STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS

PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS

PROVINSI SUMATERA SELATAN

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis

Oleh :

Rahmalia Ratna Lestari

H 0306029

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :

Nama : Rahmalia Ratna Lestari

NIM : H 0306029

Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. Darsono, M.Si

NIP. 19660611 199103 1 002

Nuning Setyowati, SP. M.Sc NIP. 19820325 200501 2 001


(3)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

RAHMALIA RATNA LESTARI H 0306029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditas perkebunan untuk jangka pendek, menengah dan panjang di Kabupaten Musi Rawas. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analisis. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen yang termasuk komoditas prima adalah kelapa sawit; komoditas potensial adalah karet; komoditas berkembang terdiri dari kopi, kelapa, pinang, aren, tebu, kakao, kemiri; komoditas terbelakang adalah kayu manis. Strategi pengembangan jangka pendek meliputi dua hal yaitu strategi untuk mempertahankan komoditas prima tetap menjadi komoditas prima (kelapa sawit) melalui upaya peningkatan mutu dan penyediaan bibit kelapa sawit. Strategi untuk mengupayakan agar komoditas potensial (karet) menjadi komoditas prima yaitu penyediaan lahan pembibitan. Strategi pengembangan jangka menengah untuk mengembangkan komoditas potensial menjadi komoditas prima adalah pembangunan penampung karet. Strategi untuk mengembangkan komoditas berkembang menjadi komoditas potensial yaitu peningkatan kemampuan dan kapasitas SDM subsektor perkebunan (kelapa dan aren); pengembangan kajian teknologi tepat guna (kopi dan kemiri); peningkatan produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk perkebunan (tebu dan kakao); pengembangan sistem penyuluhan perkebunan yang secara intensif (kemiri dan pinang). Strategi untuk mengembangkan komoditas terbelakang (kayu manis) menjadi komoditas berkembang yaitu meningkatkan produksi dan kualitas perkebunan. Strategi pengembangan jangka panjang meliputi dua hal, yaitu strategi untuk mengembangkan agar komoditas terbelakang menjadi berkembang yaitu meningkatkan akses petani kebun terhadap modal usaha pengembangan komoditas kayu manis. Strategi untuk mempertahankan komoditas prima (kelapa sawit) salah satunya adalah pengembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit.

Kata Kunci: Komoditas tanaman perkebunan, Tipologi Klassen, Klasifikasi, Strategi jangka

pendek, Strategi jangka menengah, Strategi jangka panjang, Kabupaten Musi Rawas

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF PLANTATION IN MUSI RAWAS REGNCY OF SOUTH SUMATERA


(4)

(KLASSEN’S TYPOLOGY APPROACH)

RAHMALIA RATNA LESTARI H 0306029

ABSTRACT

The objectives of research are to analyze the classification of plantation commodity in Musi Rawas Regency, to formulate development strategy of plantation commodity for the short,

medium and long terms in Regency Musi Rawas. The basic method in this research is analysis

descriptive. The research location was chosen purposively in Musi Rawas Regency. The data used were primary and secondary data are collected from Indonesian Statistic, BAPPEDA, Dinas Perkebunan Musi Rawas Regency.

The result of research shows that the classification of plantation commodity in Musi Rawas Regency based on the Klassen’s typology belonging to prime commodity is oil palm; potential commodity is rubber; developing commodity consists of coffee, coconut, areca nut, sugar palm, sugarcane, cocoa, candlenut; retarded commodity is cinnamon. The short term strategy of development is done with consist of two things : the one to keep the prime commodity as the prime commodity (oil palm) through the attempt of improving the quality of and provision of oil palm seed; the improvement of oil palm production. The strategy to make the potential commodity (rubber) into prime commodity is to provide the seeding land and to develop the rubber plantation. The medium-term development strategy consists of three types: the one to develop potential commodity into the prime commodity, that is, by developing the rubber accommodation. The strategy to develop the developing commodity into the potential one is to improve the human resource capability and capacity in the plantation (coconut and sugar palm) sub sector; the development of useful technology study (coffee and candlenut); the improvement of productivity, competitiveness and plantation product (sugarcane and cocoa value-added; the development of intensive plantation (candlenut and cocoa) illumination system. The strategy of developing retarded commodity (cinnamon) into the developing one is to improve the plantation production and quality. The long-term development strategy consists of two types: the one to develop retarded commodity into the developing one is to improve the plantation farmer’s access to the capital of cinnamon commodity development business. The strategy of maintaining the prime commodity (oil palm) includes the development of oil palm plantation agribusiness; the improvement of infrastructures in the plantation areas; the management of oil palm plantation agropolitan area; and the low-interest loan issuance.

Keywords: commodity of plantation, Klassen Typology, classification, short run strategy, middle run strategy, long run strategy, Musi Rawas Regency


(5)

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada masyarakat kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan ekonomi harus dilaksanakan (Irawan dan Suparmoko, 2001).

Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki di daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Upaya tersebut dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan daerah tersebut dengan memperhatikan kondisi yang ada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Melalui otonomi daerah diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintahan pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintahan daerah diharapkan mampu berperan dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara otonomi yang wajar, efesiensi, efektif, termasuk kemampuan perangkat daerah meningkatkan kinerja (Wijaya, 2004).


(6)

Sektor perekonomian di Kabupaten Musi Rawas terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel & restoran; angkutan & komunikasi; keuangan, persewaan & jasa perusahaan; jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Kabupaten Musi Rawas relatif tinggi dan berdasarkan visi Kabupaten Musi Rawas 2006-2010 sektor pertanian adalah sektor yang menjadi tumpuan dan harus terus dikembangkan. Data mengenai besarnya PDRB Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha ADHK 2000 dapat dilihat pada Tabel (1).

Tabel 1. PDRB Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 m enurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (Jut aan Rupiah)

Sekt or Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Pert anian 982.027 (36,54) 1.051.814 (37,21) 1.118.988 (37,63) 1.214.865 (38,84) 1.300.965 (39,30) Pert am bangan

dan Penggalian 1.071.455 (39,86) 1.107.487 (39,18) 1.149.365 (38,65) 1.153.732 (36,88) 1.200.986 (36,27) Indust ri Pengolahan 205.572 (7,64) 219.276 (7,75) 231.315 (7,77) 250.239 (8,00) 263.551 (7,96) List rik, Gas, dan

Air M inum

1.927 (0,10) 2.058 (0,10) 2.187 (0,10) 2.499 (0,10) 2.680 (0,10) Bangunan 95.156 98.335 105.381 118.164 129.187


(7)

(3,54) (3,47) (3,54) (3,77) (3,90) Perdagangan,

Hot el dan Rest oran 112.109 (4,17) 117.819 (4,17) 125.168 (4,20) 133.900 (4,28) 142.488 (4,30) Pengangkut an dan

Kom unikasi 10.757 (0,40) 11.445 (0,40) 12.219 (0,41) 13.402 (0,43) 14.965 (0,45) Keuangan,

Persew aan dan Jasa Perusahaan

43.443 (1,61) 45.590 (1,61) 47.491 (1,59) 49.904 (1,60) 52.799 (1,60)

Jasa-Jasa 164.931

(6,14) 172.586 (6,11) 181.597 (6,11) 190.816 (6,10) 202.750 (6,12)

Tot al 2.687.378

(100)

2.826.410 (100)

2.973.711 (100)

3.127.521 (100)

3.310.371 (100)

Sum ber: BPS Kabupat en M usi Raw as, 2009

Ket erangan : Angka dalam kurung m erupakan prosent ase kont ribusi sekt or.

Berdasarkan Tabel (1) di atas terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir, kontribusi dari sektor perekonomian mengalami peningkatan. Sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar pertama yaitu 39,30% atau Rp 1.300.965.000.000 pada tahun 2008. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian yaitu sebesar 36,27% atau Rp 1.200.986.000.000 pada tahun 2008. Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 7,96% atau Rp 263.551.000.000 pada tahun 2008.

Kontribusi dari sektor listrik, gas & air minum merupakan sektor terkecil di Kabupaten Musi Rawas yaitu 0,10%. Kecilnya kontribusi ini dikarenakan masih banyak wilayah kecamatan di Kabupaten ini yang belum dialiri listrik. Total nilai PDRB Kabupaten Musi Rawas selama tahun 2004-2008 mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 2.687.378.000.000 pada tahun 2004 dan Rp 3.310.371.000.000 pada tahun 2008. Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan penting bagi Kabupaten Musi Rawas.

Luas Wilayah Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan adalah 1.236.582,66 ha. Secara geografis Kabupaten Musi Rawas berada di Kawasan bagian Barat Provinsi Sumatera Selatan, tempat bertemunya hulu Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas. Letak Kabupaten Musi Rawas sangat strategis karena dilalui jalur lintas tengah Sumatera, yaitu jalur darat yang menghubungkan Bakaheuni di Lampung dan Banda Aceh, serta jalan lintas antar Provinsi yang menghubungkan Kota Palembang dengan Bengkulu. Kondisi geografis dan


(8)

batas administratif di atas menunjukkan bahwa secara sosial – ekonomis Kabupaten Musi Rawas berada pada posisi strategis untuk jalur perdagangan sehingga berpotensi untuk tumbuhnya perekonomian melalui pengembangan pusat perdagangan yang dapat mengakses kegiatan perdagangan kawasan Barat Provinsi Sumatera Selatan ke Pelabuhan Tanjung Siapi-api.

Sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as t erbagi dalam lim a subsekt or. Subsekt or t ersebut adalah subsekt or t anam an bahan m akanan, subsekt or t anam an perkebunan, subsekt or pet ernakan, subsekt or kehut anan dan subsekt or perikanan. Subsekt or t anam an perkebunan m erupakan salah sat u subsekt or yang m engalam i pert um buhan paling konsist en, baik dit injau dari areal m aupun produksi. M asing-m asing subsekt or pert anian m em berikan kont ribusi PDRB dengan nilai yang berbeda-beda. Adapun besarnya kont ribusi PDRB subsekt or pert anian t erhadap perekonom ian Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat pada Tabel (2).

Tabel 2. PDRB Subsekt or Pert anian Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 m enurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (Jut aan Rupiah)

Subsekt or Pert anian

Tahun

Rat a-Rat a 2004 2005 2006 2007 2008

Tanam an Bahan M akanan 238.639 (8,88) 257.621 (9,11) 277.742 (9,33) 302.489 (9,67) 334.667 (10,10) 282.232 (9,42) Tanaman Perkebunan 561.124 (20,88) 598.434 (21,17) 636.921 (21,42) 694.562 (22,21) 736.745 (22,26) 645.558 (21,59)

Pet ernakan 71.752 (2,67) 75.463 (2,67) 79.459 (2,67) 86.022 (2,75) 89.100 (2,69) 80.359 (2,69) Kehut anan 32.248

(1,20) 36.741 (1,30) 35.399 (1,20) 36.304 (1,16) 37.281 (1,13) 35.595 (1,19) Perikanan 78.264

(2,91) 83.555 (2,96) 89.467 (3,01) 95.488 (3,05) 103.172 (3,12) 89.989 (3,01) PDRB Pert anian 982.027

(36,54) 1.051.814 (37,21) 1.118.988 (37,63) 1.214.865 (38,84) 1.300.965 (39,30) 1.133.733 (37,90) Sum ber: BPS dan BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009


(9)

Berdasarkan Tabel (2) dapat diket ahui kont ribusi prosent ase PDRB subsekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as PDRB pada t ahun 2004-2008 m engalam i peningkat an. Subsekt or t anam an perkebunan m em punyai kont ribusi rat a-rat a PDRB yang paling t inggi dibanding dengan subsekt or yang lain yait u sebesar 21,59% at au Rp 654.558.000.000. Hal ini m enunjukkan bahw a subsekt or t anam an perkebunan m erupakan subsekt or yang m em punyai peranan pent ing dalam perekonom ian daerah Kabupat en M usi Raw as.

Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah yang berfungsi dan berperan cukup strategis dalam lingkup wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan, pengembangan pertanian di Kabupaten Musi Rawas dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah sebagai Lumbung Pangan. Pengembangan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas perkebunan dan pendapatan pekebun. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain peningkatan mutu dan penyediaan bibit tanaman karet, kelapa sawit dan kakao; perlindungan lahan perkebunan; peningkatan produksi karet rakyat dan kelapa sawit. Peranan subsektor tanaman perkebunan dapat digunakan indikator lain yaitu dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian. Besarnya laju pertumbuhan PDRB subsektor pertanian dapat dilihat pada Tabel (3).

Tabel 3. Laju Pert um buhan PDRB Subsekt or Pert anian Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 m enurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (%)

Subsekt or Pert anian Tahun Rat a-Rat a 2004 2005 2006 2007 2008

Tanam an Bahan M akanan 7,29 7,95 7,81 8,91 10,64 8,52

Tanaman Perkebunan 7,52 6,65 6,43 9,05 6,07 7,14

Pet ernakan 2,82 5,17 5,30 8,26 3,58 5,03 Kehut anan -2,78 13,93 -3,65 2,56 2,69 2,55 Perikanan 2,39 6,76 7,08 6,73 8,05 6,20 Tot al 17,24 15,25 22,97 35,51 31,03 29,44 Sum ber: BPS dan BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009

Tabel (3) m enunjukkan bahw a nilai rat a-rat a laju pert um buhan subsekt or pert anian pada t ahun 2004-2008 m engalam i kondisi yang berflukt uat if. Dari keseluruhan subsekt or


(10)

t ersebut , subsekt or t anam an perkebunan m em punyai nilai laju pert um buhan peringkat kedua set elah subsekt or t anam an bahan m akanan sbesar 7,14%. Dengan kondisi laju pert um buhan yang berflukt uat if ini, m aka diperlukan st rat egi pengem bangan yang baik agar laju pert um buhan subsekt or t anam an perkebunan dapat m eningkat dalam perekonom ian daerah Kabupat en M usi Raw as.

St rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan dapat dianalisis dengan indikat or besarnya kont ribusi dan laju pert um buhan dari kom odit as perkebunan m enggunakan Pendekat an Tipologi Klassen. M elalui Pendekat an Tipologi Klassen, kom odit as pada subsekt or t anam an perkebunan diklasifikasikan m enjadi kom odit as prim a, kom odit as pot ensial, kom odit as berkem bang dan kom odit as t erbelakang yang selanjut nya dapat dibuat st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan yang didasarkan pada periode w akt u, baik jangka pendek, jangka m enengah maupun jangka panjang di Kabupat en M usi Raw as.

B. Perumusan M asalah

Luasnya w ilayah sert a m endukungnya kondisi lahan di Sum at era Selat an t erhadap kom odit as perkebunan m enyebabkan provinsi ini m em iliki pot ensi perkebunan yang cukup m enjanjikan. Kom odit as perkebunan sepert i kelapa saw it , karet , kopi, dan kelapa m erupakan kom odit as yang berproduksi secara signifikan dibandingkan kom odit as perkebunan lainnya (BPS Provinsi Sum at era Selat an, 2009). Subsekt or t anam an perkebunan di Kabupat en M usi Raw as m enghasilkan berbagai kom odit as ant ara lain karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, cengkeh, kakao, kayu m anis, kem iri, pinang, aren, t ebu, jahe dan nilam . M asing-m asing kom odit as perkebunan m em iliki nilai produksi yang beragam . Berikut ini beberapa cont oh nilai produksi kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as t ahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel (4).

Tabel 4. Nilai Produksi Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as Tahun 2004-2008 (Rupiah)

Komoditas Tanaman Perkebunan

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Karet 967.769.099.530 1.139.641.233.27


(11)

Kelapa Saw it 71.082.927.651 85.863.176.239 114.883.140.663 245.721.230.414 202.151.909.427 Kelapa 874.753.684 1.752.156.730 2.838.837.161 2.133.966.908 1.947.308.888 Kopi 12.294.781.572 30.588.117.887 42.999.012.625 43.052.974.156 49.447.027.429 Kayu M anis 40.943.449 71.679.363 71.983.345 86.804.321 93.909.037 Kemiri 51.775.041 93.733.333 191.256.100 193.240.276 219.824.305 Kakao 36.868.981 37.222.745 32.907.910 37.947.764 41.646.616 Aren 193.467.460 325.139.965 368.722.266 745.056.748 607.165.668 Tebu 170.332.022 285.450.118 415.006.034 359.321.397 334.397.830 Pinang 616.555.431 1.052.991.336 1.190.667.150 1.309.181.458 409.466.731 Sum ber : Diadopsi dari Lam piran 10

Tabel (4) m enunjukkan bahw a nilai produksi kom odit as kayu m anis dan kem iri selam a t ahun 2004-2008 m engalam i peningkat an. Hal ini dapat dilihat sepert i pada t ahun 2004 nilai produksi kayu m anis adalah Rp 40.943.449 dan pada t ahun 2008 nilai produksinya m enjadi Rp 93.909.037. Pada kom odit as karet m em iliki nilai produksi yang berflukt uat if , hal ini dikarenakan fakt or lingkungan sepert i t erjadinya m usim hujan sehingga pekebun t idak bisa m enyadap karet dan rendahnya kualit as karet yang dihasilkan. Kom odit as kelapa, kelapa saw it , kakao, aren, t ebu dan pinang juga m em punyai nilai produksi yang berflukt uat if. Adanya nilai produksi kom odit as perkebunan m aka dapat diket ahui besarnya kont ribusi kom odit as perkebunan. Besarnya nilai produksi kom odit as perkebunan dapat m enunjukkan kont ribusi kom odit as perkebunan. Sem akin besar nilai produksi perkebunan m aka sem akin besar kont ribusi kom odit as perkebunan.

Peranan kom odit as perkebunan juga dapat dianalisis dengan indikat or lain yait u dengan m elihat besarnya laju pert um buhan. Adapun laju pert um buhan beberapa cont oh kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat pada Tabel (5).

Tabel 5. Laju Pert um buhan Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as 2004-2008 (%)

Komodit as Tanaman Perkebunan

Tahun

Rat a-Rat a

2004 2005 2006 2007 2008

Karet 24,6424 17,7596 -35,7660 -8,5991 1,7564 -0,0413

Kelapa Sawit 136,3258 20,7930 33,7979 113,8880 -17,7312 57,4147

Kelapa -32,0305 100,3029 62,0196 -24,8295 -8,7470 19,3431

Kopi -21,4286 148,7894 40,5742 0,1255 14,8516 36,5824

Kayu M anis -87,4359 75,0692 0,4241 20,5895 8,1847 3,3663

Kemiri 38,2948 81,0396 104,0428 1,0374 13,7570 47,6343


(12)

Aren 64,7900 68,0593 13,4042 102,0645 -18,5075 45,9621

Tebu -16,9319 67,5845 45,3865 -13,4178 -6,9363 15,1370

Pinang 1,257.9212 70,7862 13,0747 9,9536 -68,7235 256,6024 Sum ber : Diadopsi dari Lam piran 12

Tabel (5) m enunjukkan bahw a kom odit as perkebunan t ahun 2004-2008 m em punyai nilai laju pert um buhan yang beragam yait u ada yang posit if dan ada yang negat if. Kom odit as perkebunan kem iri m em punyai nilai laju pert um buhan yang selalu posit if. Nilai laju pert um buhan yang posit if m enunjukkan bahw a nilai produksi kom odit as perkebunan m engalam i peningkat an set iap t ahunnya. Nilai rat a-rat a laju pert um buhan kom odit as t anam an perkebunan t ahun 2004-2008 pada kom odit as kem iri sebesar 47,63%. Art inya, secara um um kom odit as perkebunan m em iliki peranan pent ing sebagai penyum bang t erbesar sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as.

Nilai laju pert um buhan yang negat if didom inasi pada t ahun 2008, sepert i kom odit as kelapa saw it yang m em iliki nilai laju pert um buhan negat if pada t ahun 2006 yait u -17,73%. Laju pert um buhan yang negat if disebabkan oleh t urunnya harga kom odit as dan jum lah produksi kom odit as. Peranan subsekt or t anam an perkebunan m asih m engalam i beberapa kendala dan ham bat an yang perlu segera diat asi, salah sat unya adalah kebanyakan t anam an perkebunan yang ada adalah t anam an yang sudah t ua sehingga produkt ivit as rendah. Di sisi lain, upaya unt uk m elakukan penanam an kem bali (replant ing) m asih m engalam i m asalah, t erut am a dari sisi pendanaan.

Pengklasifikasian kom odit as perkebunan digunakan unt uk m enget ahui kom odit as perkebunan yang dapat dipriorit askan dan dikem bangkan lebih lanjut dengan m erum uskan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan. Hal ini bert ujuan agar pem erint ah daerah Kabupat en M usi Raw as dalam pem bangunan w ilayah berbasis kom odit as perkebunan di m asa m endat ang dapat berjalan dengan baik dan t erarah.

Berdasarkan uraian di at as m aka perm asalahan dalam penelit ian ini dapat dirum uskan sebagai berikut :


(13)

2. St rat egi apakah yang dapat digunakan unt uk pengem bangan kom odit as perkebunan jangka pendek, m enengah dan panjang di Kabupat en M usi Raw as?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rum usan m asalah di at as, penelit ian ini bert ujuan unt uk : 1. M enganalisis klasifikasi kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.

2. M erum uskan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan unt uk jangka pendek, m enengah dan panjang di Kabupat en M usi Raw as.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelit ian ini adalah :

1. Bagi penulis, m enam bah w aw asan dan penget ahuan t erut am a yang berkait an dengan t opik penelit ian sert a m erupakan salah sat u syarat unt uk m enyelesaikan st udi di Fakult as Pert anian Universit as Sebelas M aret Surakart a.

2. Bagi pem erint ah Kabupat en M usi Raw as, diharapkan dapat dijadikan m asukan sebagai bahan pert im bangan dalam pengam bilan keput usan t erkait dengan kebijakan dalam st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.

3. Bagi pem baca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pust aka dalam m enam bah w aw asan dan penget ahuan sert a sebagai bahan referensi unt uk penelit ian selanjut nya.

II. LANDASAN TEORI


(14)

Susilow at i (2009) dalam penelit iannya t ent ang “ St rat egi Pengem bangan Sekt or Pert anian Di Kabupat en Sukoharjo” m engat akan bahw a perkebunan m erupakan sekt or yang m engusahakan t anam an perkebunan baik t anam an t ahunan m aupun t anam an sem usim . Tanam an perkebunan m em punyai peranan sebagai salah sat u sum ber devisa sekt or pert anian, penyedia bahan baku indust ri sehingga dapat m engurangi ket ergant ungan t erhadap luar negeri sert a berperan dalam kelest arian lingkungan hidup. Pada t ahun 2007 t anam an perkebunan di Kabupat en Sukoharjo yang m em iliki produksi t erbesar adalah t ebu yait u sebesar 3.661,19 t on. Tanam an perkebunan di Kabupat en Sukoharjo yang produksinya t erkecil adalah cengkeh. Pot ensi yang dim iliki Kabupat en Sukoharjo adalah t ersedianya lahan yang cukup luas unt uk budidaya t anam an perkebunan. Adapun perm asalahan yang dialam i oleh pet ani di Kabupat en Sukoharjo adalah rendahnya pendidikan pet ani dan rendahnya perm odalan sehingga produksi perkebunan belum opt im al.

Penelit ian Handayani (2006) dengan judul penelit ian “ Analisis Ket erkait an Sekt or Perkebunan Terhadap Sekt or Perekonom ian Lain Di Kabupat en Klat en” m engat akan bahw a sekt or perkebunan di Kabupat en Klat en relat if rendah m enggunakan out put sekt or perekonom ian lain dalam proses produksi at au relat if t idak t ergant ung t erhadap sekt or perekonom ian lain. Sekt or perkebunan m em punyai nilai ket erkait an langsung ke belakang sebesar 0,21697, nilai ket erkait an langsung dan t idak langsung ke belakang sebesar 1,32575 dengan koefisien penyebaran sebesar 0,93702. Sekt or perkebunan di Kabupat en Klat en m em punyai out put yang relat if kurang digunakan oleh sekt or perekonom ian lain dalam proses produksinya at au sekt or perekonom ian lain relat if t idak bergant ung pada sekt or perkebunan. Nilai ket erkait an langsung ke depan sekt or perkebunan sebesar 0,04983, nilai ket erkait an langsung dan t idak langsung ke depan sebesar 1,09897 dengan kepekaan penyebaran kurang dari sat u yait u 0,77674.

Chasanah (2009) dalam penelit ianya yang berjudul “ Perencanaan Pem bangunan Ekonom i Daerah Kabupat en karanganyar berbasis Kom odit as Tanam an Bahan M akanan (Pendekat an Tipologi Klassen)” m engat akan bahw a klasifikasi kom odit as t anam an bahan m akanan di Kabupat en Karanganyar berdasarkan pendekat an Tipologi Klassen t erdiri em pat klasifikasi kom odit as, yait u:


(15)

a. Komoditas prima (komoditas tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas padi, jagung dan pisang.

b. Komoditas potensial (komoditas tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang lambat tetapi kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari ubi kayu dan kacang tanah.

c. Komoditas berkembang (komoditas tanaman bahan makanan yang memiliki ciri laju pertumbuhan cepat tetapi kontribusi komoditas yang rendah dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas mangga, durian, wortel, bawang merah, rambutan, nangka/cempedak, melinjo, jamur, bawang daun, kedelai, duku/langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabe besar, petai, sawo, buncis, jeruk siam/keprok, tomat, kembang kol, pepaya, salak, melon, cabe rawit, kacang panjang, ketimun, jambu biji, semangka, sukun, sirsak, manggis, terung, kentang, jambu air, jeruk besar, kangkung, labu siam, bayam.

d. Komoditas terbelakang (komoditas tanaman bahan makanan yang dicirikan dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas ubi jalar, alpukat, strawberry, belimbing, nanas, dan kacang merah.

Penelit ian-penelit ian di at as dijadikan referensi dalam penelit ian ini dengan alasan adanya kesam aan alat analisis penelit ian, yait u Tipologi Klassen. Adapun penelit ian-penelit ian di at as unt uk ke depannya dapat dijadikan sebagai sum ber inform asi dan gam baran secara kom prehensif sehingga akan m em perm udah penelit i unt uk m enent ukan st rat egi pengem bangan w ilayah di Kabupat en M usi Raw as.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pem bangunan dan Perencanaan Pem bangunan

Pem bangunan adalah upaya m ult idim ensional yang m eiput i perubahan pada berbagai aspek t erm asuk di dalam nya st rukt ur sosial, sikap m asyarakat , sert a inst it usi nasional t anpa m engesam pingkan t ujuan aw al yait u pert um buhan ekonom i, penanganan ket im pangan pendapat an sert a perluasan kesem pat an kerja (Widodo, 2006).


(16)

Pem bangunan merupakan suat u kenyat aan fisik sekaligus t ekad suat u masyarakat unt uk berupaya sekeras m ungkin m elalui serangkaian kom binasi proses sosial, ekonom i, dan inst it usional dem i mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Apapun kom ponen yang spesifik at as “ kehidupan yang lebih baik” , bert olak dari t iga nilai pokok proses perkembangan di sem ua masyarakat harus mem iliki t iga t ujuan int i yait u (Todaro, 2000): a. Peningkat an ket ersediaan sert a perluasan dist ribusi berbagai m acam barang

kebut uhan hidup yang pokok sepert i pangan, sandang, papan, kesehat an, dan perlindungan keam anan.

b. Peningkat an st andar hidup yang t idak hanya berupa peningkat an pendapat an, t et api juga m eliput i penam bahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualit as pendidikan, sert a peningkat an perhat ian at as nilai-nilai cult ural dan kemanusiaan yang kesem uanya it u t idak hanya unt uk m em perbaiki jat i diri pribadi dan bangsa yang bersangkut an.

c. Perluasan pilihan-pilihan ekonom is dan sosial bagi set iap individu sert a bangsa secara keseluruhan yakni dengan m em bebaskan m ereka dari belit an sikap m engham ba dan ket ergant ungan bukan hanya t erhadap orang at au negara bangsa lain nam un juga t erhadap set iap kekuat an yang berpot ensi m erendahkan nilai-nilai kem anusiaan m ereka.

(Arsyad, 1992) m engat akan bahw a perencanaan pem bangunan dit andai dengan adanya usaha unt uk m em enuhi berbagai ciri t ert ent u sert a adanya t ujuan yang bersifat pem bangunan t ert ent u. Ciri-ciri dari suat u perencanaan pem bangunan :

a. Usaha yang dicerm inkan dalam rencana unt uk m encapai perkem bangan sosial ekonom i yang m ant ap ( st eady sosial econom ic grow t h). Hal ini dicerm inkan dalam usaha pert um buhan ekonom i yang posit if.

b. Usaha yang dicerm inkan dalam rencana unt uk m eningkat kan pendapat an per kapit a. c. Usaha unt uk m engadakan perubahan st rukt ur ekonom i. Hal ini sering kali disebut

sebagai usaha diversifikasi ekonom i. d. Usaha perluasan kesem pat an kerja.


(17)

e. Usaha pem binaan lem baga-lem baga ekonom i m asyarakat yang lebih m enunjang kegiat an-kegiat an pem bangunan.

f. Usaha secara t erus-m enerus m enjaga st abilit as ekonom i.

Dengan m enget ahui t ujuan dan sasaran pem bangunan sert a kekuat an dan kelem ahan yang dim iliki suat u daerah, m aka st rat egi-st rat egi pem bangunan akan m enjadi pedom an bagi pem erint ah daerah at au siapa saja yang akan m elaksanakan kegiat an usaha di daerah yang bersangkut an (Iraw an dan Suparm oko, 2002).

2. Pem bangunan Ekonom i

Pem bangunan ekonom i pada hakekat nya merupakan upaya m eningkat kan kesejaht eraan m asyarakat m elalui peningkat an dan pem erat aan pendapat an m asyarakat . Pelaksanaan pem bangunan ekonom i didasarkan pada sist em ekonom i kerakyat an dan pengem bangan sekt or unggulan, t erut am a yang banyak m enyerap t enaga kerja dan berorent asi pada ekspor yang didukung dengan peningkat an kem am puan sum ber daya m anusia dan t eknologi unt uk m em perkuat landasan pem bangunan yang berkelanjut an dan m eningkat kan daya saing sert a berorient asi pada globalisasi ekonom i (Juoro, 2006).

Pem bangunan ekonom i bisa diart ikan sebagai kegiat an-kegiat an yang dilakukan suat u negara unt uk m engem bangkan kegiat an ekonom i dan t araf hidup m asyarakat nya. Dengan adanya pem bat asan di at as, m aka pem bangunan ekonom i pada um um nya didefinisikan sebagai suat u proses yang m enyebabkan pendapat an perkapit a penduduk m eningkat dalam jangka panjang. Dari definisi di at as jelas bahw a pem bangunan ekonom i m em punyai t iga sifat pent ing. Pem bangunan ekonom i m erupakan:

a. Suat u proses yang berart i perubahan yang t erjadi t erus-m enerus. b. Usaha yang dilakukan unt uk m eningkat kan pendapat an per kapit a.

c. Kenaikan pendapat an perkapit a it u berlangsung t erus-m enerus dalam jangka panjang.

Jadi pem bangunan ekonom i harus dipandang sebagai suat u proses agar saling ket erkait an dan saling m em pengaruhi ant ara fakt or-fakt or yang m enghasilkan pem bangunan ekonom i t ersebut dapat dilihat dan dianalisa (Arsyad, 1992).


(18)

Pem bangunan ekonom i juga sering diukur berdasarkan t ingkat kem ajuan st rukt ur produksi dan penyerapan sum ber daya yang diupayakan secara t erencana. Biasanya, peranan sekt or pert anian akan t urun unt uk m em beri kesem pat an bagi t am pilnya sekt or-sekt or m anufakt ur dan jasa-jasa yang selalu diupayakan unt uk berkem bang (Todaro, 2000).

Usaha-usaha pem bangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara sedang berkem bang (developing count ries) di dunia pada um um nya berorient asi kepada bagaim ana m em perbaiki at au m engangkat t ingkat hidup (level of living) m asyarakat di negara-negara t ersebut agar mereka bisa hidup sepert i masyarakat di negara-negara maju. Pembangunan ekonom i m erupakan salah sat u jaw aban yang seakan-akan m enjadi sem acam kunci keberhasilan suat u negara unt uk m eningkat kan t araf hidup w arga negaranya (Suryana, 2000).

3. Pem bangunan Daerah

M asalah pokok dalam pem bangunan daerah adalah t erlet ak pada penekanan t erhadap kebijakan-kebijakan pem bangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang besangkut an (endogenous developm ent ) dengan m enggunakan pot ensi sum ber daya m anusia, kelem bagaan, dan sum ber daya fisik secara lokal (daerah). Orient asi ini m engarahkan kit a kepada pengam bilan inisiat if yang berasal dari daerah t ersebut dalam proses pem -bangunan unt uk m encipt akan kesem pat an kerja baru dan m erangsang peningkat an kegiat an ekonom i (Arsyad, 2004).

Set iap daerah m em punyai corak pert um buhan ekonom i yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab it u perencanaan pem bangunan ekonom i suat u daerah pert am a-t am a perlu m engenali karaka-t er ekonom i, sosial dan fisik daerah ia-t u sendiri, a-t erm asuk int eraksinya dengan daerah lain. Dengan dem ikian, t idak ada st rat egi pem bangunan ekonom i daerah yang dapat berlaku unt uk sem ua daerah. Nam un di pihak lain, dalam m enyusun st rat egi pem bangunan ekonom i daerah, baik jangka pendek m aupun jangka panjang, pem aham an m engenai t eori pert um buhan ekonom i w ilayah, yang dirangkum dari kajian t erhadap pola-pola pert um buhan ekonom i dari berbagai w ilayah, m erupakan


(19)

sat u fakt or yang cukup m enent ukan kualit as rencana pem bangunan ekonom i daerah (Darw ant o, 2006).

Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal juga diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyesuaikan laju

pertumbuhan antardaerah, antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (Suyatno, 2000).

Perencanaan pem bangunan daerah dim aksudkan agar sem ua daerah dapat m elaksanakan pem bangunan secara proporsional dan m erat a sesuai dengan pot ensi yang ada di daerah t ersebut . M anfaat perencanaan pem bangunan daerah adalah unt uk pem erat aan pem bangunan at au perluasan dari pusat ke daerah. Bila perencanaan pem bangunan daerah dan pem bangunan daerah berkem bang dengan baik m aka diharapkan bahw a kem andirian daerah dapat t um buh dan berkem bang sendiri (m andiri) at as dasar kekuat an sendiri. Dengan dem ikian m aka kenaikan pendapat an dan kesejaht eraan m asyarakat di daerah t ersebut t idak t erlalu bergant ung dari pusat t et api relat if cukup didorong dari daerah yang bersangkut an (Soekart aw i, 1990).

4. Ot onom i Daerah

Ot onom i daerah adalah kew enangan daerah ot onom unt uk m engat ur dan m engurus kepent ingan m asyarakat set em pat berdasarkan aspirasi m asyarakat sesuai dengan perat uran perundang-undangan. Sedangkan daerah ot onom adalah kesat uan m asyarakat hukum yang m em punyai bat as daerah t ert ent u berw enang m engat ur m asyarakat set em pat . Ot onom i daerah t idak dipandang sem at a-m at a sebagai hak dan w ew enang, t et api lebih m erupakan kew ajiban dan t anggung jaw ab, sehingga bagi daerah dit unt ut m engem bangkan dan m eningkat kan Sum ber Daya M anusia (SDM ), kelem bagaan ket at alaksanaan, birokrat , kelayakan organisasi, dan kecanggihan adm inist rasi (Wijaya, 2004).

Ot onom i daerah adalah keleluasan daerah unt uk m enyelenggarakan kew enangan pem erint ah di bidang t ert ent u yang dapat t um buh, hidup, berkem bang di suat u daerah. Sedangkan ot onom i yang bert anggung jaw ab adalah berupa perw ujudan


(20)

pert anggungjaw aban sebagai konsekuensi pem berian hak dan kew enangan t erhadap daerah dalam w ujud t ugas dan kew ajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam m encapai t ujuan pem berian ot onom i, berupa peningkat an pelayanan dan kesejaht eraan yang sem akin baik, pengem bangan kehidupan dem okrasi, keadilan, dan pem erat aan, sert a pem eliharaan hubungan yang serasi ant ara Pusat dan Daerah sert a ant ar -Daerah dalam rangka m enjaga keut uhan Negara Kesat uan Republik Indonesia (Deddy dan Dadang, 2004).

Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar bisa melakukan

optimalisasi semua sumber dayanya. Oleh karena itu tiap daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah setempat supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan kemungkinan bisa dikembangkan pada masa yang akan datang (Suyatno, 2000).

Otonomi daerah harus dilihat dalam bingkai yang positif dan akseleratif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan pelayanan publik yang lebih prima. Kemampuan anggaran masih tetap dinilai sebagai unsur yang sangat essensial tanpa menghilangkan persoalan sumber daya manusia, sehingga langkah-langkah strategis penigkatan pendapatan asli daerah (PAD) menjadi orientasi dalam pembangunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Sudantoko, 2003)

5. Pem bangunan Pert anian

Peran pert anian dalam pem bangunan ekonom i hanya sebagai sum ber t enaga kerja dan bahan-bahan pangan yang m urah unt uk berkem bangnya sekt or indust ri yang berfungsi sebagai unggulan dinam is dalam st rat egi pem bangunan secara keseluruhan (Todaro, 2000).

Pem bangunan pert anian diart ikan sebagai proses yang dit ujukan unt uk selalu m enam bah produk pert anian unt uk t iap konsum en sekaligus m em pert inggi pendapat an dan produkt ivit as usaha pet ani dengan jalan m enam bah m odal dan skill unt uk m em perbesar cam pur t angan m anusia di dalam perkem bangbiakan t um buhan dan


(21)

hew an. Penam bahan produksi, pendapat an m aupun produkt ivit as it u berlangsung t erus, sebab apabila t idak, berart i pem bangunan t erhent i (Surahm an dan Sut risno, 1997).

Pem bangunan pert anian t idak dapat t erlaksana hanya oleh para pet ani sendiri. Pert anian t idak dapat berkem bang m elam paui t ahap subsist en (t radisional) t anpa adanya perkem bangan yang sesuai pada bidang-bidang kehidupan nasional lainnya dari m asyarakat dim ana pert anian it u dilaksanakan. Unt uk m eningkat kan produkt ivit as pert anian, set iap pet ani sem akin lam a sem akin t ergant ung pada pada sum ber-sum ber dari luar lingkungan. Ada 3 t ahap perkem bangan pem bangunan pert anian. Tahap pert am a adalah pert anian t radisional yang produkt ivit asnya rendah. Tahap kedua adalah penganekaragam an produk pert anian sudah ada yang dijual ke sekt or kom ersial, t et api pem akaian m odal dan t eknologi m asih rendah. Tahap yang ket iga adalah t ahap yang m enggam barkan pert anian m odern yang produkt ivit asnya sangat t inggi yang disebabkan oleh pem akaian m odal dan t eknologi yang t inggi (Arsyad, 1992).

Pem bangunan pert anian harus m am pu m em anfaat kan dalam m eningkat kan keunggulan sum ber daya w ilayah dan dapat berkelanjut an, m aka kebijaksanaan pem bangunan pert anian harus dirancang dalam perspekt if ekonom i w ilayah. Dalam kebijaksanaan pem bangunan pert anian saat ini secara im plisit dirancang dalam perspekt if ekonom i w ilayah. Hal ini t erlihat jelas dari peran daerah dalam m erencanakan dan m engim plem ent asikan program -program . Pem er int ah Pusat dalam hal ini hanya m erancang pelaksanaan yang bersifat m akro, sedangkan Pem erint ah Daerah m erancang pelaksanaan pencapaian t arget sesuai dengan kondisi w ilayah. Dalam perspekt if kebijakan yang dem ikian, m aka Pem erint ah Daerah benar-benar dit unt ut agar m am pu m elaksanakan kebijakan t ersebut secara m aksim al, unt uk m engelola sum ber daya spesifik lokasi. Sebagai bahan perencanaan diperlukan analisis pot ensi w ilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonom i. Pem anfaat kan pot ensi t ersebut , peran sert a m asyarakat secara part isipat if perlu didorong dan dikem bangkan (Sudaryant o

et .al., 2002).


(22)

Tanam an perkebunan m em iliki dua pot ensi pasar yait u di dalam dan di luar negeri. Tanam an perkebunan di dalam negeri dapat dikonsum si langsung oleh m asyarakat , diperlukan sebagai bahan baku indust ri. Hal ini m enunjukkan bahw a t anam an perkebunan m em iliki art i ekonom i yang pent ing. Art inya, bila diusahakan secara sungguh-sungguh at au profesional bisa m enjadi suat u bisnis yang m enjadikan keunt ungan besar (Rahardi et al., 1993).

Pem erint ah secara berangsur m engurangi pet ani yang t idak m em punyai t anah m enjadi pem ilik t anah dalam pem bangunan sub sekt or perkebunan. Pem ilikan lahan secara bert ahap dilakukan dengan program Perkebunan Int i Rakyat (PIR). Tujuan dilaksanakannya pem bangunan PIR adalah unt uk m eningkat kan t araf hidup para pet ani at au pengebun dengan jalan pem bukaan arel-areal baru kurang produkt if at as lahan krit is, sert a m enghent ikan perladangan berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Int i Rakyat m aka pet ani dapat m enjual kom odit as hasil kebunnya kepada pem erint ah dengan harga pasaran ekspor sert a kualit as kom odit as t erjam in st andart nya (Depart em en Penerangan, 1998)

Pot ensi sub sekt or perkebunan unt uk dijadikan ekspor di m asa-m asa m endat ang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyem purnaan iklim usaha dan st rukt ur pasar kom odit as perkebunan dari sekt or hulu sam pai ke hilir. M ust ahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiat an produksi di sekt or hulu, pola perdagangan dan dist ribusi kom odit as perkebunan dom est ik m asih m engalam i banyak ham bat an (Arifin,2001).

7. M et ode Analisis Pot ensi Relat if Perekonom ian Wilayah

Penent uan pot ensi relat if perekonom ian suat u w ilayah dapat m enggunakan beberapa m et ode analisis. Adapun m et ode analisis it u diant aranya adalah:

a. M et ode Analisis Locat ion Quant ient (LQ)

Locat ion quot ien (kuosien lokasi) at au disingkat LQ adalah suat u perbandingan t ent ang besarnya peranan suat u sekt or/ indust ri disuat u daerah t erhadap besarnya peranan sekt or/ indust ri t ersebut secara nasional. Ada banyak


(23)

ist ilah yang bisa diperbandingkan, t et api yang um um adalah nilai t am bah (t ingkat pendapat an) dan jum lah lapangan kerja (Tarigan, 2007).

M enurut Widodo (2006) dengan analisis Locat ion Quot ient (LQ) dapat dit ent ukan kapasit as ekspor perekonom ian daerah dan derajat kem andirian suat u sekt or. Dalam analisis LQ, kegiat an ekonom i suat u daerah dibagi m enjadi 2 golongan, yait u:

1. Kegiat an sekt or yang m elayani pasar di daerah it ui sendir m aupun di luar daerah yang bersangkut an. Indust ri sepert i ini dinam akn indust ri basis.

2. Kegiat an sekt or yang m elayani pasar di daerah t ersebut , jenis ini dinam akan indust ri non basis at au indust ri lokal.

M et ode Locat ion Quot ient (LQ) m erupakan perbandingan ant ara pangsa relat if pendapat an (t enaga kerja) sekt or i pada t ingkat w ilayah t erhadap pendapat an (t enaga kerja) t ot al w ilayah dengan pangsa relat if pendapat an (t enaga kerja) sekt or i pada t ingkat nasional t erhadap pendapat an (t enaga kerja) nasional. Apabila LQ suat u sekt or ≥ 1, m aka sekt or t ersebut m erupakan sekt or basis. Sedangkan bila LQ suat u sekt or < 1, m aka sekt or t ersebut m erupakan sekt or non basis. Asum si m et ode LQ iniadalah penduduk di w ilayah yang bersangkut an m em punyai pola perm int aan w ilayah sam a dengan pola perm int aan nasional. Asum si lainnya adalah bahw a perm int aan w ilayah akan sesuat u barang akan dipenuhi t erlebih dahulu oleh produksi w ilayah, kekurangannya diim por dari w ilayah lain (Budiharsono, 2005).

b. M et ode Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah salah sat u t eknik kuant it at if yang bisa digunakan unt uk m enganalisis perubahan st rukt ur ekonom i daerah relat if t erhadap st rukt ur ekonom i w ilayah adm inist rat if yang lebih t inggi sebagai pem banding at au referensi. Unt uk t ujuan t ersebut analisis ini m enggunakan t iga inform asi dasar yang berhubungan sat u sam a lain, yait u: Pert am a, pert um buhan ekonom i referensi provinsi at au nasional (nat ional grow t h effect ), yang m enunjukkan bagaim ana pengaruh pert um buhan ekonom i nasional t erhadap perekonom ian daerah. Kedua,


(24)

pergeseran proporsional (proport ional shift ), yang m enunjukkan perubahan relat if kinerja suat u sekt or di daerah t ert ent u t erhadap sekt or yang sam a di referensi propinsi at au nasional. Ket iga, Pergeseran diferensial (different ial shift ) yang m em berikan inform asi dalam m enent ukan seberapa jauh daya saing indust ri daerah (lokal) dengan perekonom ian yang dijadikan referensi (W idodo, 2006).

M enurut Tarigan (2007) Analisis Shift -Share juga m em bandingkan perbedaan laju pert um buhan berbagai sekt or di daerah dengan ilayah nasional. Akan t et api m et ode ini lebih t ajam dibandingkan dengan m et ode LQ. M et ode LQ t idak m em berikan penjelasan at as fakt or penyebab perubahan sedangkan m et ode shift

-share m em perinci penyebab perubahan at as beberapa variabel. Analisis ini m enggunakan pengisolasian beberapa fakt or yang m enyebabkan perubahan st rukt ur indust ri suat u daerah dalam pert um buhannya dari sat u kurun akt u ke kurun akt u berikut nya.

Keragam an dalam st rukt ur indust ri m enim bulkan perbedaan per-t um buhan out put produksi dan kesem pat an kerja. Wilayah yang t um buh cepat disebabkan karena st rukt ur indust ri/ sekt ornya m endukung dalam art i lain sebagian besar sekt ornya m em punyai laju pert um buhan yang cepat . Sedangkan bagi w ilayah yang pert um buhannya lam ban, sebagian besar sekt ornya m em punyai laju pert um buhan lam ban. Unt uk m engident ifikasi sum ber at au kom ponen pert um buhan w ilayah lazim digunakan analisis Shift Share (Budiharsono, 2005).

c. M et ode Analisis Input -Out put (I-O)

Analisi input -out put (analisis m asukan-keluaran) adalah suat u analisis at as perekonom ian w ilayah secara kom prehensif karena m elihat ket erakait an ant ar sekt or ekonom i di w ilayah t ersebut secara keseluruhan. Dengan dem ikian, apabila t erjadi perubahan t ingkat produksi at as sekt or t ert ent u, dam paknya t erhadap sekt or lain dapat dilihat . Selain it u, analisis ini juga t erkait dengan t ingkat kem akm uran m asyarakat di w ilayah t ersebut m elalui input prim er (nilai t am bah). Art inya, akibat perubahan t ingkat produksi sekt or-sekt or t ersebut , dapat dilihat seberapa besar kem akm uran m asyarakat bert am bah/ berkurang (Tarigan, 2007)


(25)

Analisis IO dipergunakan unt uk perencanaan ekonom i nasional m aupun regional. M odel IO m em berikan inform asi yang perlu m engenai koefisien st rukt ural berbagai sekt or perekonom ian selam a suat u jangka w akt u at au suat u w akt u t ert ent u yang dapat dipergunakan seopt im al m ungkin m engalokasikan sum berdaya-sum berdaya ekonom i m enuju cit a-cit a yang diinginkan. Selain dapat m enget ahui besarnya ket erkait an ant arsekt or baik ke depan m aupun ke belakang, perencana juga dapat m enget ahui besarnya angka pengganda dari set iap sekt or produksi dalam perekonom ian t ersebut . Angka pengganda yang dihasilkan dari m odel IO m encakup angka pengganda out put , t enaga kerja sert a pendapat an. Dari keduanya (angka pengganda dan koefisien ket erkait an ant arsekt or) dapat diket ahui sekt or apa yang m enjadi unggulan daerah sert a yang m am pu m em acu pert um buhan ekonom i regional (Widodo, 2006).

Teknik Input -Out put digunakan unt uk m enelaah ket erkait an ant ar-indust ri dalam upaya unt uk m em aham i kom pleksit as perekonom ian sert a kondisi unt uk m em pert ahankan keseim bangan ant ara penaw aran dan perm int aan. Beberapa penerapan m odel Input -Out put di dalam perencanaan pem bangunan : (Arsyad, 2005)

a. M odel Input -Out put m em berikan kepada set iap sekt or perekonom ian perkiraan t ent ang t ingkat produksi dan im por yang sesuai sat u sam a lain dan sesuai dengan perkiraan perm int aan akhir.

b. Solusi m odel ini m em bant u pengalokasian invest asi yang dibut uhkan unt uk m encapai t ingkat produksi dan m odel ini m em berikan pengujian yang lebih t ajam m engenai cukup t idaknya sum ber invest asi yang t ersedia.

c. Kebut uhan akan t enaga kerja t erdidik juga dapat dievaluasi dengan cara yang sam a.

d. Dengan adanya penget ahuan t ent ang penggunaan bahan baku im por dan buat an dalam negeri dalam berbagai bidang dalam perekonom ian, analisis t ent ang kebut uhan im por dan kem ungkinan subt it usi m enjadi lebih m udah.


(26)

e. Sebagai t am bahan t erhadap kebut uhan langsung akan m odal, t enaga kerja, dan im por; kebut uhan t idak langsung pada sekt or-sekt or lain perekonom ian juga dapat diperkirakan.

f. M odel Input -Out put secara regional juga dapat dibuat unt uk t ujuan perencanaan, unt uk menjajagi implikasi program pem bangunan w ilayah t ert ent u, at aupun unt uk perekonom ian secara keseluruhan.

d. M et ode Analisis Tipologi Klassen

Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan unt uk m enget ahui gam baran t ent ang pola dan st rukt ur pert um buhan sekt oral daerah. Analisis ini m endasarkan pengelom pokkan suat u sekt or dengan m elihat pert um buhan dan kont ribusi sekt or t ert ent u t erhadap t ot al PDRB (Pendapat an Dom est ik Regional Brut o) suat u daerah. Dengan m enggunakan analisis Tipologi Klassen, suat u sekt or dapat dikelom pokkan ke dalam 4 kat egori, yait u: sekt or prim a, sekt or pot ensial, sekt or berkem bang, dan sekt or t erbelakang. Penent uan kat egori suat u sekt or ke dalam em pat kat egori di at as didasarkan pada laju pert um buhan kont ribusi sekt oral dan rerat a besar kont ribusi sekt oralnya t erhadap PDRB, sepert i yang dit unjukkan pada Tabel (6).

Tabel 6. M at rik Tipologi Klassen

Rerat a Kont ribusi Sekt oral

Terhadap PDRB

Rerat a Laju

Pert um buhan Sekt oral

Y sekt or > Y PDRB Y sekt or < Y PDRB

r sekt or > r PDRB Sekt or Prim a Sekt or Berkembang r sekt or < r PDRB Sekt or Pot ensial Sekt or Terbelakang


(27)

Sum ber : Widodo, 2006

Ket erangan :

Y sekt or = nilai kont ribusi sekt or ke i Y PDRB = rat a-rat a PDRB

r sekt or = laju pert um buhan sekt or ke i r PDRB = laju pert um buhan PDRB

Pengelom pokan kom odit as perkebunan yang didasarkan pada laju pert um buhan dan besarnya kont ribusi di Kabupat en M usi Raw as dapat m enghasilkan suat u st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan dalam jangka pendek, jangka m enengah dan jangka panjang. Hal ini dilakukan agar produkt ivit as hasil perkebunan m eningkat dan pendapat an pet ani kebun juga m eningkat . Unt uk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel (7).

Tabel 7. M at riks St rat egi Pengembangan

Jangka Pendek (1-5th)

Jangka M enengah (5-10th)

Jangka Panjang (10-25th)

- sekt or prim a - sekt or berkem bang m enjadi sekt or prim a

- sekt or t erbelakang m enjadi sekt or berkem bang

- sekt or berkem bang m enjadi sekt or prim a

Sum ber : Widodo, 2006

Tipologi Klassen juga m erupakan salah sat u alat analisis ekonom i regional, yait u alat analisis yang digunakan unt uk m enget ahui gam baran t ent ang pola dan st rukt ur pert um buhan ekonom i suat u daerah. Pada pengert ian ini, Tipologi Klassen dilakukan dengan m em bandingkan pert um buhan ekonom i daerah dengan pert um buhan ekonom i daerah yang m enjadi acuan at au nasional dan m em bandingkan pert um buhan PDRB per kapit a daerah dengan PDRB per kapit a daerah yang m enjadi acuan at au PDRB perkapit a secara nasional (Anonim , 2009).


(28)

C. Kerangka Teori Pendekatan M asalah

Pem bangunan daerah ekonom i m aupun pem bangunan non ekonom i yang dilakukan bert ujuan unt uk m eningkat kan kesejaht eraan m asyarakat . Disam ping it u, sem akin luas ot onom i diberikan pada suat u daerah, m aka akan sem akin besar t anggung jaw ab daerah dan besar biaya penyelenggaraannya. Pem berlakuan ot onom i daerah di Indonesia m erupakan suat u langkah dari pem erint ah pusat yang st rat egis guna m engopt im alkan kem am puan suat u daerah. Adanya pelaksanaan ot onom i daerah t ersebut m em ungkinkan suat u daerah unt uk m engat ur dan m engem bangkan daerahnya m asing-m asing (BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009).

Perm asalahan-perm asalahan yang di hadapi sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as ant ara lain : rendahnya kapasit as sum berdaya m anusia pet ani; rendahnya produkt ivit as pert anian, pendapat an dan kesejaht eraan pet ani; lem ahnya kelem bagaan pet ani sert a rendahnya akses pet ani t erhadap perm odalan. Hal ini m enunjukkan bahw a belum opt im alnya dalam pem anfaat an pot ensi ekonom i daerah di Kabupat en M usi Raw as. Oleh sebab it u, pem erint ah daerah perlu m enget ahui sekt or-sekt or apa saja yang berpot ensi unt uk dikem bangkan (BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as, 2009).

Pem bangunan daerah Kabupat en M usi Raw as m encakup dua sekt or yait u sekt or perekonom ian dan sekt or non perekonom ian. Sekt or perekonom ian dibagi m enjadi sekt or pert anian dan sekt or non pert anian dim ana m asing-m asing sekt or t ersebut m em berikan sum bangan yang beragam bagi Kabupat en M usi Raw as. Dalam pengelolaannya, sekt or pert anian t erdiri dari subsekt or t anam an bahan, subsekt or t anam an perkebunan, subsekt or pet ernakan, subsekt or kehut anan dan subsekt or perikanan. Sekt or non pert anian t erdiri dari sekt or pert am bangan dan penggalian; sekt or indust ri pengolahan; sekt or list rik, gas dan air m inum ; sekt or bangunan; sekt or perdagangan, hot el dan rest oran; sekt or angkut an dan kom unikasi; sekt or keuangan, persew aan dan jasa; dan sekt or jasa-jasa.

Subsekt or t anam an perkebunan m erupakan salah sat u subsekt or pert anian yang m enghasilkan berbagai jenis kom odit as sepert i karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, cengkeh, kakao, kayu m anis, kem iri, pinang, aren, t ebu, jahe dan nilam . Keseluruhan kom odit as perkebunan dapat diket ahui besarnya kont ribusi m elalui perbandingan nilai produksi suat u


(29)

kom odit as t erhadap t ot al nilai produksi kom odit as pert anian. Besarnya laju pert um buhan kom odit as perkebunan dapat dilihat selisih ant ara nilai produksi kom odit as t anam an perkebunan i pada t ahun t dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahun t -1), hasilnya dibagi dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahun t -1), dan kem udian dikalikan 100%.

Besarnya kont ribusi dan laju pert um buhan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat dijadikan sebagai indikat or unt uk m enent ukan klasifikasi dengan m enggunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen ini, m asing-m asing kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as diklasifikasikan m enjadi em pat kat egori yait u kom odit as prim a, kom odit as pot ensial, kom odit as berkem bang, dan kom odit as t erbelakang. Berdasarkan hasil klasifikasi, m aka Pem erint ah Daerah Kabupat en M usi Raw as dapat m enent ukan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan. St rat egi pengem bangan t ersebut dapat dilakukan dalam beberapa periode w akt u yait u periode jangka pendek (1-5 t ahun), periode jangka m enengah (5-10 t ahun) dan periode jangka panjang (10-25 t ahun). Gam baran alur pem ikiran dan kerangka penelit ian St rat egi Pengem bangan Kom odit as

Perkebunan Di Kabupat en M usi Raw as dengan Pendekat an Tipologi Klassen dapat dilihat pada Gam bar (1).

Ot onomi Daerah

Sekt or Perekonom ian Sekt or Non Perekonom ian

Kom odit as Perkebunan

Pembangunan Daerah Kabupaten M usi Raw as

Sekt or Perekonom ian : Sekt or Pert anian

Sekt or Pert am bangan dan Penggalian Sekt or Indust ri Pengolahan

Sekt or List rik, Gas dan Air Sekt or Bangunan

Sekt or Perdagangan, Hot el dan Rest oran Sekt or Angkut an dan Kom unikasi Sekt or Keuangan, Persew aan dan Jasa Sekt or Jasa-jasa

Sektor Pertanian : Subsektor Tabama Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Kehutanan Subsektor Perikanan


(30)

Gambar 1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi Komoditas Perkebunan di

Kabupaten Musi Rawas.

D. Pembatasan M asalah

1. Alat analisis yang dapat digunakan unt uk m enent ukan pot ensi relat if perekonom ian suat u w ilayah m eliput i Locat ion Quot ient , Shift Share Analysis, input -out put analysis,

linear program ing, analisis sist em neraca sosial ekonom i m aupun pendekat an Tipologi Klassen. Dalam penelit ian ini, alat analisis yang digunakan adalah Tipologi Klassen. Hal


(31)

ini dikarenakan Tipologi Klassen dapat m engklasifikasi suat u kom odit as perkebunan dan m erum uskan suat u st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan.

2. Kom odit as perkebunan yang dit elit i adalah karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, kayu m anis, kem iri, kakao, aren, t ebu dan pinang di Kabupat en M usi Raw as selam a t ahun 2004-2008 yang dat anya t ersedia, dipublikasikan, dan kont inuit asnya t erjaga.

3. Pengklasifikasian kom odit as perkebunan dalam penelit ian ini m enggunakan dat a nilai produksi kom odit as perkebunan, laju pert um buhan dan kont ribusi kom odit as perkebunan, laju pert um buhan dan kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as selam a t ahun 2003-2008.

4. Harga kom odit as perkebunan yang digunakan dalam penelit ian ini adalah harga rat a-rat a kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as pada t ahun 2003-2008 at as dasar harga konst an (ADHK 2000).

5. Perum usan st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as m engacu pada RKPD (Rencana Kegiat an Pembangunan Daerah), RPJM D (Rencana Pem bangunan Jangka m enengah Daerah) dan RPJP (Rencana Pem bangunan Jangka Panjang).

E. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Klasifikasi adalah proses pengelom pokan, art inya m engum pulkan objek dat a at au ident it as yang sam a sert a m em isahkan objek dat a at au ident it as yang t idak sam a. Pada penelit ian ini, pengklasifikasian dilakukan pada kom odit as t anam an perkebunan dengan alat analisis Tipologi Klassen yang m em bagi kom odit as t anam an perkebunan m enjadi em pat kat egori yait u kom odit as prim a, kom odit as pot ensial, kom odit as berkem bang, dan kom odit as t erbelakang.

2. Sekt or adalah lapangan usaha yang m encakup beberapa unit produksi yang t erdapat dalam suat u perekonom ian yait u lapangan yang t erdapat dalam perekonom ian Kabupat en M usi Raw as.

3. Sekt or t anam an perkebunan adalah sekt or yang dalam proses produksinya berhubungan dengan pert um buhan dan perkem bangan t anam an perkebunan.


(32)

4. Ot onom i Daerah adalah kew enangan daerah ot onom unt uk m engat ur dan m engurus kepent ingan m asyarakat set em pat m enurut aspirasi m asyarakat sesuai dengan perat uran perundang-undangan.

5. Kom odit as adalah sesuat u benda nyat a yang relat if m udah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disim pan unt uk jangka w akt u t ert ent u dan dapat dipert ukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sam a.

6. Kom odit as Perkebunan adalah kom odit as yang berasal dari subsekt or t anam an perkebunan yang dapat diolah m enjadi bent uk lain sehingga dapat dikonsum si oleh m asyarakat . Dalam penelit ian ini kom odit as perkebunan t erdiri dari karet , kelapa saw it , kelapa, kopi, kayu m anis, kem iri, kakao, aren, t ebu dan pinang yang dihasilkan oleh Kabupat en M usi Raw as.

7. Kom odit as Prim a adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

8. Kom odit as Pot ensial adalah kom odit as yang mem iliki laju pert um buhan lam bat dan kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

9. Kom odit as Berkem bang adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

10.Kom odit as Terbelakang adalah kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan lam bat dan kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

11.Nilai Produksi Kom odit as Perkebunan adalah im balan yang dit erim a suat u kom odit as perkebunan, yang diperoleh dari perkalian ant ara jum lah produksi suat u kom odit as perkebunan dalam sat u t ahun dengan harga rat a-rat a kom odit as perkebunan di t ingkat produsen dalam sat u t ahun di Kabupat en M usi Raw as yang dinyat akan dalam sat uan rupiah (Rp).

12.Kont ribusi adalah besarnya sum bangan dari suat u kegiat an ekonom i. Dalam penelit ian ini kont ribusi kom odit as perkebunan dit unjukkan dengan perbandingan ant ara kont ribusi nilai produksi kom odit as perkebunan i dengan t ot al nilai produksi kom odit as pert anian kem udian dikalikan 100%. Besarnya kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as


(33)

dapat dihit ung dengan m em bandingkan kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as t erhadap PDRB Provinsi Sum at era Selat an. Adapun krit erianya adalah:

Kont ribusi besar : apabila kont ribusi kom odit as perkebunan i lebih besar daripada kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as

Kont ribusi kecil : apabila kont ribusi kom odit as perkebunan i lebih kecil daripada kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as

13.Laju Pert um buhan Kom odit as Perkebunan adalah perubahan perkem bangan nilai kom odit as perkebunan dari t ahun ke t ahun. Dalam penelit ian ini yang dim aksud laju pert um buhan kom odit as perkebunan adalah perubahan dari nilai produksi kom odit as perkebunan i (kem ajuan at au kem unduran) yang dit unjukkan oleh selisih ant ara nilai produksi kom odit as perkebunan i pada t ahun t dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahunt -1), hasilnya dibagi dengan nilai produksi kom odit as perkebunan i t ahun sebelum nya (t ahunt -1), dikalikan 100%. Krit eria yang digunakan unt uk m enget ahui cepat lam bat nya laju pert um buhan kom odit as perkebunan adalah:

Tum buh cepat : apabila laju pert um buhan kom odit as perkebunan i m em iliki nilai lebih besar daripada laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi Raw as

Tum buh lam bat : apabila laju pert um buhan kom odit as perkebunan i m em iliki nilai lebih kecil daripada laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi Raw as

14.St rat egi adalah suat u t indakan yang m enunt ut sebuah m anajem en unt uk m engelola berbagai sum berdaya guna m erealisasikan t ujuannya. Berdasarkan pengert ian t ersebut m aka definisi dari st rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dalam penelit ian ini adalah serangkaian rencana yang m encakup perkebunan berdasarkan pola pert um buhan dan kont ribusi sekt or pert anian dalam jangka w akt u t ert ent u. Jangka w akt u t ersebut adalah jangka pendek (1-5 t ahun), jangka m enengah (5-10 t ahun) dan jangka panjang ((5-10-25 t ahun).


(34)

III. M ETODE PENELITIAN

A. M etode Dasar Penelitian

M et ode yang digunakan dalam penelit ian ini adalah m et ode deskript if analit is yait u kom binasi dari m et ode deskript if dan m et ode analit is. M et ode analit is bert ujuan m enguji kebenaran hipot esis dan m et ode deskript if bert ujuan m em peroleh deskripsi yang t erpercaya dan berguna. Penelit ian deskript if yang baik m erupakan bahan yang sangat diperlukan unt uk penelit ian analit is. Penelit ian analit is t ent ulah akhirnya unt uk m em buat deskripsi baru yang lebih sem purna (Soerat no dan Arsyad, 1995).

B. M etode Pengambilan Daerah Penelitian

M et ode pengam bilan daerah dilakukan secara purposive, yait u pengam bilan daerah penelit ian dengan m em pert im bangkan alasan yang diket ahui dari daerah penelit ian t ersebut (Singarim bun, 1995).

Daerah penelit ian yang diam bil adalah Kabupat en M usi Raw as dengan pert im bangan sebagai berikut :

1. Sekt or pert anian di Kabupat en M usi Raw as m em berikan kont ribusi yang t ert inggi t erhadap Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) pada t ahun 2004-2008 (Tabel 1). 2. Subsekt or t anam an perkebunan m em punyai nilai dist ribusi persent ase PDRB yang paling

t inggi dibanding dengan subsekt or yang lain (Tabel 2), nam un dalam laju pert um buhan kom odit as t anam an perkebunan pada t ahun 2004-2008 m asih bersifat flukt uat if (Tabel 3).

C. Jenis dan Sumber Data

Dat a yang dipergunakan dalam penelit ian ini berupa dat a prim er dan dat a sekunder. Dat a prim er adalah dat a yang diperoleh sat au digali dari sum ber ut am anya (Teguh, 2001). Dat a prim er diperoleh dengan cara m elakukan w aw ancara dan pencat at an kepada dinas at au inst ansi t erkait yait u Dinas Pert anian Tanam an Pangan dan Hort ikult ura Kabupat en M usi Raw as, Dinas Perkebunan Kabupet en M usi Raw as, Dinas Kehut anan Kabupat en M usi Raw as, Dinas Pet ernakan dan Perikanan Kabupat en M usi Raw as t ent ang kondisi w ilayah dan pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.


(35)

Dat a sekunder adalah dat a yang diperoleh dengan cara m engut ip dat a laporan m aupun dokum en dari lem baga at au inst ansi yang ada hubungannya dengan penelit ian. Dat a sekunder m erupakan dat a yang t erlebih dahulu t elah dikum pulkan dan dilaporkan oleh orang di luar penelit i (Surakhm ad, 2001). Dat a sekunder ini berupa Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) Kabupat en M usi Raw as ADHK 2000 Tahun 2004-2008, Produk Dom est ik Regional Brut o (PDRB) Provinsi Sum at era Selat an ADHK 2000 Tahun 2004-2008, M usi Raw as Dalam Angka 2009, Sum at era Selat an Dalam Angka 2009, jum lah produksi dan harga kom odit as t anam an perkebunan dari t ahun 2003-2008, Indeks Harga Konsum en (IHK) Kabupat en M usi Raw as t ahun 2003-2008, Rencana St rat egis (RENSTRA), Rencana Kegiat an Pem bangunan Daerah (RKPD), Rencana Pem bangunan Jangka M enengah Daerah (RPJM D), Rencana Pem bangunan Jangka Panjang (RPJP), yang diperoleh dari Badan Pusat St at ist ik (BPS) Kabupat en M usi Raw as, Badan Perencanaan Pem bangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupat en M usi Raw as, Dinas Pert anian Tanam an Pangan dan Hort ikult ura Kabupat en M usi Raw as, Dinas Perkebunan Kabupet en M usi Raw as, Dinas Kehut anan Kabupat en M usi Raw as, Dinas Pet ernakan dan Perikanan Kabupat en M usi Raw as.

D. M etode Analisis Data

1. Penent uan Harga Konst an

Indeks harga adalah harga rata-rata tertimbang dari berbagai jenis barang dan jasa yang masuk dalam pendapatan nasional. Indeks harga yang dipergunakan untuk mengabaikan laju inflasi atau untuk memotong angka GNP disebut faktor penyesuaian GNP (GNP Deflator). Adapun rumus untuk mencari GNP Deflator adalah (Suryana, 2000):

GNP Deflator atau Indeks Harga = min x100

GNPRiil al No GNP

Peranan indeks harga adalah menyesuaikan GNP Nominal (GNP atas dasar harga berlaku) menjadi GNP Riil (GNP atas dasar harga konstan tahun dasar). Angka indeks tahun dasar selalu digunakan dengan angka 100, sehingga pendapatan nasional riil dapat dicari sebagai berikut :


(36)

PNRt = xPNBt IHt

100

Keterangan:

PNRt : Pendapatan Nasional Riil Tahun Berjalan PNBt : Pendapatan Nasional Nominal

IHt : Indeks Harga Tahun t

Harga komoditas pertanian atas dasar harga konstan ditentukan dengan mengubah harga komoditas pertanian atas dasar harga berlaku dengan metode sebagai berikut:

HK rill i = xHKi IHKi

IHKD

HK rill i = xHKi IHKi

100

Keterangan:

HK riil i : Harga Komoditas Atas Dasar Harga Konstan Tahun i IHKD : Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar

IHKi : Indeks Harga Konsumen Tahun i HK i : Harga Komoditas Tahun i

i : Tahun Penelitian

2. Klasifikasi Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as Tahapan dalam pengklasifikasian kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat diket ahui dengan m enggunakan pendekat an Tipologi Klassen. Tipologi Klassen m erupakan alat analisis yang digunakan unt uk m engident ifikasi sekt or, subsekt or, usaha at au kom odit as priorit as at au unggulan suat u daerah. Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan m em bandingkan laju pert um buhan kom odit as perkebunan dengan laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi Raw as yang m enjadi acuan dan m em bandingkan besarnya kont ribusi, yait u ant ara kont ribusi kom odit as perkebunan t erhadap kont ribusi PDRB Kabupat en M usi Raw as. Pengklasifikasian kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat pada Tabel (8).


(37)

Tabel 8. M at riks Tipologi Klassen Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as. Rerata

Kontribusi Laju Pertum-

buhan Komoditas

Kontribusi Besar Kont ribusi Kom odit as i > Kontribusi

PDRB

Kontribusi Kecil Kont ribusi Kom odit as i < Kontribusi

PDRB

Tumbuh Cepat

(r kom odit as i > r PDRB)

Kom odit as Prim a Kom odit as Berkem bang

Tumbuh Lambat

(r kom odit as i < r PDRB)

Kom odit as Pot ensial Kom odit as Terbelakang

Ket erangan :

r kom odit as i : Laju pert um buhan kom odit as i

r PDRB : Laju pert um buhan PDRB Kabupat en M usi Raw as

Dari ident ifikasi dengan m enggunakan pendekat an Tipologi Klassen t ersebut m aka akan diperoleh klasifikasi kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as m enjadi :

a. Kom odit as Prim a yait u kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

b. Kom odit as Pot ensial yait u kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan lam bat dan kont ribusi yang besar t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

c. Kom odit as Berkem bang yait u kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan cepat dan kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

d. Kom odit as Terbelakang yait u kom odit as yang m em iliki laju pert um buhan lam bat dan kont ribusi yang kecil t erhadap PDRB Kabupat en M usi Raw as.

3. St rat egi Pengem bangan Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as

Berdasarkan hasil klasifikasi kom odit as perkebunan dengan pendekat an Tipologi Klassen, m aka dapat dit ent ukan st rat egi pengem bangan yang t epat . St rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan didasarkan pada periode w akt u, yait u pengem bangan unt uk jangka pendek, jangka m enengah dan jangka panjang. M at riks st rat egi pengem bangan unt uk kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat dilihat pada Tabel (9).


(38)

Tabel 9. M at riks St rat egi Pengem bangan Kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as.

Jangka Pendek (1-5 Tahun)

Jangka M enengah (5-10 Tahun)

Jangka Panjang (10-25 Tahun)

Kom odit as Prim a

Kom odit as Pot ensial m enjadi kom odit as prim a

Kom odit as potensial m enjadi kom odit as Prim a

Kom odit as berkem bang m enjadi kom odit as Pot ensial

Kom odit as t erbelakang m enjadi kom odit as berkem bang

Kom odit as t erbelakang m enjadi kom odit as berkem bang

kom odit as prim a

St rat egi pengem bangan kom odit as perkebunan di Kabupat en M usi Raw as dapat

dilakukan m elalui:

a. St rat egi Jangka Pendek

St rat egi pengem bangan jangka pendek dilakukan dengan periode w akt u ant ara 1-5

t ahun. St rat egi jangka pendek ini dapat dilakukan dengan m engopt imalkan pot ensi

kom odit as prim a dalam m eningkat kan PDRB Kabupat en M usi Raw as dan m engupayakan

kom odit as pot ensial menjadi kom odit as prim a dengan m eningkat kan laju pert um buhan

kom odit as pot ensial.

b. St rat egi Jangka M enengah

St rat egi pengem bangan dalam jangka m enengah dilakukan dengan periode w akt u

ant ara 5-10 t ahun. St rat egi jangka m enengah dilakukan dengan: (i) m engusahakan agar

kom odit as pot ensial dapat m enjadi kom odit as prim a yait u dengan m eningkat kan nilai laju

pert um buhan kom odit as pot ensial t ersebut , (ii) mengusahakan kom odit as berkem bang

m enjadi kom odit as pot ensial dengan meningkat kan kont ribusi kom odit as berkem bang

sehingga apabila kom odit as pot ensial mengalam i kemunduran at au m enggant ikan kom odit as

prim a m aka kom odit as berkem bang dapat m enggant ikan kom odit as pot ensial, (iii)

m engupayakan kom odit as t erbelakang dapat m enjadi kom odit as yang berkem bang dengan

m eningkat kan laju pert um buhan kom odit as t erbelakang.

c. St rat egi Jangka Panjang

St rat egi pengem bangan dalam jangka panjang dilakukan dengan periode w akt u ant ara


(1)

Bank Rakyat Indonesia menetapkan kredit investasi maksimum sebesar 100 juta rupiah ditambah jaminan sedangkan di Bank Muamalat menetapkan minimum 50 juta rupiah ditambah jaminan dengan angsuran dapat dilakukan setiap bulannya. Bank Negara Indonesia juga memiliki persyaratan lain yang berbeda yaitu perusahan harus dapat membiayai sendiri minimum 30% dari biaya proyek dengan jangka waktu maksimum 25 tahun sedangkan di Bank Mandiri memiliki ketentuan pembiyaan sendiri minimum 35% dan pembiayaan bank maksimum 65% dengan jangka waktu maksimum 15 tahun. Upaya strategi ini harus dilakukan dengan teliti agar perkembangan produksi kelapa sawit tetap berjalan dengan lancar dan memberikan kontribusi yang besar terhadap Kabupaten Musi Rawas sehingga tetap menjadi komoditas prima.

Strategi pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas pada jangka pendek, menengah dan panjang ini diharapkan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan pekebun serta kesejahteraan pekebun. Strategi pengembangan komoditas perkebunan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan wilayah dengan perencanaan pembangunan fisik (tata guna tanah) dan sosial budaya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana kehidupan yang sehat dan sejahtera di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Dengan demikian kehidupan masyarakat di seluruh wilayah dapat memberikan partisipasi aktif dan positif terhadap pembangunan daerah di Kabupaten Musi Rawas.


(2)

VI. KESIM PULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan (Pendekatan Tipologi Klassen) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

2. Klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen terdiri empat klasifikasi komoditas, yaitu:

a. Komoditas Prima adalah kelapa sawit. b. Komoditas Potensial adalah karet.

c. Komoditas Berkembang terdiri dari kopi, kelapa, pinang, aren, tebu, kemiri dan kakao.

d. Komoditas Terbelakang adalah kayu manis.

3. Strategi pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas, meliputi : a. Strategi pengembangan jangka pendek meliputi dua hal, yaitu:

1) Strategi untuk mempertahankan komoditas prima tetap menjadi komoditas prima (kelapa sawit) melalui upaya Peningkatan mutu dan penyediaan bibit kelapa sawit; Peningkatan produksi kelapa sawit; Perlindungan lahan perkebunan kelapa sawit; Pengembangan kemitraan usahatani perkebunan kelapa sawit; Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di areal perkebunan.

2) Strategi untuk mengupayakan agar komoditas potensial (karet) menjadi komoditas prima yaitu Penyediaan lahan pembibitan dan pengembangan perkebunan karet; Penyediaan sarana informasi dan promosi agribisnis perkebunan karet melalui radio agropolitan.

b. Strategi pengembangan jangka menengah meliputi tiga hal, yaitu:

1) Strategi untuk mengembangkan komoditas potensial menjadi komoditas prima, strateginya yaitu Pembangunan Pool Karet (Penampung Karet); Pengembangan industri berbasis perkebunan dengan terus mengembangkan turunan produk. 2) Strategi untuk mengembangkan komoditas berkembang menjadi komoditas

potensial yaitu Peningkatan kemampuan dan kapasitas SDM subsektor perkebunan (Kelapa dan aren); Pengembangan kajian teknologi tepat guna (Kopi


(3)

dan kemiri); Peningkatan produksi, daya saing dan nilai tambah produk perkebunan (Tebu dan kakao); Pengembangan sistem penyuluhan perkebunan yang secara intensif (Kemiri dan pinang).

3) Strategi untuk mengembangkan komoditas terbelakang (kayu manis) menjadi komoditas berkembang yaitu Meningkatkan produksi dan kualitas perkebunan; Meningkatkan minat masyarakat untuk mengelola hasil-hasil tanaman perkebunan.

c. Strategi pengembangan jangka panjang meliputi dua hal, yaitu:

1) Strategi untuk mengembangkan agar komoditas terbelakang menjadi berkembang adalah Meningkatkan akses petani kebun terhadap modal usaha pengembangan komoditas kayu manis; Menguasai jaringan bisnis yang luas dalam pemasaran subsektor perkebunan komoditas kayu manis.

2) Strategi untuk mempertahankan komoditas prima (kelapa sawit) antara lain Pengembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit; Perbaikan infrastruktur wilayah perkebunan; Pengelolaan kawasan agropolitan perkebunan; Optimalisasi peran kelompok tani dan koperasi unit desa (KUD) bagi perkebunan kelapa sawit; Pemberian kredit murah dan pengembalian yang ringan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelit ian m engenai St rat egi Pengem bangan Kom odit as Perkebunan di Kabupat en M usi Raw as Provinsi Sum at era Selat an (Pendekat an Tipologi Klassen), saran yang dapat diberikan yait u:

1) Sebaiknya pemerintah daerah Kabupaten Musi Rawas bersama Dinas Perkebunan dapat lebih fokus dalam meningkatkan perkebunan rakyat (PR) komoditas kelapa sawit melalui peningkatan manajemen sumber daya manusia pekebun.


(4)

2) Sebaiknya pemerintah daerah Kabupaten Musi Rawas bersama Dinas Perkebunan tidak hanya memberikan prioritas lahan perkebunan besar swasta komoditas kelapa sawit tetapi memberikan upaya terhadap perkebunan besar swasta (PBS) komoditas karet melalui pembebasan lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang dibutuhkan.

3) Pemerintah Kabupaten Musi Rawas dan Dinas Perkebunan hendaknya memberikan pelatihan, pembinaan secara kontinyu mengenai pentingnya penggunaan bibit unggul terutama komoditas kelapa sawit dan karet agar hasil produksi komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah Kabupaten Musi Rawas.

4) Penentuan Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan (Pendekatan Tipologi Klassen) hanya memfokuskan pada nilai produksi komoditas dengan pendekatan harga komoditas dan jumlah produksi komoditas saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan analisis lain seperti analisis SWOT (Strenghts Weaknesses Opportunities Treats) dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2009. Pendekat an Tipologi Klassen. ht t p :/ / w ikipedia.com . Diakses pada t anggal 13 Desem ber 2009.

Arifin, Budi. 2001. Spekt rum Kebijakan Pert anian Indonesia. Erlangga. Jakart a.

Arsyad, Lincoln. 1992. Ekonom i Pem bangunan. Penerbit : Bagian Penerbit an Sekolah Tinggi Ilm u Ekonom i YKPN. Yogyakart a.

_______. 2004. Ekonom i Pembangunan. Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilm u Ekonom i YKPN. Yogyakart a.


(5)

_______. 2005. Pengant ar Perencanaan Pem bangunan Ekonom i Daerah. BPFE UGM . Yogyakart a.

BPS Provinsi Sum at era Selat an. 2008. Sum at era Selat an Dalam Angka 2008. BPS Provinsi Sum at era Selat an.

BPS dan BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as. 2009. Pendapat an Regional Kabupat en M usi Raw as Tahun 2009, RKPD 2009, RPJM 2005-2010, RPJP 2005-2025. BPS-BAPPEDA Kabupat en M usi Raw as.

BPS Kabupat en M usi Raw as. 2009. Kabupat en M usi Raw as Dalam Angka 2009, Indeks Harga Konsum en 2003-2008. BPS Kabupat en M usi Raw as.

Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pem bangunan W ilayah Pesisir dan Laut an. PT.Pradnya Param it a. Jakart a.

Chasanah, Nur. 2009. “ Perencanaan Pem bangunan Ekonom i Daerah Kabupat en karanganyar berbasis Kom odit i Tanam an Bahan M akanan (Pendekat an Tipologi Klassen)” . Skripsi. Jurusan Sosial Ekonom i Pert anian Universit as Sebelas M aret . Surakart a.

Darw ant o, Hasan., 2006. Prinsip Dasar Pem bangunan Ekonom i Daerah.

ht t p:/ / w w w .bappenas.go.id. Diakses pada t anggal 18 Desem ber 2009.

Deddy dan Dadang. 2004. Ot onom i Penyelenggaraan Pem erint ahan Daerah. Penerbit : PT. Gram edia Pust aka Ut am a. Jakart a.

Depart em en Penerangan RI. 1998. Peranan Kom odit i Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara. Jakart a.

Handayani, Dew i. 2006. Analisis Ket erkait an Sekt or Perkebunan Terhadap Sekt or Perekonom ian Lain Di Kabupat en Klat en. Skripsi. Fakult as Pert anian Universit as Sebelas M aret Surakart a.

Iraw an dan Suparm oko. 2002. Ekonom ika Pembangunan Edisi Ke-6. BPFE. Yogyakart a.

Juoro, Ut om o., 2006. Analisis Ekonom i. ht t p:/ / w w w .suarakarya-online.com . Diakses pada t anggal 18 Desem ber 2009.

Rahardi, Set yow at i dan Set yaw ibaw a, Iraw an. 1993. Agribisnis Tanam an Perkebunan. Penebar sw adaya. Jakart a.

Riduw an. 2009, Pengant ar St at ist ika Unt uk Penelit ian Pendidikan, Sosial, Ekonom i Kom unikasi dan Bisnis. Penerbit : Alfabet a. Bandung.

Singarim bun, M asri. 1995. M et ode Penelit ian Survei. LP3ES. Jakart a.

Soerat no dan Lincoln Arsyad. 1995. M et odologi Penelit ian Unt uk Ekonom i dan Bisnis. YKPN. Yogyakart a.

Soekart aw i, 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan. CV Rajawali. Jakart a. Sudant oko, Djoko. 2003. Dilema Ot onomi Daerah. Penerbit : ANDI. Yogyakart a.


(6)

Sudaryant o, Wayan Raharjo, Am iruddin, dan M ew a, 2002. Pendekat an Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis (Rangkuman). Analisis Kebijakan: Pendekat an Pem bangunan dan Kebijaksanaan Pengem bangan Agribisnis. Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Sosial Ekonom i Pert anian, Badan Penelit ian dan Pengem bangan Pert anian. Bogor.

Surakhm ad, W inarno. 2001. Pengant ar Penelit ian Ilm iah: Dasar, M et ode, dan Teknik. Penerbit Tarsit o. Bandung.

Suryana. 2000. Ekonom i Pembangunan, Problem at ika dan Pendekat an. Penerbit : Salem ba Em pat . Jakart a.

Susilow at i, Iva. 2009. St rat egi Pengem bangan Sekt or Pert anian (Pendekat an Tipologi Klassen). Skripsi. Fakult as Pert anian Universit as Sebelas M aret Surakart a.

Surahm an dan Sut risno, 1997. Pem bangunan Pert anian. Universit as Sebelas M aret . Surakart a Suyat no. 2000. Analisa Econom ic Base Terhadap Pert um buhan Ekonom i Daerah Tingkat II

Wonogiri: M enghadapi Im plem ent asi UU No. 22/ 1999 dan UU No. 25/ 1999. Jurnal Ekonom i Pembangunan Volum e 1 Nom or 2 Desem ber 2000. UNS. Surakart a.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Penerbit : PT. Bum i Aksara. Jakart a. Teguh, M uhammad. 2001. M et odologi Penelit ian Ekonomi : Teori dan Aplikasi. Penerbit : PT. Raja

Grafindo. Jakart a.

Todaro, M ichael. 2000. Pem bangunan Ekonom i di Dunia Ket iga . Penerbit : Erlangga. Jakart a. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pem bangunan: Aplikasi Kom put er (Era Ot onom i Daerah). UPP

STIM YKPN. Yogyakart a.