Sistem Informasi Geografis SIG

air umumnya mengalir ke arah timur perairan Indonesia, sebaliknya ketika musim timur berkembang dengan sempurna suplai massa air yang berasal dari daerah upwelling di Laut Arafura dan Laut Banda akan mengalir menuju perairan Indonesia bagian barat. Perbedaan suplai massa air tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kondisi perairan atau tingkat konsentrasi klorofil-a. Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat bergantung dengan konsentrasi nutrient. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat juga digunakan sebagai petunjuk produktivitas suatu perairan. Dengan memanfaatkan sensor dengan kisaran gelombang cahaya tampak atau antara 0,43-0,58 µm untuk warna laut, dapat dilakukan pendugaan sebaran spasial klorofil-a di permukaan laut, sebagai contoh, identifikasi konsentrasi klorofil-a dapat diperoleh dari pengolahan citra satelit Fengyun FY-1.

2.3.2 Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem informasi geografis SIG digolongkan ke dalam sistem informasi spasial dimana pemanfaatan SIG ini dapat menyatukan pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuan perikanan untuk kegiatan pengelolaan perikanan laut di masa mendatang Close dan Hall, 2006. Pengertian sistem informasi geografis SIG jika dihubungkan dengan kegiatan pengelolaan perikanan adalah suatu sistem analisis informasi dan pengelolaan data yang berasal dari data tangkapan, sintesis data citra, pengembangan data perikanan yang sudah ada ataupun analisis terhadap data yang berhubungan dengan kegiatan perikanan laut dalam menghasilkan keluaran infromasi yang berguna bagi stakeholder perikanan Holmes, 2006. Pemanfaatan SIG bagi keperluan pengelolaan sumber daya perikanan diperuntukan pada tiga bidang, yaitu: 1 kegiatan penangkapan, 2 budi daya perairan dan 3 kawasan perlindungan habitat sumber daya perairan. Tujuan pengelolaan dalam kegiatan pembangunan penangkapan ikan adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya ini secara berkelanjutan dengan adanya dinamika penawaran supply dan permintaan demand sebagai dasar data masukan Dahuri et al. 1996 dan Holmes, 2006. Hasil tangkapan tinggi bergantung pada kondisi lingkungan perairan yang baik sehingga rekrutmen stok dan pertumbuhan individu dapat meningkat dengan meminimalkan kematian alamiah dari individu itu sendiri. Logika masukan data pengelolaan seperti ini membutuhkan berbagai informasi yang terkait agar pengelolaan pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan dapat diwujudkan, salah satunya dengan menyediakan informasi spasial distribusi jenis- jenis sumber daya perikanan itu sendiri Dahuri et al. 1996 dan Holmes, 2006. Data grafis SIG di atas peta dapat disajikan dalam dua model data spasial yaitu: 1 data raster dan 2 data vektor. Data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Sedangkan data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan titik-titik, garis-garis atau kurva atau poligon dan atribut-atributnya. Struktur data vektor yang sering dipergunakan dalam SIG adalah suatu cara untuk membandingkan informasi titik, garis ataupun poligon ke dalam bentuk satuan-satuan data yang mempunyai besaran, arah dan keterkaitan Prahasta, 2002. Model data spasial itu sendiri dalam pengertian SIG adalah pandangan atau presepsi terhadap dunia nyata real world yang telah disederhanakan, dimana kemampuan SIG yang dapat melakukan: 1 analisis keruangan spatial analysis dan 2 pemantauan monitoring dapat dipergunakan mempercepat dan mempermudah penataan ruang ataupun pemetaan potensi keberadaan sumber daya pada suatu wilayah di permukaan bumi yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya Prahasta, 2002. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan dalam proses pengumpulan data suatu sumber daya sebagai sebuah dunia nyata dikumpulkan sebagai sumber data, kemudian sumber data yang merupakan sebuah input data ditata dalam bentuk data dasar manajemen data yang selanjutnya di analisis dengan menggunakan komputer dan akhirnya informasi yang berasal dari olahan data tersebut digunakan sebagai pengambilan keputusan untuk suatu kegiatan di lapang oleh stakeholder. Gambar 4 Proses SIG. Informasi tersaji dalam bentuk tema thematic layer dengan cakupan coverage dan atribut data yang disesuaikan dengan aslinya. Tema-tema tersebut kemudian dengan menggunakan metode tumpang susun overlay disajikan ke dalam bentuk peta yang mengandung berbagai informasi baik keberadaan sumber daya maupun kondisi lingkungan pendukungnya pada waktu itu Prahasta, 2006. Kegiatan pengelolaan data lapang melalui teknologi SIG dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak berbasiskan teknologi komputer seperti Arc-info, Arc-view ataupun Map-info Dahuri et al. 1996 dan Prahasta, 2006. 3 METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian