Kajian Teori PTK SMP

9 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran IPA di SD a. Pengertian Hakekat Pembelajaran IPA Pada hakekatnya IPA mempelajari tentang alam sebagaimana adanya dan terbatas pada pengalaman manusia. Aktifitas pelajaran IPA selalu berhubungan dengan aktivitas percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinanan. Secara sederhana IPA juga dapat didefinisikan sebagai apa yang telah dilakukan oleh para ahli IPA. Dengan demikian IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup saja, tetapi menyangkut cara kerja, cara berfikir dan cara memecahkan masalah. Kajian IPA selalu menghubungkan tentang peristiwa alam, yakni selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa suatu gejala alam itu terjadi. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan 10 yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. b. Tujuan Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA di SDMI menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan rasional dan pemikiran tersebut, maka tujuan mata pelajaran IPA di SDMI dalam Kurikulum 2006 KTSP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan serta keteraturan alam ciptaan- Nya. 2 Mengembangkan pengetahuan pemahaman konsep-konsep yang bermanfaat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, kesadaran adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat. 4 Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah sehingga dapat membuat keputusan. 5 Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6 Meningkatkan kesadaran menghargai alam sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 11 7 Memperoleh bekal pengetahuan, konsepsi, dan ketrampilan sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMPMTs. c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Materi IPA memiliki berbagai konsep yang dapat dipelajari siswa melalui sajian pembelajaran langsung maupun pembelajaran kooperatif. Guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan menyesuaikan keadaan siswa, sarana, materi dan kompetensi yang harus dicapai seperti tertera pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA. Secara umum ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SDMI meliputi aspek-aspek berikut: 1 Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, serta kesehatan Bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 2 Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 3 Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Setiap proses pembelajaran mengharuskan peserta didik untuk ikut aktif dalam menghidupkan suatu pembelajaran di kelas, oleh karena itu pentingnya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran Ilmu 12 Pengetahuan Alam pada materi Sistem Rangka adalah peserta didik aktif berpartisipasi sehingga menjadikan pembelajaran lebih hidup dan lebih bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match diperlukan adanya keterampilan dan kemauan untuk bekerja sama. Tanpa hal tersebut maka pembelajaran kooperatif tidak akan berhasil. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al- Maidah ayat 2: ّّ ّ ّّ ا قّتا ا ْ عْلا مْث ْْا لع ا ن عت َ ْقّتلا ّ بْلا لع ا ن عت ا ي ش قعْل “Bertolong-tolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah sangat berat siksanya”. QS. Al-Maidah: 2. Begitu juga dalam Hadits dinyatakan sebagai berikut: ي يْنبْلاآ نمْ ْلل نمْ ْلا ،مّلس هْيلع ّا ّلص ّا ْ س ق : ق سْ م با ْنع هُْعب ُ ًُْعب Dari Abi Musa, berkata Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang mukmin bagi mukmin yang lainnya bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya”. HR. An- Nasa’i. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented, 13 terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Teori tersebut sependapat dengan Etin Solihatin, 2005 :4 Cooperatif Learning adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diatara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri. Senada dengan itu Enjah Takari R, 2010:26 mengemukankan bahwa cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang tau lebih. Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan keompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama kelompoknya. 14 Sedangkan menurut Siahaan 2005:2, dalam Rusman 2010:205 mengutarakan lima unsur esensial yang ditekanan dalam pembelajaran kooperatif yaitu: a saling ketergantungan yang positif, b interaksi berhadapan face to face interaction, c tanggung jawab individu individual responsibility, d keterampilan sosial social skill, e terjadi proses dalam kelompok group processing. Beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap siswa dituntut untuk berinteraksi maupun berkomunikasi demi mencapai tujuan yang diharapkan. 2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Model Pembelajaran Make a Match membuat pasangan merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran 1994. Menurut Rusman 2011:223 mengatakan salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan model pembelajaran ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. 15 Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat seperti difirmankan dalam al- qur’an surat yasin ayat 36 yang berbunyi: قلخ ّلا حْبس : سي لْعي َ ّ م ْم سفْنأ ْنم ضْ ْْا تبْنت ّ م ّلك جا ْ ْْا 36 Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.QS. Yasin36:36. Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu di dunia ini dengan berpasang-pasangan, baik yang diketahui oleh manusia maupun yang tidak diketahui oleh manusia. Salah satunya adalah mengenai model pembelajaran make a match, dimana model pembelajaran ini menggunakan permainan kartu, jadi siswa harus mencari pasangan kartu yang dipegang. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah suatu metode yang digunakan oleh pendidik untuk menciptakan suasana yang aktif dimana cara pembelajarannya menggunakan kartu-kartu guna mencari pasangan yang cocok. b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam 16 kelompok. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Menurut Dr. Rusman 2010:206 Karakteristik pembelajaran koperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tenpat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2 Didasarkan pada Managemen Kooperatif Pada pembelajaran kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu: a Fungsi managemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. b Fungsi managemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. c Fungsi managemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu 17 ditentukan kriteria kenerhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes. 3 Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. 4 Keterampilan Bekerja Sama Kemauan bekerjasama itu dipraktikkan melaui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditepakan. Senada dengan itu bahwa karakteristik pendekatan pembelajaran kooperatif, yang dikemukakan oleh Enjah Takari 2010:28 yaitu: Indivudual Accontability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota. Social Skills, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pegangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil 18 dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial. Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi. Jadi siswa berkolaborasi bukan berkompetisi. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif adalah Membutuhkan Kerjasama tim, Adanya Ketergantungan antar Individu, Keterampilan Berinteraksi Sosial, Saling Mencari Pemecahan Masalah. c. Prosedur Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran 19 kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan Tahap 2: Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demokrasi atau melalui bahan bacaan. Tahap 3: Mengorganisaikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan Tahap 4: Membantu kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap 5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 20 Tahap 6: Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk mengahrgai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Menurut Dr. Rusman 2010:223, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut: a Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep topik yang cocok untuk sesi review satu kartu berupa soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban. b Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. c Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya kartu soal kartu jawaban. d Siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu maka akan diberi poin. e Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. f Kesimpulan. Sedangkan menurut Agus Suprijono 2009:94, langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut: 21 Hal-hal yang diperlukan adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kekompok. Kelompok pertama merupakan pembawa kartu-kartu pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok terssebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua saling berhadapan. Jika masing-masing kelompok sudah berada diposisi yang telah ditentukan, maka guru menyembunyikan peluit sebagi tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak, mencari pasangan pertanyaan kelompok yang cocok. Pasangan- pasangan yang sudah terbentuk maka wajib menunjukkan petanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. Kemudian kelompok ini memebaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan, maka aturlah secara bergiliran. Dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah Guru menyiapkan beberapa kartu berdasarkan materi yang akan di ajarkan, Kartu yang akan dijadikan pembelajaran haruslah memiliki kaitan dengan kartu yang lain kartu sebagian berisi pertanyaan dan sebagian lagi berisi jawaban, setiap siswa mendapatkan satu kartu baik kartu berupa pertanyaan ataupun jawaban, siswa ditugaskan untuk mencari pasangan jawaban yang cocok dengan kartunya sesuai 22 dengan petunjuk guru maupun petunjuk yang ada dalam kartu, Siswa diberi kesempatan untuk menemukan kartu pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan, Apabila ada pasangan siswa yang cocok memasangkan kartunya sebelum batas waktu maka akan diberi poin, Setelah itu guru mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match 1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match adalah sebagai berikut: a Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu. b Meningkatkan kreativitas belajar siswa. c Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. d Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru. 2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match adalah sebagai berikut: a Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi pelajaran. b Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran. 23 c Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja. d Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi. 3. Hasil Pembelajaran Siswa a. Pengertian Hakikat Hasil Belajar Pada hakikatnya hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan pembelajaran guna mengetahui sejauh mana pengaruh dari pembelajaran yang dilakukan terhadap pengetahuan dan intelektual peserta didik. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, dalam hal ini berarti keberhasilan pencapaian hasil belajar atau tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Pada setiap pembelajaran dapat menghasilkan sebuah perubahan pada diri peserta didik dan hal itu bisa diukur dengan mengguanakan nilai sebagai hasil dari sebuah pembelajaran yang telah dilakukan. Senada dengan itu Jihad Haris, 2009: 14 hasil belajar merupakan sebagian dari kemampuan peserta didik yang diperolehnya dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan berproses 24 dimana seseorang memiliki keinginan untuk berubah dalam segi pengetahuan dan intelektualnya secara bertahap dan permanen. Pada kegiatan pembelajaran seorang pendidik akan menetapkan sebuah standar pencapaian atau sering disebut dengan kriteria ketuntasan minimal KKM. Peserta didik yang mampu mencapai hasil belajar di atas KKM yang sudah ditentukan yaitu 64, dalam hal ini bisa digunakan sebagai tolak ukur keberhasian peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut senada dengan Suprijono, 2011: 6 Penilaian hasil belajar pada setiap pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA harus dilakukan untuk mengukur perkembangan hasil belajar peserta didik yang meliputi pencapaian pemahaman, kecakapan dan kemahiran pada materi sistem rangka, seperti pemahaman konsep, prosedur, penalaran dan komunikasi dalam pemecahan masalah. Sedangkan menurut pandangan islam Umi Makromah: 2011,7, dengan hasil belajar mampu mengangkat derajatnya dimata Allah, berikut adalah Firman Allah pada QS. Al-Mujadalah: 11, yaitu: ق ا ْم ل ّّ حسْفي ا حسْف ف سل ج ْلا يف ا حّسفت ْم ل ليق ا ا نمآ ني ّلا يأ ي ا زُنا لي أ ني ّلا ْم نم ا نمآ ني ّلا ّّ عفْ ي ا زُن ف يبخ ل ْعت ب ّّ ت ج د مْلعْلا ا ت “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang 25 yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al-Mujadalah:11. Sedangkan menurut Syah, 2010: 82 keberhasilan dalam pembelajaran yaitu ranah psikologi peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif, dimana ranah yang pepusat di otak ini merupakan pandangan psikologis kognitif dan merupakan pengendali yang sangat berpengaruh dalam ranah-ranah kejiwaan yang lain yakni ranah afektif dan ranah psikomotorik. Pada konteks psikologis kognitif, otak merupakan satu-satunya organ tubuh yang memiliki peranan sebagai pusat fungsi kognitif bukan hanya sebagai penggerak dan pengendali aktivitas akal pikiran, melainkan sebagai menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Sehingga dalam hal ini pendidikan dan pembelajaran sangat perlu diupayakan semaksimal mungkin agar ranah kognitif para peserta didik dapat berfungsi secara maksmal, positif dan bertanggung jawab. Jadi pada dasarnya hasil belajar merupakan suatu tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dari sinilah setiap peserta didik akan terlihat apakah sudah berhasil dalam mengikuti pembelajaran atau belum. b. Jenis Hasil Belajar Tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk memperoleh hasil belajar yang menunjukkan peserta didik telah melakukan kegiatan pembelajaran yang meliputi berbagai aspek seperti pengetahuan, 26 keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan dapat dicapai secara maksimal oleh peserta didik. Menurut Bloom dalam Sanjaya, 2010: 102 bentuk perubahan intelektual pada peseta didik merupakan buah dari hasil belajar yang mereka lakukan selama mengikuti pembelajaran dan hal tersebut harus tercapai sesuai dengan harapan. Hasil belajar digolongkan kedalam tiga ranah, yaitu ranah Kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah mencakup tiga ranah yaitu : 1 Ranah Kognitif Yang dimaksud dengan ranah kognitif disini yaitu peserta didik mampu menyebutkan bagian-bagian sistem rangka. Peserta didik juga mampu menjelaskan dari setiap pokok bahasan yang berkaitan erat dengan materi sistem rangka dan memberikan contohnya yang sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru sehingga mereka dapat memperkuat pengetahuan dan pemahamanya tentang materi sistem rangka untuk dapat dengan mudah diingat dan diterapkannya. 2 Ranah Afektif Merupakan ranah lanjutan dari ranah kognitif, disini peserta didik diharapkan merespon, menilai dan menerima pembelajaran untuk dapat ikut aktif berpartisipasi dan melibatkan diri baik dengan keberanianya memberikan pertanyaan maupun dalam menanggapi pertanyaan yang di berikan peserta didik lain 27 maupun pendidik, sehingga pembelajaran berjalan dengan aktif dan komunikatif. 3 Ranah Psikomotor Psikomotor merupakan ranah terakhir dari hasil pembelajaran, diamana peserta didik mampu mengulang atau menirukan dari tingkah laku yang di contohkan sebelumya oleh pendidik. Peserta didik dituntut untuk mempraktikan dari sebuah materi yang diberikan dengan menampilkan action atau melakukan pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan materi sistem rangka, seperti mengamati bentuk-bentuk sistem rangka dan tata letak sistem rangka yang ada dalam tubuh manusia. Disitulah peserta didik akan menirukan dari yang diajarkan oleh pendidik sebelumnya untuk memperoleh pemahan konsep secara nyata dan lebih bermakna. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar individu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar Syah, 2005 dalam Ida Bagus Putrayasa, 2012: 29. Ketiga faktor tersebut sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Berikut dipaparkan mengenai ketiga faktor tersebut. 28 1 Faktor internal Faktor Internal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor Internal ini meliputi: a Faktor Fisiologis Faktor Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan atas dua macam. Pertama kondisi fisik atau keadaan tonus jasmani, pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, kedaan fungsi jasmani fisiologis. Selama proses belajar berlangsung fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar terutama panca indra. b Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memepngaruhi proses belajar yaitu: 1 Kecerdasan Intelegensia Siswa Kecerdasan merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Sebagai faktor psikologis yang 29 penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswa. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam- macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Binet yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut: Tabel 2.2 Penggolongan Tingkat Kecerdasan Manusia Tingkat kecerdasan Klasifikasi 140-169 Amat Superior 120-139 Superior 110-119 Rata-rata tinggi 90-109 Rata-rata 80-89 Rata-rata Rendah 70-79 Batas lemah mental 20-69 Lemah mental Dari tabel di atas, dapat diketahui penggolongan tingkat kecerdasan manusia. 2 Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk melakukan kegiatan 30 belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi instrinsik sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberi arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. 3 Minat Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari menjadi materi yang sangat menarik dan tidak membosankan. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi yang dipilih oleh siswa sesuai dengan minatnya. 4 Sikap Pada belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik positif maupun negatif. 31 5 Bakat Secara umum Bakat aptitude didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 2 Faktor Eksternal Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial merupakan pengaruh yang datang atau berasal dari manusia. Lingkungan sosial siswa meliputi orang tua, keluarga, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman sepermainan di sekitar rumah siswa. Sifat-sifat lingkungan sosial dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti keadaan alam, udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi, siang, sore, malam, serta faktor instrumental yang mencakup tempat belajar, gedung, maupun buku-buku pelajaran. 3 Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang keefektifan dan keefesienan proses mempelajari materi tertentu. 32 Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai belajar tertentu.

B. Penelitian Yang Relevan