Kebutuhan Stakeholder Dalam Pengembangan Kawasan Transmigrasi

107 Perubahan pola penggunaan lahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal kawasan maupun eksternal kawasan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pemerintah dan masyarakat di kawasan transmigrasi Batumarta diketahui bahwa faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan ke perkebunan karet adalah: 1 pendapatan petani dari tanaman karet lebih besar, 2 pemasaran hasil produksi yang lebih mudah, 3 pengalaman usahatani tanaman pangan yang kurang menguntungkan, 4 meningkatnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman karet, 5 kesesuaian lahan untuk tanaman karet yang sangat sesuai, 6 kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani tanaman karet yang lebih efisien, 7 biaya produksi usahatani tanaman karet lebih rendah, dan 8 resiko kegagalan produksi relatif lebih rendah.

5.2 Kebutuhan Stakeholder Dalam Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Stakeholder pembangunan kawasan transmigrasi Batumarta adalah individu, kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah yang berkepentingan untuk berperan dalam kegiatan pembangunan kawasan Batumarta. Identifikasi stakeholder dilakukan berdasarkan peran dan fungsi terhadap kawasan transmigrasi Batumarta. Pendekatan ini lebih menguntungkan stakeholder yang lemah secara politik, tetapi memainkan peran dan fungsi penting terhadap kawasan transmigrasi Batumarta. Stakeholder tersusun atas kelompok pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, pihak swasta, dan lembaga sosial masyarakat. Para stakeholder dari masyarakat pada umumnya adalah petani transmigran yang telah bermukim sejak awal penempatan atau anggota keluarganya. Penentuan kebutuhan stakeholder dilakukan dengan wawancara kepada responden. Sebagian besar 59 responden dari masyarakat menempuh pendidikan Sekolah Dasar SD dan sekitar 13 menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP dan 28 tidak berpendidikan. Pekerjaan utama responden dari masyarakat adalah petani atau pekebun. Sekitar 45 responden tidak mempunyai pekerjaan kedua, sedangkan pekerjaan kedua terbanyak adalah sebagai buruh tani dan beternak, dan hanya sebagian kecil saja yang mempunyai pekerjaan tambahan seperti tukang cukur, dagang dan membuat bata atau genteng. Responden dari unsur pemerintahan desa sebanyak 2 orang dari masing-masing 108 desa yang mewakili kelompok responden, masing-masing 1 orang aparat dari 3 kecamatan, 2 orang dari unsur pengusahaswasta, 1 orang dari tokoh masyarakat, dan 1 orang dari lembaga penelitian. Dari jumlah rata-rata anggota rumah tangga yang telah berumur 10 tahun ke atas terlihat bahwa tenaga kerja yang terdapat banyak bekerja di daerah transmigrasi ini hanyalah suami dan istri saja, sedangkan anak-anak yang sudah bersekolah hanya sekedar membantu saja. Keterbatasan jumlah tenaga kerja ini juga yang mendorong petani lebih memilih menjadi pekebun karet daripada menjadi petani tanaman pangan, di samping faktor lainnya. Semua responden dapat mulai mengerjakan lahan I pada tahun kedua meskipun dengan rata-rata luas yang masih lebih kecil dari luas lahan I yang disediakan. Rata-rata responden baru mulai mengerjakan lahan II pada tahun keenam yang dilakukan secara bergotong- royong untuk membuka lahan. Penentuan faktor kunci pengembangan Kawasan Transmigrasi Batumarta juga memperhatikan kebutuhan stakeholder sebagai gambaran kondisi masa depan yang diinginkan. Dalam mengidentifikasi kebutuhan stakeholder di masa mendatang dimulai dengan menemukenali permasalahan pengembangan kawasan transmigrasi saat ini. Hal ini berkaitan dengan rencana kegiatan pembangunan yang harus dilakukan dan hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Guna memenuhi kebutuhan stakeholder tersebut, dilakukan wawancara mendalam terhadap stakeholder terkait. Hasil wawancara diperoleh bahwa untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dan mengurangi kesenjangan di masa mendatang terkait usahatani lahan kering yang optimal di kawasan Batumarta, faktor yang perlu diperhatikan adalah: 1 peningkatan keterampilan usahatani bagi petani, 2 peningkatan investasi pemerintah dan swasta dalam industri perkebunan, 3 pengembangan dan penerapan teknologi, 4 infrastruktur yang memadai, 5 penguatan kelembagaan ekonomi mikro, 6 akseptabilitas masyarakat terhadap komoditas unggulan, 7 pemberdayaan masyarakat secara terpadu, dan 8 peningkatan pengetahuan masyarakat tentang manajemen agribisnis. 109 Faktor-faktor tersebut merupakan masukan dalam perumusan arahan kebijakan dan strategi pengembangan perkebunan karet yang berkelanjutan di kawasan transmigrasi Batumarta. Dengan demikian, kebijakan pembangunan kawasan Batumarta mencerminkan aspirasi stakeholder dan kondisi masa depan yang diinginkan.

5.3 Faktor Kunci Pengembangan Kebun Karet Berkelanjutan

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Wisata Taman Eden 100 Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

4 107 116

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 60 527

Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak)

1 6 208

Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten Kutai Timur)

2 24 203

Suatu Perbandingan Performans Reproduksi dan Produksi antara Sapi Brahman, Peranakan Ongole dan Bali di Daerah Transmigrasi Batumarta Sumatera Selatan

0 3 259

Model pengembangan perkebunan karet berkelanjutan pada kawasan transmigrasi batumarta provinsi Sumatera Selatan

2 17 413

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

2 19 103

PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI MASYARAKAT TRANSMIGRASI BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN: Studi Pengembangan Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada Kawasan KTM Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

0 0 70

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

0 0 9

DAMPAK POLA PEREMAJAAN PARTISIPATIF TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 12