit keberlanjutan dan factor
pemenuhan kebutuhan stakeholders, dan 4 merumuskan arahan kebijakan serta strategi implementasinya. Metode analisis yang digunakan adalah MDS, analisis
kebutuhan, analisis prospektif dan FGD. Berdasarkan hasil analisis diperoleh faktor kunci utama pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya adalah
sarana dan prasarana dasar, ketersediaan air, luas lahan yang dimanfaatkan, harga komoditi pertanian, dan teknologi pengolahan hasil pertanian.
Susila 1991 melakukan penelitian Pola Usahatani Alternatif Untuk Daerah Transmigrasi Di Sumatera Selatan, yang bertujuan untuk mengembangkan suatu
pola usahatani untuk diterapkan di daerah transmigrasi Sumatera Selatan. Kerangka teori yang yang digunakan adalah teori farm household dengan metode
estimasi multi period linear programming. Beberapa kegiatan yang dipertimbangkan adalah penanaman tanaman karet dan beberapa tanaman setahun,
kredit, tabungan, dan penggunaan tenaga kerja. Kendala-kendala yang dispesifikasikan adalah iklim, lahan, kemantapan persediaan makanan, kebutuhan
hidup minimum, kredit maksimum, dan pengembalian kredit. Aspek resiko juga
44 dianalisis melalui pendekatan tidak langsung yaitu dengan kendala kemantapan
persediaan bahan makanan, analisis sensitifitas, dan simulasi monte carlo. Hasil analisis menunjukkkan bahwa dengan bantuan pemerintah secara parsial, para
transmigran dapat mengembangkan suatu pola usahatani karet yang layak. Dengan pola usahatani tersebut, mereka dapat melunasi segala utangnya dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pola usahatani tersebut cukup sensitif terhadap perubahan dari nilai input, kendala, serta harga karet yang diasumsikan.
Wigena 2009 melakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang model pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan yang memenuhi
aspek biofisik, ekonomi dan sosial. Penelitian dilakukan di kebun kelapa sawit plasma PTP Nusantara V Sei Pagar, Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Data
terkumpul dianalisis dengan program Power Sim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengelolaan berkelanjutan yang dirancang untuk periode 2010-2035
mampu memenuhi aspek biofisik, ekonomi dan sosial dengan indikator produksi tandan buah segar TBS rata-rata 25,83 tonhatahun, peningkatan degradasi
lahan dan penurunan daya dukung lingkungan sangat rendah. Pendapatan petani rata-rata sebesar Rp 22.859.950hatahun dan pendapat masyarakat sekitar kebun
rata-rata Rp 16.845.025tahun yang melebihi tingkat upah minimum regional Propinsi Riau. Kualitas sumberdaya manusia meningkat yang tercermin dari
tingkat pendidikan yang disetarakan dengan pendapatan yang diperoleh sebagai tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit sampai Rp 55.000.000tahun.
III. METODE PENELITIAN