Ruaya migrasi dan sebaran distribusi pada musim timur

Ikan layang yang memiliki tingkah laku tersebut dapat melakukan kemampuan migrasi yang aktif dan memiliki daerah distribusi yang sangat luas di perairan Indonesia, salah satunya di Laut Jawa Burhanuddin et al. 1983.

2.1.2 Ruaya migrasi dan sebaran distribusi pada musim timur

di Laut Jawa Ruaya migrasi adalah kegiatan pergerakan ikan dengan alasan tertentu, dengan jarak yang pendek maupun jauh dari daerah habitat asal menuju suatu daerah perairan yang cocok oseanografinya dengan kondisi biologis ikan tersebut. Selama musim peralihan timur hingga musim timur atau pada Juni-Agustus anakan ikan layang immature yang berasal dari habitatnya di Laut Flores dan Selat Makasar bergerak ke barat menuju ke Laut Jawa. Di sekitar perairan Pulau Bawean ikan layang telah menjadi dewasa meneruskan kegiatan ruaya migrasi ke barat melalui Selat Gaspar dan Selat Sunda untuk kembali ke habitat asal Asikin, 1971; Burhanuddin dan Djamali, 1978. Burhanuddin et al. 1983 telah membuat peta secara khusus mengenai ruaya migrasi ikan layang sepanjang musim di Laut Jawa dan ruaya migrasi yang terjadi pada musim timur dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2 Migrasi ikan layang di bulan Juli hingga September pada musim timur. Sumber: Burhanuddin et al. 1983 Kegiatan ruaya migrasi menyebabkan terjadinya sebaran distribusi ikan layang pada kawasan Laut Jawa. Asikin 1971 dan Sadhotomo et al. 1983, menjelaskan bahwa ikan layang yang berasal dari Laut Flores dan Selat Makassar menyebar di sekitar perairan Pulau Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Pekalongan, Tegal dan Cirebon. Ada empat parameter oseanografi yang mempengaruhi ruaya migrasi dan sebaran distribusi ikan layang di Laut Jawa, yaitu: salinitas perairan, suhu permukaan laut SPL, kelimpahan makanan dan arus laut. Ikan layang melakukan ruaya migrasi mengikuti kadar garam bersalinitas tinggi Burhanuddin et al. 1983. Ikan layang sangat menyukai salinitas antara 32-34 ‰ Djamali, 1995 dan menurut Asikin 1971, pada musim timur ikan layang bergerak mengikuti massa air bersalinitas tinggi antara 32-33,75 ‰ yang mengalir dari Laut Flores dan Selat Makasar masuk ke Laut Jawa. Menurut Lursinap 1970, salinitas optimum ikan layang berkisar antara 32-32,5 ‰. Laevastu dan Hela 1970 menyatakan ikan layang biasanya memijah pada perairan yang mempunyai suhu minimum yaitu sebesar 17 O C. Suhu selang ditribusi ikan layang berkisar antara 12-25 O C, sedangkan suhu optimum ikan layang yang menjadi tujuan penangkapan adalah sekitar 20-30 O C. Menurut Asikin 1971 migrasi layang dipengaruhi secara langsung oleh migrasi massal fitoplankton yang kemudian diikuti oleh zooplankton. Biasanya pada daerah yang kaya fitoplankton dan zooplankton, keberadaan ikan sangat melimpah Reddy, 1993. Menurut Nontji 1993, kelimpahan ikan layang di Laut Jawa selama musim timur dapat saja dipicu oleh proses upwelling di bagian selatan Selat Makasar yang membawa kelimpahan plankton yang tinggi, proses upwelling ini disebabkan adanya pertemuan arus dari Selat Makasar dan Laut Flores bergabung kuat dan menjadi satu menuju Laut Jawa. Adanya proses front yaitu pertemuan massa air Laut Jawa yang agak hangat dengan massa air Samudera Hindia yang agak dingin dapat memperkaya nutrient perairan sehingga memicu kelimpahan plankton dan ikan layang BML LAPAN, 1997. Pola arus berperan secara tidak langsung dalam migrasi ikan layang, karena sebenarnya arus membawa massa air laut dengan kadar salinitas tertentu yang cocok dengan ikan layang Asikin, 1971.

2.2 Deskripsi Umum Alat Tangkap Purse seine