Latar Belakang Model Spasial Informasi Daerah Penangkapan Ikan Layang (Decapterus spp) Di Antara Perairan Selat Makasar Dan Laut Jawa (1100-1200 BT ~ 2050”-7050’ LS)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pengelolaan perikanan tiga WPP 3 yang meliputi seluruh perairan laut Jawa memiliki luas kurang lebih 467 000 km 2 dan berbatasan langsung dengan bagian utara pantai Jawa. Salah satu daerah yang terletak di pantai utara Jawa adalah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah telah menjadikan sektor perikanan tangkap sebagai hasil utama. Pelabuhan perikanan pantai PPP Bajomulyo adalah penyumbang 94,14 hasil penangkapan ikan di Juwana Widodo, 1998 dan Nugroho, 2002. Ikan layang Decapterus spp merupakan hasil tangkapan dominan nelayan Juwana. Produksi ikan layang yang didaratkan di PPP Bajomulyo pada antara tahun 2001-2004 meningkat sebesar 344,4 ton dengan hasil penjualan Rp 9,3 milyar Nugroho, 2002. Nelayan di laut Jawa khususnya yang beroperasi dari Bajomulyo menggunakan alat tangkap pukat cincin atau purse seine PPI Bajomulyo, 2001. Nelayan purse seine Juwana sekalipun sebagian besar telah menggunakan alat bantu radio panggil dan global positioning system GPS selama operasi penangkapan, masih saja mengandalkan cara-cara konvensional dalam menandai keberadaan ikan layang atau “naluri titan”, seperti: 1 riak-riak di permukaan air laut ketika ikan bergerombol berenang pada permukaan air, 2 ikan-ikan yang melompat-lompat, 3 buih-buih di permukaan air yang dikeluarkan ikan saat bernafas dan 4 air laut yang berwarna biru kehitam-hitaman. Cara-cara konvensional yang mengikuti tanda-tanda alam seperti ini mengakibatkan nelayan sering menghadapi suatu ketidakpastian hasil tangkapan dan resiko secara ekonomis, sekalipun tiap penangkapan terus dicatat posisi dan hasil tangkapannya dalam buku penangkapan fishing log book. Keadaan ini sering berhubungan erat dengan perubahan cepat kondisi oseanografi perairan seperti suhu, salinitas, arus dan kondisi kesuburan perairan yang mempengaruhi tingkah laku behaviour dan perpindahan ruayamigrasi ikan layang. Untuk itulah, pengembangan teknologi informasi penduga keberadaan ikan sangat penting dalam memberikan informasi secara cepat dan akurat yang dapat membantu nelayan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Salah satu teknologi saat ini yang sering digunakan dan terus berkembang adalah penginderaan jauh dengan memanfaatkan sensor kelautan pada wahana satelit yang melintasi wilayah perairan. Menurut Kartasasmita 1999 dan Widodo 1999, penginderaan jauh satelit remote sensing satellite telah menjadi salah satu teknik yang sering dipakai dalam upaya menggali informasi- informasi dari paramater oseanografi diperairan, hal ini dikarenakan sensor satelit dapat menyapu wilayah dengan luas sinoptik dan memiliki frekuensi lintasan yang sering 2-4 kali sehari pada satu wilayah, sehingga perolehan data menjadi lebih cepat, runtun waktu real time dan murah. Pemanfaatan data dari citra satelit dengan berbasiskan teknik pengolahan citra dapat memberikan kontribusi sangat besar dalam kegiatan pendugaan lokasi penangkapan ikan pelagis di perairan lapisan atas, seperti dalam kegiatan pendugaan posisi ikan layang di Laut Jawa. Satelit NOAA menyediakan informasi perubahan suhu permukaan laut SPL dan satelit Fengyun FY-1 untuk informasi perubahan konsentrasi klorofil-a pada permukaan yang kemudian dapat dianalisis dalam bentuk informasi atau peta dugaan posisi dan zona yang menjadi potensial bagi penangkapan sumber daya ikan Kushardono, 2003. Menurut Hendriati et al. 1985, Purba 1991 dan Hasyim 1996, SPL dapat memberikan informasi mengenai fenomena upwelling, front, pergerakan massa air dan kesesuaian suhu permukaan yang merupakan indikator penting keberadaan ikan-ikan tertentu. Sementara nilai konsentrasi klorofil-a diatas 0,2 mgL menunjukkan kehadiran dari kehidupan plankton yang memadai untuk menopang atau mempertahankan kelangsungan perkembangan perikanan komersial Bond, 1979. Pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis SIG dalam bidang pesisir dan lautan sampai saat ini sudah banyak membantu para analis dalam mengkaji dan mengembangkan informasi bagi kegiatan sektor pesisir dan lautan. Sebagai contoh, analisis kesesuaian dalam penentuan lokasi yang tepat untuk budidaya udang, pelabuhan perikanan, kegiatan monitoring berbagai sumber daya hayati pesisir mangrove, rumput laut, terumbu karang dan stok ikan karang dan penataan kawasan pesisir yang berkelanjutan. Teknologi SIG yang berbasis sistem komputer dapat membantu para analis mengkombinasikan berbagai data masukan dari citra satelit, pesawat terbang, instrument akustik maupun hasil survei lapang untuk diolah dalam bentuk model spasial.

1.2 Perumusan Masalah