24
dikerjakan siswa perilaku mereka, tetapi pada apa yang mereka pikirkan kognisi mereka selama mereka mengerjakannya Arends 2008: 46. Meskipun demikian
model Problem Based Learning juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif dan psikomotor. Pada ranah afektif sikap siswa yang telah
melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning akan menjadi lebih baik dari sebelumnya karena siswa sudah mampu memahami nilai-
nilai yang telah dipelajarinya. Sedangkan pada ranah psikomotor, kegiatan siswa pada pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning jelas lebih
banyak dibandingkan kegiatan siswa yang belajar secara konvensional, dengan demikian siswa mampu meningkatkan kemampuan psikomotornya.
2.2.5 Karakteristik Siswa SD
Salah satu unsur yang harus ada dalam proses pembelajaran adalah siswa. Siswa dapat dartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan
yang sedang melakukan kegiatan belajar Rifa’i dan Anni 2011: 84. Setiap anak memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda sesuai dengan usianya.
Usia siswa SD termasuk dalam masa anak akhir 6-12 tahun. Ada beberapa sebutan yang dapat menggambarkan karakteristik anak pada masa ini, antara lain
usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar, usia sekolah dasar, usia kritis dalam dorongan berprestasi, usia berkelompok, usia penyesuaian diri, dan
usia kreatif Kurnia dkk 2008: 1.18. Usia anak pada periode ini dikatakan sebagai usia yang menyulitkan karena
pada masa ini anak tidak lagi menuruti perintah, anak lebih dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau anggota keluarga yang lain. Sebutan lain yang
25
diberikan pada anak usia ini adalah usia tidak rapi. Dikatakan usia tidak rapi karena pada usia ini anak cenderung tidak mempedulikan penampilannya dan
tidak memelihara dengan baik kamar dan barang-barangnya. Pada masa ini anak akan mendapat julukan usia bertengkar, karena pada masa ini anak banyak
bertengkar dan saling mengejek dengan anggota keluarga yang lain, hal ini menyebabkan suasana rumah tidak menyenangkan lagi.
Pada usia ini anak mulai masuk sekolah dasar untuk memperoleh dasar- dasar pengetahuan untuk keberhasilannya di masa mendatang. Oleh karena itu
anak pada masa ini mendapat sebutan usia sekolah dasar. Usia anak SD termasuk usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk
kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses cenderung menetap hingga dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai
kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, baik dalam bidang akademik maupun bidang
lainnya. Sebutan lain yang diberikan pada anak usia ini yaitu usia berkelompok.
Pada usia ini anak lebih senang mengelompok dengan teman sebayanya atau membentuk suatu kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
Selain itu pada usia ini anak akan mulai menyesuaikan diri dengan standar yang telah disetujui kelompok. Anak akan berusaha menyesuaikan diri dengan
kelompok yang disukai agar dapat diterima dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu anak pada masa ini juga mendapat sebutan usia penyesuaian diri. Anak pada
26
usia ini juga mendapat julukan usia kreatif. Disebut sebagai usia kreatif karena anak akan melanjutkan kreativitas yang sudah terbentuk pada masa anak awal.
Salah satu sebutan yang melekat pada anak usia SD menurut Kurnia adalah masa kreatif, di mana kreativitas ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan
dariorang tua dan guru agar berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinil. Model Problem Based Learning merupakan salah satu upaya untuk
mendukung kreativitas siswa dalam memecahkan permasalahan globalisasi yang menjadi materi pembelajaran.
2.2.6 Model Pembelajaran