Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikir Penelitian

7

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini lebih besifat evaluasi terhadap konsep penyelenggaraan program transmigrasi pola TULK Plus di kawasan Batumarta. Pemilihan lokasi penelitian di kawasan Batumarta dimaksudkan sebagai benchmark bagi penyempurnaan konsep penyelenggaraan transmigrasi pola TULK pada umumnya di masa yang akan datang, dengan mempelajari faktor-faktor yang mendukung keberhasilan atau menentukan perkembangan kawasan ini, terutama yang terkait dengan konsep pembinaannya berupa bantuan pengembangan kebun karet seluas 1 haKK. Adapun konsep alokasi lahan sebesar 5,0 atau 3,5 haKK sulit untuk dapat diterapkan di masa yang akan datang, karena lahan sudah semakin terbatas. Penelitian lapang terkait wilayah studi lebih bersifat mengkonfirmasi data sekunder yang tersedia. Pengambilan sampel responden masyarakat terbatas pada desa eks UPT, tidak termasuk desa sekitar dalam kawasan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan ekonomi wilayah khususnya kawasan transmigrasi, pengelolaan dan pemanfaatan lahan kering secara berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih optimal bagi masyarakat transmigran yang penghasilannya bergantung pada sumberdaya lahan kering. Manfaat yang diharapkan secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 1. Berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal membangun model pengembangan perkebunan karet secara berkelanjutan di kawasan transmigrasi. 2. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders dalam pengembangan perkebunan karet di kawasan transmigrasi. 3. Sebagai masukan bagi pengambil keputusan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah, untuk membuat kebijakan yang efektif dalam pengembangan perkebunan karet berkelanjutan di kawasan transmigrasi. 8

1.6. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mengkaji kondisi kawasan transmigrasi Batumarta dari aspek sosial, ekonomi, pengunaan lahan, pengelolaan usahatani serta kelembagaan dalam kegiatan usahatani pola TPLK di lokasi studi. Pada pembangunan kawasan transmigrasi, komponen pembangunan fisik lahan, komponen pembangunan ekonomi dan komponen pembangunan sosial budaya saling berkait dan saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga penting untuk diperhatikan guna menghasilkan pembangunan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan. Apabila ketiga komponen tersebut ditinjau secara terpadu pada pembangunan kawasan transmigrasi maka akan sangat rumit dan kompleks dikarenakan terdapat komponen yang bersifat eksak seperti kondisi biofisik lahan jenis tanah dan komponen yang bersifat non-eksak seperti interaksi kehidupan sosial budaya antara penduduk lokal dan penduduk pendatang transmigran karena hanya dapat dirasakan. Aspek biofisik lahan, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dalam suatu sistem yang bersifat dinamis. Perubahan suatu aspek akan mempengaruhi dinamika aspek lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pembangunan kawasan transmigrasi dan tingkat perkembangannya. Komponen sosial budaya pada pembangunan kawasan transmigrasi sangat penting, karena terdapat unsur penduduk lokal setempat dan penduduk pendatang transmigran dari berbagai daerah asal yang masing-masing mempunyai latar belakang sosial budaya yang berbeda. Karakteristik sosial budaya lokal dan pendatang yang bersifat positif sangatlah penting untuk dipertahankan. Interaksi budaya dan latar belakang kehidupan dapat saling memperkaya pengalaman dalam membentuk masyarakat baru transmigran yang lebih dinamis dan produktif apabila didasari dengan tenggang rasa, saling menghargai antar pendatang dengan penduduk lokal, sehingga terjadi kehidupan yang sejahtera dan harmonis secara berkelanjutan. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering, perlu memperhatikan aspek teknologi dan kelembagaan. Hal ini karena lahan kering memerlukan perlakuan khusus untuk digunakan sebagai lahan budidaya 9 pertanian. Teknologi budidaya pertanian menjadi relevan apabila dikaitkan dengan pengetahuan masyarakat dalam budidaya pertanian di lahan kering. Aspek kelembagaan menjadi penting karena petani di kawasan transmigrasi memiliki budaya yang berbeda dalam berinteraksi sosial mapun ekonomi. Dengan demikian, aspek sosial masyarakat perlu diperhatikan secara lebih spesifik. Bagi kawasan transmigrasi yang relatif jauh dari pusat kegiatan wilayah, maka aspek aksesibilitas menjadi penting. Prasarana jalan merupakan prasarana vital untuk mengembangkan kawasan ini. Terbangunnya jalan kabupaten antar kecamatan dan antar desa akan memudahkan pengangkutan hasil pertanian, barang produksi, dan konsumsi. Selain itu, juga akan mendorong pergerakan manusia untuk berinteraksi dalam hubungan ekonomi dan sosial. Interaksi ini pula dapat mendorong alih teknologi antar penduduk. Dalam perencanaan tata ruang kawasan transmigrasi, ketiga komponen utama tersebut harus disesuaikan dengan pola-pola perencanaan penggunaan lahan land use planning. Hal ini seperti dikemukakan oleh Sitorus 2003, bahwa dalam tahapan pembangunan, penting terlebih dahulu dilakukan perencanaan penggunaan lahan. Perencanaan penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui potensi pengembangan lahan, daya dukung lahan dan manfaat lahan. Dalam pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan transmigrasi di lahan kering dapat digunakan metode pendekatan sistem yang mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, sosial budaya, teknologi, aksesibilitas, dan kelembagaan dalam suatu analisis yang runtun. Dimensi tersebut penting diperhatikan dalam pembangunan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kondisi ekonomi, ekologi, sosial budaya, teknologi, aksesibilitas, dan kelembagaan kawasan diperoleh melalui berbagai atribut sesuai dengan keadaan riil di kawasan. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui status keberlanjutan kawasan transmigrasi lahan kering. Informasi status keberlanjutan ini merupakan hal yang penting dalam perencanaan pembangunan wilayah. Dalam kaitan dengan pengembangan usahatani di lahan kering, khususnya di kawasan transmigrasi maka perlu diketahui teknologi usahatani yang dapat dimanfaatkan 10 secara optimal di kawasan. Selain itu, perlu pula memperhatikan kebutuhan stakeholders untuk memudahkan implementasi kebijakan. Sistem yang disusun dalam penelitian ini sekaligus merupakan model pengembangan yang dapat direplikasikan di kawasan transmigrasi lahan kering di wilayah yang karakteristiknya hampir sama. Secara skematis kerangka pemikiran model kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

1.7. Kebaruan Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 17 413

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12